Perhatian yang Diabaikan

70 8 0
                                    

Sore itu penuh ketenangan, saat Affan menyadari kalau besok adalah tes masuk ke SMA, dengan perjuangan keras akhirnya dia diterima di sekolah dan bersekolah dengan gembira di sana.

Awalnya memang agak sulit, namun perlahan dia mulai terbiasa dengan persahabatan di sana. Di kelas, dia selalu menjadi orang yang diabaikan. Selalu dihina, terutama oleh Satriya.

"Heh anak ibu kos, kemana aja kamu? Pergi sana! hahahaha", usir Satriya sambil melempar sepatu Affan dan teman-temannya pun ikut tertawa.

Affan memungut sepatunya dengan sabar, ia tak membalas setiap perbuatan licik dan sinis dari Satriya dan teman-temannya. Namun di balik ketidaknyamanannya di kelas, ia masih gembira. Karena bergabung di organisasi itu adalah minatnya. Ia semakin bergiat untuk mendalami agama Islam. Semakin lama, pendalamannya semakin berkembang. Hingga ia berkenalan dengan Al, Falah, dan Nugra.

"Kamu Affan, kan? Kenalin aku Nugra, ini Al dan ini Falah", sapa Nugra

"Oh iya akh, udah lama nunggu di sini?", tanya Affan

"Enggak kok, baru bentar", jawab Nugra.

Setelah begitu lama berteman di suatu organisasi, akhirnya mereka akrab dan Affan semakin termotivasi untuk mengubah dirinya. Perlahan dia mengubah dirinya dari yang dulunya apatis menjadi peduli, dari yang dulu rambutnya acak-acakan sekarang mulai ditata. Dan banyak lagi perubahan yang sangat drastis dari Affan, hingga kini ia menggunakan celana cantung dan mengenal siwak.

Thania, adalah sahabatnya. Mereka sering bekerja sama dalam tugas-tugas ini, namun seiring berjalannya waktu, Affan mulai merasakan virus merah jambu menyerang dirinya. Saat itulah gejolaknya mulai tak teratur. Namun Affan tetap menenangkan diri dan berusaha untuk tetap fokus berhijrah.

Affan begitu galau dengan keadaan yang terjadi, sementara ia harus menyelesaikan tugasnya tanpa adanya baper. Sejak kejadian itu Affan jadi malu untuk bertemu dengan Thania.

Tingnung. (Bunyi pesan line masuk). Benar, itu dari Thania. Cewek yang selalu dinanti-nantinya sejak dulu.

"Fan, gimana tugasmu? Kamu gak pernah capek apa? Terus-terusan bekerja?"

Affan hanya membaca pesan itu, dalam hatinya berdebar-debar, namun ia ingin tetap menjaga hatinya dan hijrahnya. Setiap harinya dalam diam pun dia masih memperhatikan Thania, gadis cantik impiannya. Namun apalah, dia hanya seorang yang mau berangkat hijrah dari yang buruk menjadi remaja yang baik.

Seperti biasa walau diabaikan, Thania tetaplah peduli dengan Affan, walaupun dia sering diabaikan atau malah Affan tidak begitu peka dengan sinyal-sinyal yang dia beri selama ini. Namun Thania tetaplah Thania, dia tetap berjuang saja walau hatinya agak sedikit tergores.

Senin itu, langit begitu cerah, seperti biasa Affan dan Thania bercakap via Line,

"Fan, maaf.. Skrg aku mau daftar les, dan mungkin waktuku bakal terbagi. Mungkin aku gk bakal sepenuhnya bantuin kamu."

Affan membalas,

"Oh, ckp tw",

Terhentak, hati Thania sedikit teriris, namun dia berusaha kuat.

"Cheppy, Affan jahat! Segitunya dia abaikan. Apa mungkin dia udah gak peduli? Atau aku terlalu ketus dalam mengirim chat tadi?", Thania curhat dengan Cheppy, boneka kesayangan Thania.

Mencoba melupakan yang terjadi, Thania berusaha tenang. Di pekarangan rumahnya ada bunga melati. Ingatan Thania begitu tajam, melati adalah bunga kesukaan Affan. Pun Affan, selalu mengganti nama melati sebagai pengganti nama Thania di setiap puisi romantis yang dia buat.

Affan memang begitu, lebih senang mengungkapkan kode-kode dalam setiap karya sastra yang dia buat, Affan adalah penganut aliran satra puisi gelap, sehingga ia membuat puisi-puisi yang sulit untuk dipahami, semua itu untuk Thania. Namun sekarang, dia terlalu sibuk untuk membalas perhatian Thania, belum lagi tugas-tugas yang belum dia selesaikan dengan baik.

"Fan, kamu udah nyelesain tugas? Mau aku bantu gak?", Thania mengirim chat ke Affan.

Sekali lagi Affan hanya membaca pesan itu, dalam pikirannya ia terlalu sibuk mengurusi proposal-proposal sehingga dia sendiri bingung untuk membalas pesan apa ke Thania. Sementara pikirannya semakin bercabang. Sebagai seorang penulis, dia punya target untuk menyelesaikan novel dan buku motivasinya. Belum lagi dia harus membuat puisi-puisi untuk lomba.

Selang satu jam, handphone Affan berbunyi lagi,

"Fan, aku lelah!"

Benar, pesan dari Thania, sejak tadi dia begitu menunggu balasan dari Affan, berharap pesan itu dibalas oleh Affan, namun tidak. Thania malah berpikir kalau Affan sudah tidak peduli lagi dengannya. Thania duduk dengan penuh penyesalan, di sampingnya tergeletak saja buku diary miliknya. Dia menangis sejadi-jadinya. Bak mengetahui isi hatinya, hujan pun turun dengan derasnya.

"Cheppy.......................", Thania berteriak panik.

Ternyata benar dugaan Thania, Cheppy tadi di luar usai dimainkan oleh Aqilah, sepupunya. Thania menangis sejadi-jadinya. Dengan raut yang sedih, Thania mengangkat pelan Cheppy dan memeluknya dengan erat.

"Cheppy, kamu pasti kesepian. Sini Thaa peluk, kamu pasti kedinginan.", Ucap Thania pelan, matanya sayu. Sedih menahan pilu.

Sambil mengusap pelan Cheppy, Thania menggendongnya masuk ke dalam rumah. Dia letakkan Cheppy dengan lembut. Sambil menangisi Cheppy, wajahnya semakin menunjukkan rasa penyesalan karena membiarkan Cheppy bermain di luar, sama seperti dirinya yang membiarkan Affan dalam kesibukannya tanpa mau membantunya.

Cheppy adalah boneka beruang kesukaan Tha. Setiap ada masalah dia selalu curhat dengan Cheppy.

***

Cinta itu benci

Cinta itu sakit

Cinta itu kesepian

Bagaimana aku harus merdeka dalam cinta?

Sedang diriku sendiri tersudut

Sepi adalah sarapan

Makan tak makan tetap kenyang

Bukan goresan, tapi sayatan

Cinta remah roti

Cinta kerupuk berair

Setiap hari aku ada di kesakitan

Dan kau tak pernah peduli

Sebab cinta adalah diam

Karena sejak aku diam

Hatiku tak pernah memberontak

Kecuali kau

Sejak ini aku merasa kau abaikan

Tak salah kalau aku mencari Raflessia

-Thania

Amnesia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang