JEON WONWOO POV
Hal 388, sengaja aku menempelkannya di hal tersebut. Aku sungguh ingin meminta maaf padanya, jika dihitung dengan hitungan hari di kalender tahun lalu. Itu jatuh tepat di hari Natal.
Satu tahun lalu aku berjanji padanya jika aku akan menemani malam Natalnya. Dan demi Tuhan jika bukan karena orang tuaku menyuruh untuk mendaftarkan diri di The University of Auckland dan juga mengurus label perusahaan disana aku tak akan beranjak pergi meninggalkannya tanpa memberi tahunya.
Perempuan itu mengomel, kepada kertas kuning. Ya itu stickynotes yang sengaja ku taruh. 2 hari lalu, aku melihatnya membaca novel itu. Jujur aku tak mengerti apa makna ceritanya, karena aku sendiri belum membacanya. Namun sehari yang lalu aku melihatnya tersenyum dan itu merupakan surga dunia bagiku.
Aku berjalan mendekati tempat dia duduk membelakangiku.
"Bagaimana kabarmu? Kelinci kecil?"
Dapat ku lihat ia tersentak, mungkin kaget dengan keberadaanku.
Ia menoleh dan berdiri dari tempat duduknya sungguh aku merindukannya.
Ia menatapku datar. Mimik wajahnya belum berubah, yang berubah hanyalah ia mengatupkan bibirnya yang sebelumnya menganga kecil. Itu menggemaskan.
"Won-woo?" lirihnya.
"Ya, aku disini." jawabku merentangkan tanganku berharap ia akan memelukku.
Namun, nihil ia justru memundurkan langkahnya. Menjauhiku. Kumohon jangan lakukan itu Bora.
"Kau tak merindukanku?"
YOON BORA POV
Jeon Wonwoo, lelaki masa kecilku. Kami berteman di sekolah, mungkin takdir yang menentukan. Anehnya aku selalu satu sekolah dengannya, dan dia juga yang selalu merebut peringkatku.
Wonwoo salah satu sahabat kecilku. Ia berbeda dengan Hani, aku mengenal perempuan itu sejak umurku 11 tahun saat dia pindah rumah di samping rumah ku. Mulai saat itu kami berteman, ia selalu mengunjungi rumahku di waktu libur.
Sedangkan, Wonwoo. Dia adalah teman yang selalu melindungiku waktu kecil. Kami selalu bersama sejak taman kanak-kanak. Dia selalu menemaniku pergi dan pulang sekolah.
FLASHBACK
"Bagaimana ini Uno, kita tersesat." Ucap Bora yang masih berumur 7 tahun, sambil memegang tangan Wonwoo kecil di sebelahnya.
Mereka melupakan jalan pulang saat dari sekolah. Karena ini pertama kalinya untuk mereka pergi ke sekolah baru mereka. Dan berakhirlah di sini, di depan taman bermain yang sepi karena hari sudah mulai sore.
"Tidak apa-apa Rara." Ucap Wonwoo kecil sambil memegang tangan Bora erat, menariknya dan mulai berjalan mencari arah jalan pulang ke rumah.
"Uno, tanganmu gemetar." Ucap Bora kecil.
"Aku kedingingan. Jangan di lepas ya Ra." Jelasnya.
"Aku tahu." Ucap Bora sambil menganggukkan kepalanya.
.
Dia selalu menemani malam natalku, jika ayah tak ada. Dia selalu datang kerumah seorang diri pada malam natal. Orang rumah yang tahu siapa itu Wonwoo hanyalah bibi Jung, tukang masak dirumah.
Sejak bulan Februari tahun lalu, saat pembagian nilai kelulusan. Mulai saat itu aku tak pernah melihat sosok Wonwoo. Aku berusaha menghubunginya namun nihil. Aku mendatangi rumahnya dan selalu saja aku bertemu dengan Lee ajhussi –tukang kebun-. Lee ajhussi bilang Wonwoo pergi dan tidak memberi tahunya ia akan kemana. Dia tak pernah kembali. Berbulan bulan aku berusaha mencari informasi tentangnya. 10 bulan berlalu, aku mulai berharap ia akan kembali saat malam natal. Tapi ia tak pernah datang. Bahkan aku tak merayakan Natal tahun lalu. Walaupun notabenenya ayah ada dirumah, tapi aku tak keluar kamar pada saat malam natal.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
How Can We Engaged
FanfictionLove is a symbol of eternity. He stole your heart so i'm planning revenge. I'm going to take your last name and put my last name into yours.