1. Trouble is a friend

66.7K 3K 162
                                    

Hari ini adalah hari pertama Adzwa menjadi kelas 12, setelah menghabiskan liburan panjang yang menurutnya sangat membosankan. Kini gadis pemilik nama lengkap Adzwa Azzivanda itu harus kembali disibukan dengan buku-buku pelajaran.

Berdecak, lalu menghela napas. Sudah beberapa kali gadis itu melakukannya ketika berjalan untuk menuju kelas barunya. Sedikit kesal karena ia harus naik ke lantai paling atas, mulai hari ini kelasnya semakin jauh lagi dari gerbang pintu sekolah.

12 IPA-1. Adzwa masuk ke kelas itu, lalu berdiri di depan mencari meja yang akan ia tempati selama kurang lebih satu tahun ke depan. Banyak mata yang menatapnya dengan berbagai jenis tatapan dari teman sekelasnya ketika ia masuk. Namun, ia tak mempedulikannya. Ia tak dekat dengan mereka yang ada di kelas itu, ia tak punya teman. Jadi, untuk apa juga ia mempedulikan tatapan mereka, yang pastinya banyak menatapnya tak suka.

"Milik gue!" batinnya, sambil tersenyum miring di balik masker yang digunakannya. Ketika ia melihat meja paling pojok yang ada di kelas itu.

Saat itu juga ia berjalan menuju meja pojok itu, dan ia menemukan sebuah ransel yang sudah tergeletak di atas kursi. Kemungkinan meja itu sudah ditempati oleh seseorang.

Tak peduli siapa pun yang sudah menempati meja itu sebelumnya, tanpa rasa bersalah, Adzwa mengambil ransel itu dan melemparnya ke sembarang meja. Hingga menimbulkan suara yang membuat teman sekelasnya tersentak kaget.

"Heh, heh, heh!" Adzwa mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara itu, hingga ia melihat seorang cowok yang berjalan mengambil ransel yang baru saja dilemparnya. Sebelum akhirnya cowok itu menghampiri Adzwa dengan kedua mata yang melotot. "Watados¹ banget lo lempar tas gue sembarangan," ujar cowok itu, membuat Adzwa memutar bola matanya malas. Lalu, ia duduk di bangku itu begitu saja, tanpa menghiraukan cowok yang ia ketahui bernama Muhammad Azka Pratama itu.

"Wah, songong nih cewek. Berdiri lo!" lanjut Azka sambil menarik tangan Adzwa agar berdiri.

"Apaan, sih, lo?" tanya Adzwa kesal.

"Apaan, apaan. Lo ngapain, huh, lempar tas gue, abis itu tempati bangku gue?"

"Kenapa? Masalah?

"Ya, masalah. Bangku ini udah gue tempati, lo nggak bisa duduk di sini. Pindah sana!" usir Azka, sambil berusaha menjauhkan Adzwa dari meja yang sudah ia tempati tadi. Namun, gadis itu tak ingin menyingkir.

"Kalau gue nggak mau?" tantang Adzwa, sambil maju mendekati Azka. Sontak membuat cowok itu mundur.

"Ya, harus mau!"

"Gue nggak mau!"

"Harus mau pokoknya!"

"Gue nggak mau!"

"Harus ma-"

"Gue bilang nggak mau, ya, nggak mau! Jangan paksa gue! Lo aja sana yang pindah! Jadi cowok berisik banget lo! Nggak mau ngalah sama cewek!" sela Adzwa cepat.

"Emangnya lo cewek?"

Bugh!

"Aww!" ringis Azka, ketika Adzwa tiba-tiba menendang kakinya. "Sial! Ngapain lo tendang kaki gue, huh?" kesalnya.

"Mata lo minus, buta, atau katarak, huh? Nggak lihat gue pakai rok?"

"Ada yang salah sama pertanyaan gue?"

"Ya, jelas salah! Ngapain lo tanya itu, huh?"

"Ya, lo kan beda dari cewek lain. Lo cewek jadi-jadia-aww ...." Azka kembali meringis, ketika gadis di hadapannya itu kembali menendang kakinya. "Sakit!"

"Rasain!" Setelah mengatakan itu, Adzwa kembali duduk di bangku yang seharusnya ditempati Azka.

"Lo ngapain duduk di sana lagi, huh? Itu bangku gue! Pindah, Adzwa!"

Diary Cewek Tomboy [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang