Part 5~ Sang Pujaan

53 9 2
                                    

Dukkk~ Rissa terjatuh.

"Awww songong banget lu Lal. Kalau jalan tuh pakai mata."
"Sini saya bantu." Seorang anak dateng menjulurkan tangannya.
"Makasih, anak baru ya? Kelasnya di mana?" Tanya Rissa.
"Maaf saya harus pergi, duluan ya." Anak itu meninggalkan pertanyaan dan ingin cepat-cepat pergi.

***
"Ehh tau gak lu, kalau kemarin tuh ada orang korea ke sini. Kayaknya dia anak baru deh." Sahut Adiba.
"Dihh kalau bukan gimana?" Tolak Dinda.
"Ya jelas lah Din. Kemarin sih lu gak liat, lagian asik ngobrol aja sama Jericho sampai lupa sahabat." Adiba memperjelas.

"Ya kan Ris ada anak baru kemarin. Kan kita berdua liat bareng, lah kok Rissa gak ada?" Adiba tadinya ingin menyenggol tangan Rissa, namun ia tak melihat di mana Rissa.

***
"Riss tangan lu gak apa-apa?" Dinda berlari menghampiri Rissa.
"Ya kok tadi gua cuma kesandung." Rissa menenangkan sahabatnya.
"Ohh syukurlah. Sini duduk."

"Ris?" Panggil Adiba.
"Apa Adiba?"
"Kemarin kita liat anak baru kan. Yang mukanya mirip orang korea." Adiba tersenyum.
"Ya kok liat." Rissa mengangguk.
"Ahhh gua seneng banget. Lu tau kan, kalau gua tuh kpop sejati suka banget sama yang berbau korea. Dan sekarang salah satu orang dari korea dateng untuk mempersunting gua." Adiba sudah berpikir jauh.

Tok tok tok! *suara pintu*
"Apa belum ada guru? Sekarang pelajaran siapa?" Tanya bu Heti, kepala sekolah.
"Sekarang pelajaran bu Diana, Tapi gurunya belum dateng." Anak-anak menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau gitu ibu akan perkenalkan kalian anak baru."
"Ya silahkan masuk." Lanjut bu Heti.

"Nah ini yang dinamakan takdir cinta. Kalau emang udah jodoh gak akan kemana." Batin Adiba.

***
"Perkenalkan nama saya Prayogo Setyo Budi, kalian bisa panggil saya yogo atau tyo. Saya berasal dari Jawa." Yogo berbicara dengan logat Jawanya yang medok.

"Apaaa? Bukannya murid barunya orang korea?" Batin Adiba penuh tanda tanya.
"Ya yogo silahkan duduk dibangku yang kosong itu." Bu Heti menunjukkan bangku yang kosong.
"Matur nuwun bu." Jawab Yogo.

"Haii adiba lama gak berjumpa." Kata Yogo sambil berjalan menuju bangku yang kosong.

Lagi-lagi setiap ada anak baru pasti selalu ada keributan kecil yang berupa bisikan.

"Ewww, ini kan sekolah elite. Kenapa ada anak kampung di sini."
"Gak level."
"Gak ganteng lagi, kalau gua deket-deket sama dia entar gua kena virus kamseupay."

***
"Gua gak suka tuh, sama anak cewe yang memandang cuma dari tampangnya aja. Emangnya dia sendiri udah hebat, merasa cakep?
Omongannya aja gak bisa dijaga, apalagi hatinya. Untung aja samping gua gak seperti mereka, ya gak Din." Danish menyenggol tangan Dinda.
"Ya dong Dan. Mulut gua sih halus dan bisa dijaga." Dinda menyentuh mulutnya.

"Ohh jadi itu Di, yang lo maksud orang korea?" Tanya Dinda yang berbisik padanya.
"He-- bukan diaa!!!" Lo kemarin liat sendiri kan Ris, kalau emang kemarin tuh ada." Adiba menekan kan agar sahabatnya percaya.
"Ya mungkin dia gak sekolah disini!" Sahut Rissa.

***
"Mahh, kok Yogo ke Jakarta sih. Dia juga sekolah bareng aku." Adiba memasang muka penasaran.
"Yogo??? Temen kecil kamu itu?!" Tanya mama Adiba yang kebingungan.
"Ya mah!" Teriak Rissa.
"Ohh ya , mama baru inget sebulan yang lalu ibunya bilang ke mama kalau nanti dia akan pindah ke Jakarta. Dia juga akan sering main dan nginep di sini. Tuh kan apa yang mama bilang dulu, kalau kamu dan Yogo itu jodoh." Goda mamanya.
"Ahhh mamaa."

*tok tok tok
"Bukain pintu tuh dek!"
"Males aku lagi badmood. Mama aja lah, aku mau ke kamar."

Saat Adiba sedang berjalan tiba-tiba.
Ceklek *pintu dibukakan oleh mama Adiba.

"Ehh Yogo!" Ekspresi mama Adiba sangat senang.
"Apa kabare ibu mertua?" Yogo menyalami tangan mama Adiba.
"Baik Go, ayo masuk. Adiba ada di dalem."

"Adibaaa! Ngapain kamu ngumpet di situ, ayo sini! Ada yogo nih nyariin kamu." Ibunya menemukan Adiba yang sedang ngumpet di balik tembok.
"Ahh ya mah." Adiba segera menuju ruang tamu.

"Hai yog!" Sapa Adiba.
"Hai Adiba. Maaf ya gua baru bisa dateng sekarang." Yogo mencubit pipi Adiba.
"Apa sih Yog!" Adiba tertawa kecil dan langsung mengusap-usap pipinya.

"Tantee anaknya boleh aku bawa kabur gak?"
"Oh boleh Yog, tapi pulangnya jangan malem-malem ya!"
"Siap tante!"

****
"Di masih inget tempat ini? Yang sering kita datengin." Yogo mendekatkan suasana.
"Hahaha masih Yo! Ngapain ngajakin ke sini? Kan gak ada apa-apa, bosen tau." Adiba mendatarkan mukanya.
"Sebenarnya, gua ke sini untuk memastikan lo baik-baik aja Di."
"I'm fine yo." Adiba tersenyum.
"Gua juga pengen bilang ke lu dari dulu, tapi entah kenapa selalu gak sempat."
"Bilang apaan? Mau minta maaf?"

"Gua suka sama lu." Yogo langsung berbicara tanpa tau keadaan.

"Gua kira lu mau minta maaf atas kesalahan lu, kenapa lu pergi ninggalin gua dan datang kembali seakan lu gak punya dosa Yo. Lo berjanji kan kalau kita akan terus jadi sahabat." Adiba menahan air mata.
"Ya gua tau."
"Udah gua cape. Banyak pikiran juga." Adiba memegangi kepalanya.
"Eh tapi Di. Kenapa lu gak jawab dulu omongan gua tadi! Gua kesini demi lo, dan bukannya kita saling mencintai." Yogo hampir memeluk Adiba.
"Ya itu kan dulu. Sekarang suasananya udah beda, gua gak mau percaya lagi sama janji busuk lo."
"Oke gua akan terus berjuang buat dapetin hati lo."
"Gua mau pulang Yo."
"Iye sabar dongg." Jawab yogo kesal.

----
"Tante aku pulang dulu." Yogo pamit.
"Kok cepat banget pulangnya. Terima kasih ya Yo udah jagain Adiba." Mama Adiba menepuk pundak Yogo.
"Sami-sami tante."

"Mahh aku mau cerita!" Adiba cemberut.
"Cerita apa sayang? Yogo menyatakan cinta sama kamu?" Mama Adiba langsung menebak apa yang terjadi pada anaknya.

Hiks hiks hiks *tangis Adiba*

Ibu dari anak itu terdiam dan merenung melihat keadaan anaknya, dia tau yang dirasakan anaknya itu menyakitkan.

Kalau kamu memang masih cinta padanya terima saja dia, berikan dia kesempatan.

Yogo dateng kesini buat kamu. Memangnya kamu gak tau janji kamu dan Yogo waktu masih kecil.

"Kalau kamu dan Yogo akan terus bersama."

Kalau kalian sudah takdir untuk bersama. Tuhan akan membuat segala macam cara agar kalian bersatu. Contohnya, dia memang meninggalkan kamu pada waktu itu, tapi dia sudah kembali buat jadi sahabat kecil kamu lagi atau bahkan pendamping hidupmu.

Haa? Ke Jawa doang apa susahnya sih mah ke Jakarta! Tinggal naik pesawat, langsung cepet sampai. Emangnya dia gak punya uang? Perlu kita yang biayain!

Mama Adiba diam gemetaran mendengar penjelasan dari anaknya.

"Bener juga yaa? Kalau itu mama gak tau deh. Coba aja kamu deketin lagi si Yogo. Kalau memang kamu gak mau membuka perasaan cinta mu untuk dia, gapapa. Tapi ingetlah bahwa sahabat akan selalu ada di hati."

Apa sih yang membuat Adiba susah untuk membuka hati pada Yogo, sahabat kecilnya?
Kenapa Yogo dateng dan pergi sesuka hatinya?
Apa yang membuat Yogo berat untuk dateng ke Jakarta pada waktu itu?

Haiii readers! Baca terus ya ceritanya...

Jangan sider doang dong guys.
Vote, comment dan follow jangan lupa. Lupa mulu nih, kan udah diingetin berkali-kali 😹
Thanks!!! 💫

Plant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang