Part 1~ Tempat Les

192 11 5
                                    

"Oiii, oiii gua duduk di mana nih?
Duhh posisi strategis supaya gua bisa--." Kata Rissa yang sejak tadi kebingungan memilih tempat duduk.
"Duduk sini aja samping gua" Adiba memotong perkataan yang baru saja ingin Rissa lanjutkan.

Hari pertama masuk tempat les yang baru udah bikin tegang, karena katanya guru les ini killer tapi pelajaran yang diajarnya pasti selalu nyangkut ke otak, asalkan murid mau memperhatikan yang dijelaskan guru itu dengan teliti.

Sambil menunggu yang lain dateng Adiba dan Rissa bermain hp.

Tak lama setelah itu...

"Oiii, lu les disini juga? Manteb lah... Kita bisa barengan nyari jodoh. Ehh maksud gua mencari ilmu." Kata Dinda dengan muka riangnya.
"Dasar lu. Sini oii deket kita jangan jauh-jauh dong." Adiba menunjuk arah bangku di dekatnya, agar Dinda tidak duduk berjauhan dengannya.

(Saat semua orang sudah berdatengan, pelajaran pun dimulai)

"Baik anak-anak perkenalkan nama ibu, Herlina Wati. Kalian panggil saja ibu Wati... Ehh kamu yang di pojok tolong bagiin modul pelajaran kita."
Kata bu Wati sambil menunjuk modul di mejanya.
"Ba- baik bu." Bibir anak itu sambil gemetaran.

*Saat semua orang sudah membuka bukunya*

"Buu, maaf saya telat tadi basket dulu di sekolahan." Kata pria berambut klimis yang menyalami tangan bu Wati.
"Ya sudah cepat duduk jangan terlambat lagi." Bu Wati melototkan matanya.

Buka buku kalian hal 70. Ibu akan menjelaskan ini semua. Tolong dengarkan dengan seksama.

"Ehh nanti temenin gua jajan ya, gua laper." Rissa memegang perutnya yang dari tadi keroncongan.
"Iya, istirahat masih lama juga Ris. Jangan cepet-cepet dong. Perlambat waktu, gua pengen terus ngeliatin dia." Mata Dinda jelalatan kemana-mana melihat cowok berkulit putih.
"Haa? Siapa?..."Serentak Adiba dan Rissa berkata kebingungan.

Setiap ada cowok yang mulus dan putih pasti hati Dinda langsung kepincut. Entah itu ganteng atau gak, dan satu lagi rambutnya harus jabrik.

Sebenernya dari tadi mereka gak sekalipun dengerin penjelasan bu Wati. Walaupun bu Wati sebenernya sesekali melihat ke arah mereka.

*Jam istirahat les berbunyi*

Anak-anak buru-buru keluar, takut jam istirahat segera selesai..

"Oii beli bakso yuk. Gua yang pesenin dah, tapi 1 bertiga ya. lu pada jagain tempat di sana ya." tangan Dinda sambil menunjuk meja itu.

"Makasihh bu baksonya." Kata Dinda dengan sopan.
Saat lagi di jalan... Dinda tersentak kaget dan otomatis kuah bakso itu tumpah dan mengenai bajunya.

"Oiii. Jangan lari-larian dong, disini kan banyak orang!" Omongan Dinda terdengar oleh setiap orang disekelilingnya.
"Santai dong omongan lu. Lo nya aja yang gak punya mata, kalau jalan tuh liat-liat." Kata pria itu dengan nada tinggi.
"Apaaa lu kata? Harusnya gua yang ngomong gitu. Liat aja pembalasan gua nanti." Dinda menantangnya.
"Sini lu kalau berani gua gak takut. Dasar cewek cupu, wleek."
Mulut pria itu sambil keluar (meledek Dinda).

*Semua orang tersentak melihat pemandangan yang barusan terjadi*

Tak lama setelah itu Adiba dan Rissa menyusuli Dinda dan segera menduduki tempat yang tadi.

"Awas aja tuh anak. Gua abisin nanti, karena udah marahin sahabat gua." Rissa sambil mengepalkan tangannya.
"Bener tuh Ris. Kalau gitu kita kasih pelajaran juga sama dia, biar kenal siapa kita." Adiba melanjutkan dengan nada kesal.

Seperti yang kalian tau dari sedikit percakapan tadi. Ada beberapa sisi negatif dari mereka. Walaupun begitu mereka punya prinsip yaitu, seorang sahabat gak akan meninggalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas, sahabat selalu menyediakan bahu sandaran apabila salah satu dari mereka terluka dan kesepian.

Plant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang