Part 8~ Tumpangan

36 6 0
                                    

"Ehh deketan lagi dong duduknya." Dinda menaruh tasnya disamping kursi sahabatnya.
"Sip deh, kita kan emang selalu bersama hahah." Saut Adiba dan Rissa.

"Loh Din lu gak mau deketan sama gua?" Kata Danish.
"Apa sih Dan, yaudah sini depan gua."
"Nah gitu dong. Selain dikelas kita duduk bareng, di tempat les kita juga harus duduk bareng." Danish tersenyum kecil.

"Ekhem dunia serasa milik berdua aje lo." Goda Adiba.
"Hem ada yang mau pdkt nih." Rissa melanjutkan godaan Adiba.

"Woii Dan. What's up yo!" Seorang anak berambut klimis dateng membawa tas ransel.
"Hahaha baik bro, les disini lo? Sini duduk samping gua."
"Yoi Dan. Gua tau dari mama lo kalau lu les di sini."

"Itu siapa sih deket banget kayaknya sama Danish! Aduhh apa sih Dinda ya jelas lah dia deket sama Danish itu kan temennya." Batin Dinda.

"Ehh kenalin nih, ini namanya Farel." Danish berbalik ke arah belakang.

"Hai gua Farel Sagif Aditya."

"Oh hai, gua Dinda. Gak usah pake nama panjang kali, gak penting." Dinda berkata dengan dingin.
"Gua Adiba. Sorry ya temen gua suka gini kadang, tapi kalau lu deket sama dia orangnya asik kok."
"Kalau gua Rissa."

"Hahaha selo aja kok kawan, gua udah sering digituin sama cewek."
"Maksud lo apa? Gua berkata kasar sama lo? Gua cuek, judes?"

"Dindaaa! Lo kenapa sih? Lagi PMS ya?" Sahut Rissa kebingungan mendengar perkataan Dinda yang emosi.
"Ya emang kenapa? Tau deh gua males ah."

***
*Groggg*groggg
"Buset dah suara apaan tuh?Dengkurannya keras banget" Rissa kebingungan.

Danish, Dinda dan Farel mengarahkan pandangan ke arah Rissa.

"Ngapain lu semua ngeliat gua? Bukan gua yang ngorok tau, nih samping gua tidur sampe ngiler."
"Ohh, si Adiba." Mereka melihat ke arah Adiba.

Saat semuanya kembali ke pandangan awalnya, sebelum melihat Adiba. Tatapan mereka menatap ke arah pintu masuk.

"Permisiii. Apa sudah ada guru?"
"Lahh Yog ngapain lu di sini?"
"Ngedeketin Adiba lah emang tujuan apa lagi selain itu, oalahh maksud gua itu kepengen les di sini, karena katanya tempat les ini bagus."
"Halahh alesan!"
"Lah serius."

Yogo berjalan ke arah Adiba
"Untung aja Adiba lagi tidur, kalau gak dia bisa syok kalau Yogo ada di sini." Dinda yang berada di samping Adiba merasa tenang.

"Ehh lu pindah." Yogo menyuruh Farel untuk pindah.
"Apa sih emang siapa lo?" Farel sewot.
"Gua pacarnya Adiba. Lo mau ngedeketin pacar gua ya? Ngapain lo Duduk di depan dia?"
"Ya gua duluan kok yang dateng." Farel tetap mempertahankan argumennya.
"Yaudah lo samping gua aja, depannya Rissa. Gua pengen di depannya Adiba."

"Berisik banget sih! Adiba lagi tidur tau." Rissa memukul meja.
"Hahaha si putri tidur, gua cium deh biar dia bangun." Yogo memajukan bibirnya ke pipi Adiba.
"Jiji lo Yog."
"Ihh biarin sirik aja lo."

Murid murid sudah mulai berdatangan.
Bu wati pun masuk ke kelas dengan membawa buku pelajaran.

"Baiklah karena semua sudah berkumpul, buka buku PKN hal 98.bTapi sebelum itu sepertinya ibu melihat wajah baru ya di sini. Kamu ayo maju perkenalkan dirimu." Bu Wati menunjuk Yogo.
"Nama saya Yogo, saya kelas 8 SMP. Saya ke sini karena ingin mendekatkan diri dengan seseorang yang bernama Adiba."

"Haaa? Ya ampun mimpi buruk apalagi yang gua terima." Adiba terbangun dari tidurnya.

"Apa kamu bilang? Kamu pikir tempat les ini adalah tempat nyari jodoh?"
"Haa- ha bukan bu maksud saya, saya ingin mendekatkan diri dengan ilmu yang ibu berikan."
"Yaudah sono duduk."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Plant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang