3

200 18 2
                                    

Harris mengusap wajahnya dengan handuk kecil berwarna pink yang diberikan Ricis. Sesekali ia mengutuk dirinya, kotoran itu dan juga Ricis. Karenanya, ia harus mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan bebauan itu. Harris menjatuhkan dirinya disofa dan menyalakan tivi kesayangannya.

"Ah sial!" Ia mendengus sebal.

Harris mematikan tvnya dan membaringkan dirinya disofa. Ia merasakan lelah yang amat sangat.

Flashback on

"RICISSSSS!!!!" Teriak Harris dengan tatapan sebalnya.

"MAAF AKU TIDAK MENDENGARNYA." Teriak Ricis dari kejauhan 3 m darinya.

"Ah sial! Kalau begini, aku harus mandi kembang tujuh rupa. Ughh!"

Harris mengambil beberapa jerami digenggamannya. Ia menghapus kotoran diwajahnya dengan jerami itu lalu setelah bersih, ia buang dan menginjak injaknya. Harris menoleh kekanan dan kekiri. Ia mencari sesuatu yang berwarna dan harum. Ia ingat, ditaman rumahnya, ia menanam berbagai macam bunga indah nan wangi. Ia pun berlari kecil pulang menuju rumahnya. Ia memetik kembang kembang harum yang banyak.

Dikeranjangnya, kini sudah terkumpul kembang 7 rupa yang banyak. Ia bergegas meninggalkan halaman rumahnya dan memasuki villa yang disebut rumah olehnya.

Flashback off

"Hhh.. "

"DORRR!!"

"WAaaa.." Harris terjatuh dari sofa dengan posisi telungkup.

"Ahahahaahahaha. Kena kau! Mwuah mwuah mwuah." Ricis, gadis yang tak pernah sekalipun tidak menjahili Harris, kini tlah asik mencium kedua tangannya membanggakan diri dan menjatuhkan dirinya di sofa.

Harris bangkit dari posisi jatuhnya. Ia beranjak dan memposisikan dirinya disofa. Tepatnya disamping Ricis. Merasa harum, Ricis mendengus dengus ke arah Harris. Ia memajukan hidungnya bak anjing pelacak. Ia menatap tajam mata elang Harris.

"Jangan bilang kau,...." ia menunjuk wajah Harris dengan ekspresi yang memojokkan. Harris hanya bergidik ngeri.

"APA KAU MANDI KEMBANG TUJUH RUPA GARA GARA TADI KENA KOTORAN KUDA?!" Teriak Ricis tajam.

Harris mengelap wajahnya dengan tangannya. Ia menatap Ricis masih dengan mata elangnya.

"BISA KAH KAU BERTERIAK TANPA MEMBERI HUJAN KEWAJAH KU HUH?!" Teriak Harris tak kalah kencang dihadapan Ricis.

"Cih, kau bahkan belum menjawab pertanyaanku. APA YANG KU KATAKAN TADI BENAR HARRIS JUNG JUNIVERSEEEEE—ERIAL SEPAK BOLA INDONESIA BERDARAH DINGIN LONDON YANG TERBANG DIANGKASA DAN TERJATUH DIDESA FRINDAFAN INI ALIAS DI KOTA KEMBANG YANG PENUH KEMBANG BUNGA ALIAS BANDUNG INI HUH?!" Teriak Ricis tepat dihadapan mukanya dengan jarak yang tersisa hanya 2 cm.

Harris hanya melihatnya dan membesarkan matanya. Ia mengelap kembali wajahnya dengan tangannya. Seringai muncul disela sela pipi Ricis dengan tanduk yang memanas dan asap yang keluar diantara hidung dan tanduk itu. Harris bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya itu. Harris pun beranjak dari posisi duduknya dan berdiri. Ia menundukkan kepalanya kebawah.

Satu detik ..

Lima detik  ..

Tujuh detik ..

Sepuluh detik ..

Sebe—..

"Baiklah, aku akan menjawabnya." Harris mendongakkan kepala menatap tajam manik mata Ricis yang tak kalah menatapnya tajam.

Harris dengan mata berkaca, ia mengepalkan tangannya. Menaikkan tangannya ke atas. Ia kini menatap tajam tangannya dengan satu jari yang menunjuk ke atas. Sebut saja jari itu jari telunjuk.

"Tak ada satupun yang mengerti. Mereka hanya bertanya tanpa ingin tahu alasannya. Diriku bukanlah dirimu yang sekuat baja. Tapi, .." Harris mengusap satu tetes air mata yang mengalir dikelopak matanya. Lalu ia menatap tajam Ricis dengan tatapan yang sama.

"KALAU MEMANG IYA GUE MANDI KEMBANG TUJUH RUPA. MASALAHNYA APA?!" Teriak Harris dengan geram.

Ricis menatap manik mata Harris yang berkaca kaca dengan dalam. Ia memiringkan kepala dengan mendengus. Seketika, ia ..

"WUAHAHAHAHAHAHAhahahahaha.. hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahuhhihihihihiihosh ... hossh .. hoshh.."

"Kau tak pernah mengerti, diLondon gak pernah ada tuh yang namanya kotoran kuda. Disana itu ..."

Harris menceritakan semua yang ia tahu tentang London. Termasuk seluk beluk masyarakat disana. Disisi lain, Ricis dengan tangan yang memegang perut masih tertawa terbahak-bahak. Menurutnya ini konyol. Hanya dengan terkena kotoran kuda saja ia harus mandi kembang tujuh rupa. Jangankan Ricis, author pun menganggap hal yang sama. Yaitu konyol :D 

"Apanya yang lucu sih?" Tanya Harris memanyunkan bibirnya.

"Wwuahahahahaahahaha." Ricis menepuk bahu Harris.

"Hey vrohh, kau ini, disaat seperti ini saja kau langsung curhat. Aduh.. perutku sampai sakit karena tertawa. Bahkan, bisa bisa aku terkena keram perut karena kau. Konyol sekali. Hahahaha.."

"Lagipula, jangan dibandingkan lagi, jelas saja berbeda dengan London. Bahkan disana juga pasti ada ternak kuda. Dan kau.. kau ini ditempat ku. Tempat dimana banyaaaaakkk kotoran kuda. Hmm.. mungkin kau harus banyak menanam kembang tujuh rupa sebelum stokmu itu habis. Huahaha."

Ricis pun berbalik dan meninggalkan Harris yang tengah memejamkan mata. Dalam hatinya, ia berkata "gue punya sahabat gini amadhh,ck.".

.
.
.
.
Behind the scene..
.

"Alah,, konyol apanya. Biasa aja ko."—harris jeje

"Yaampun harris, kita cuma bawain peran aja kok, gausah baper. Hihi"—Ricis

"Kalian bagus meraninnya. Tapi ......."—Author.

Readers, Ricis dan Harris saling tatap menatap.

"JUMLAH reades sama votenya beda jauhhhh   :'( .. suka sedih banyak ghost reader bertebaran. Jadi, maaf ya kalo author slow apdet." —Author , reader membisu.
.
.
Tbc? Vote 15+ :)

Follow ig author yuk, @farinastyles . Comment4follback ;)

Watashi Wa,...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang