Part 6~ Curhatan

40 8 0
                                    

Adiba membuka group Line yang bernama Sauna. Anggota group ini memang sedikit, hanya berjumlah 3 orang diantaranya Dinda, Adiba dan Rissa.

Fahira Adiba Dariani: ketemuan yuk di cafe deket sekolah, gua pengen curhat.

Clarissa Elzira Azni: boleh tuh, gua bosen banget nih di rumah.

Adinda Fainela Putri: yaudah jam berapa?

Fahira Adiba Dariani: jam 4 sore ya.

Adiba sebenarnya tidak ingin menceritakan semua ini kepada sahabatnya. Tapi bukankah jika ia menceritakan semua yang terpendam di hati kepada seseorang, perasaannya akan menjadi lega dan beban hidupnya sedikit demi sedikit hilang. Karena sahabat adalah orang yang dapat dipercaya serta dapat memberikan saran dan masukan.

*Tibanya di cafe*
"Duh si Adiba mana sih?! Pasti tuh orang ngaret lagi." Rissa melihat sekeliling cafe.
"Tau nih dia yang ngajakin. Dia yang telat." Dinda melihat jam tangan.

***
"Ehhh maaf ya guys. Tadi gua ada urusan sama mama gua." Adiba berlari menghampiri mereka.

"Yaudah gpp. Btw Di lu mau curhat apa nih?" Tanya Dinda.
"Ya Di kita siap mendengar panjang lebar curhatan lo, kan kita pendengar sejati lo." Dinda mengusap telinganya.

"Ah- itu dia dateng." Rissa mulai menjelaskan.
"Apaan? Siapa yang dateng?" Tanya Dinda dan Rissa serentak.

"Ohh gua tau! Kucing lu nikah sama kucing liar dan bagi lu ini mendatangkan masalah karena bisa kena virus?" Muka Rissa kebingungan.
"Bukan Rissa! Mungkin bapaknya Adiba dateng dari Amerika membawakan sesuatu. Gak usah repot-repot Di sampai mau dikasih oleh-oleh segala, tapi kalau lo maksa kita terima kok, kan gak enak masa rejeki ditolak." Dinda menolak yang dikatakan Rissa.
"Ohh gitu pantesan kita diajakin ke cafe. Kok bapak lu inget kita terus sih, duh bapak lu baik banget Di." Lanjut Rissa.

"Bukan!" Adiba menepuk meja dan dilihat oleh orang lain.

Dinda dan Rissa tersentak kaget melihat Adiba yang tiba-tiba ingin mengeluarkan air mata menahan tangis.

"A-aa maaf Di jangan nangis gitu dong."
"Duh Di ada apa sih? Siapa yang dateng sebenarnya, lu ngomongnya gak jelas sih."

"Sahabat kecil gua dateng!" Kata Adiba.

"Wahh bagus dong. Di mana dia? gua pengen ketemu." Rissa senang mendengarnya.
"Dia di sini bahkan dia sekolah dan sekelas sama kita." Adiba menjelaskan.
"Apaa?! Kok gua gak tau."
"Jangan bilang kalau Yogo temen kecil lu?" Dinda menebak dengan cepat.

"Ya." Jawab Adiba padat, singkat dan jelas.

"Terus kenapa lu bisa nangis? Lu terharu gara-gara Yogo dateng atau gimana?" Rissa menatap Adiba.

"Dia menyatakan cinta sama gua." Kata Adiba.

Banyak pertanyaan yang sahabat Adiba tanyakan.
"Sumpah lu Di? Lu jawab apa?"
"Ngapain dia nyatain cinta?"
"Dia suka sama lu sejak kapan?"
"Lu juga suka sama dia?"
"Emang menurut lu dia baik gak?"

***
"Stop! kok kalian malah bikin gua tambah pusing sih. Kenapa gak mau bantu gua untuk nemuin caranya sih. Gua harus apa? Gua bingungg." Adiba mengeluarkan air mata.

"Dia itu sahabat kecil gua. Dia pergi ke Jawa karena ada urusan, tapi gua gak tau pasti urusan apa itu. Terus dia putus kontak sama gua selama 5 tahun, padahal waktu masih kecil kita tuh bener-bener deket banget sampai mau dijodohin. Yogo dateng ke sini dan menyatakan cinta sama gua dia gak tau suasana dan keadaannya tuh gimana. Tapi dia bilang kalau dia ke Jakarta demi gua dan pengen merubah segalanya yang rusak." Lanjut Adiba.

Anak itu merasakan cengkeraman cakar sebuah kenangan merobek-robek hatinya.

Dinda dan Rissa kebingungan bagaimana harus menenangkan sahabatnya.

"Di kenapa lu gak coba kasih dia kesempatan ke dua aja sih!" Tanya Dinda.
"Kesempatan gak datang dua kali Din. Gak segampang yang lu pikir, bayangin kalau dia cinta pertama lu dateng dan pergi tanpa alasan!" Jawab Adiba.

"Ahh udah dong jangan sedih gitu." Rissa mencubit pipi Adiba.
"Jangan pegang pipi gua!" Adiba mengusap pipinya.
"Ohh masih simpen buat sahabat kecil lu? Berarti lu masih ada sedikit perasaan dong?" Rissa menatap Adiba yang ingin menangis lagi.
*Adiba terdiam*

"Kenapa waktu tidak pernah berpihak kepada gua?" Adiba mengusap dadanya.
"Karena mungkin Yogo bukan jodoh lo, dan Yogo lebih pantes hanya sebagai sahabat lo." Jawab Rissa asal.

"Kita janji Di, akan bantu lo. Lo sahabat kita mana mungkin kita tega liat lo tersakiti." Dinda memegang tangan Adiba.
"Bener ya janji!" Adiba menyodorkan jari kelingking pada sahabatnya sebagai tanda perjanjian.

"Ya, jangan sedih lagi ya Di. Btw gua punya rencana. Rencana gua ini tuh akan jadi bukti apakah lo dan Yogo masih saling mencintai? Dan juga membuktikan seberapa tulusnya cinta Yogo sama lo." Rissa menemukan ide cemerlang.
"Makasih udah dengerin curhatan gua. Gua yakin sama kalian bahwa lu pada bisa menjadi pendengar yang baik." Adiba mengusap air mata di wajahnya.
-----
Rencana apa sih yang dibuat oleh Rissa, sampai bisa membuktikan ketulusan cinta?

Haiii Readers
Baca terus ya kelanjutan ceritanya...

Baca juga ya FF uncontrolled love, ceritanya bikin baper!

Jangan lupa vote, comment dan follow yap 👌
Thanks 💁🏻

Plant GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang