Dira : "Inikah Rifqi?"

49 6 0
                                    

Kantin dipagi hari begitu sepi, hanya terlihat beberapa siswa yang lalu lalang melewati kantin tanpa menyinggahinya. Lain denganku yang   memilih duduk dibangku kantin dan menunggu soto ayamku datang.

"neng Dara ini sotonya." mang Dede datang membawa semangkok soto ayam dan es teh yang segar di atas nampan sembari tersenyum.

"Makasih mang.." Ucapku lalu membantunya mengambil gelas es teh dari atas nampan.

"Lain kali teh sebelum sekolah sarapan dulu atuh dirumah neng, biar  nggak makan soto terus."

"Ah, dari pada masakan rumah enak masakannya mang Dede." mang Dede hanya tersenyum menanggapi jawabanku, "Terserah eneng sajalah." ujar mang Dede lalu pergi meninggalkanku.

Aroma soto ayam lalu memanggilku untuk segera menikmatinya. Aku sungguh tidak bohong jika berkata soto mang Dede enak, karena memang sesungguhnya begitu.

"Rifqi akhir - akhir ini aneh ya Sin."

"Iya tau, masa ya, sudah 2 kali loh dia duduk dibangku cadangan, aih.. nggak nyetak gol lagi dia!"

"Ah, banyak fikiran kayaknya, terakhir kali main dia nggak fokus gitu."

"Mikirin aku paling sih Rifqi.. Hahaha."

Rifqi.

Telingaku seperti disetting untuk menjadi sangat tajam saat mendengar nama Rifqi disebut - sebut. Sudah lebih dari satu minggu ini aku tidak pernah bertegur sapa dengannya. Dia sendiri masih bersikap dingin kepadaku. Entahlah.

"Itu teh si Rifqi beneran nggak suka cewek ya?"

"Ih, aku mah dulu pernah denger, dia pas smp itu ya pernah naksir sama cewek tau!"

"Ah masa gitu?"

"Iya! Berani sumpah ini, temen aku sendiri yang bilang ke aku, dia satu smp sama Rifqi"

"Terus kenapa gitu sekarang nggak pernah denger dia deket lagi sama cewek?"

"Gatau, trauma kali, katanya temen aku teh dulu smp dia sempet pacaran, terus putus."

"Kenapa kok putus?"

"Enggak tau juga, nggak ada yang tau katanya."

"Ih padahal Rifqi lucu gitu mukanya, ganteng pisan, yang cewek mah blegug gitu, kok ya mau putus sama Rifqi. Kalau aku ya yang sama Rifqi, di duain pun nggak apa - apa, yang penting sama Rifqi"

Aku hampir saja tersedak mendengar celotehan gerumbulan gadis di depanku. Ternyata Rifqi begitu terkenal di sekolah ini, pikirku.

Soto ayamku sudah habis kumakan. Kulihat jam yang mengitari tangaku, 5 menit lagi bel masuk berbunyi, maka aku segera bersiap - siap untuk kembali ke kelas. Lalu, aku mendengar percakapan para gadis itu lagi,

"Tapi ya, temen futsalnya Rifqi pernah cerita ke aku, katanya si Rifqi teh sekarang lagi suka sama anak kelas dia."

"Ihh, sapaaa?"

"Enggak tau.. Semoga aja nggak bener ih, aku mah belum rela si Rifqi jadi milik orang euy"

Lalu terdengar tawa yang terkomando dari gerombolan tersebut.

Aku meninggalkan kantin setelah membayar soto dan es teh ke mang Dede. Di perjalanan ke kelas kepalaku terus menerus menayangkan kejadian dikantin tadi, khususnya percakapan terakhir yang ku dengar.

...

Pelajaran pertama dan kedua tidaklah spesial untuk hari ini, terlebih karena teman dudukku ini terus berdiam diri. Suasana kelas juga sangat sepi, masing - masing dari mereka sedang sibuk membaca buku Geografi untuk pelajaran selanjutnya.

Kartu PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang