Marcel memasuki California Resto ini. Ia berjalan tergesa-gesa karena dalam keadaan emosi. Bisa-bisanya dia mendapat ancaman murahan dari seorang model sialan macam Kate. Dia masuk ke dalam VIP room yang sudah dipesan atas nama Katrine Paula.
"Hei, udah dateng?!" Katanya lalu tersenyum manis.
"Langsung aja ke intinya!" Marcel duduk di hadapan Kate.
Kate memberi kode pada asistennya untuk meninggalkan mereka berdua di ruangan ini. Setelah asistennya itu keluar, percakapan panaspun dimulai.
"Mau lu sebenernya apa sih?!"
"Cel, gue tau lu masih cinta kan sama gue. Gue cuma mau balikan aja sama lu, itu aja kok" katanya. Marcel menggelengkan kepalanya. Setelah apa yang dilakukan si manusia brengsek ini, meninggalkannya karena seorang lelaki selingkuhannya sudah terkuak media.
"Kenapa sama Ronald, udah bosen?" Cibir Marcel.
"Huf, dia ngehamilin adek gue sendiri! Bajingan yah. Dan gue sadar Cel, emang cuma lu yang cinta mati sama gue" katanya.
"Eh? Apa lu bilang? Cinta? Makan tuh cinta! Gue udah nggak punya rasa apapun sama lu" kata Marcel.
"Oh ya? Apa karena sekarang lu udah mulai sayang sama Stella? Hm.. Stella tau nggak yah kalo acara tinggal seapart ini tuh bukan karena orangtua kalian?" Tanya Kate lalu tersenyum penuh arti. Marcel menoleh tajam ke arah Kate.
Sial! Apa maksudnya?! Tau darimana ini orang?!
"Kaget yah?!" Kate tersenyum licik.
********
Marcel POV
Sial! Dia tau darimana? Nggak ada orang yang tau selain gue. Gue nggak pernah cerita ke siapapun. Ya.. emang acara tinggal seapart itu bukan karena ide gila orangtua gue. Tapi.. itu kemauan gue. Tunggu jangan salah paham, bukan apa-apa. Gue nggak bisa ngejaga Stella kalau dia tinggal beda tempat sama gue, gue selalu nggak tenang.
Gue ceritain sedikit.
Puncaknya saat gue umur 18 tahun dan Stella berumur 17 tahun. Kala itu gue sama Stella lagi mencoba bakar-bakar rambut, kejar-kejaran sampe kayak orang gila. Konyolnya bokap nyokap gue mergokin itu. Gue dan Stella emang nggak pernah akur dari kecil. Gue yang nggak suka ngalah, dan Stella yang suka mancing emosi gue, apalagi kalo udah mukul kasarnya bukan main.
Nyokap gue marah besar karena tragedi itu, walaupun nggak ada yang tersakiti di sini. Jadi, bonyok gue ngadu ke bonyoknya Stella yang sering nitipin Stella di rumah gue gara-gara sering ke luar negeri. Alhasil, kita berdua di ungsikan ke ibu kota tanpa ada keluarga kami di sini. Gue disuruh tinggal di apart khusus ini, dan Stella tinggal di apart yang ada selantai di bawah apart gue. Akhirnya abis Stella lulus SMA, kita berdua cabut ke sini. Bokap bawa gue rekaman ke tempat temennya, dan Stella dibawa nyokap gue buat daftar pemilihan model brand pakaian dalam yang terkenal sedunia.
Setelah hampir 1 tahun gue melewati masa-masa anarkis, dimana band yang dibentuk oleh perusahaan temen bokap gue itu mendapat banyak tawaran dan undangan nyanyi. Sampai akhirnya kami bisa tour. Itu awal dari kesuksesan band gue. Kalau si Stella yah udah pasti dia terkenal karena menurut gue emang dia yang paling cantik di brand itu. Gue udah mulai jarang ketemu sama si Stella sampai akhirnya gue jatuh cinta sama model cantik satu perusahaan sama Stella, namanya Kate. Kate adalah wanita termanis dan terlembut yang pernah gue temui, dia tau semua tentang gue dan Stella juga.
Okey, ini puncak topiknya. Kala itu gue sama Kate bertengkar hebat, akhirnya gue kesepian karena Kate udah nggak ke apart gue lagi. Gue punya ide! Bilang aja ke Stella kalo dia disuruh bokap nyokap gue buat tinggal di apart gue. Si Stella setuju-setuju aja karena dia juga kesepian di sana. Awalnya gue cuma ngilangin kesepian gue, tapi setelah berbaikan sama Kate, Kate risih dengan Stella yang ada di apart gue. Yah, gue bilang aja kalo bokap nyokap gue yang nyuruh. Pas itu Kate sering ngusir Stella dan bikin gue gondok. Gue nggak akan pernah keluarin Stella dari sini!!!
Kami bertengkar lagi, dan dia...... selingkuh!!! Gue mutusin hubungan gue sama dia. Beberapa hari itu gue marah-marah melulu sama Stella sampai akhirnya di basement apart gue nampar si Stella yang bacotnya melebihi nyokap gue. Sialnya, bokap nyokap gue saat itu lagi berkunjung ke apart. Jadi, kami habis dimarahi dan berapa hari kemudian gue mulai sandiwara depan media sama Stella. Supaya orangtua gue di rumah bisa tenang karena sekarang kami berpacaran.
Oke sekian cerita gue!
"Jadi, gimana?" Tanya Kate
"Apanya yang gimana?"
"Tawaran gue lah! Lu harus mau balikan sama gue atau gue aduin sama Stella kalau sebenernya lu yang bikin ide tinggal seapart ini. Gue yakin nyokap bokap lu juga pasti nggak akan setuju kalau lu berdua tau-tau udah tinggal bareng gini"
"Sial, Kate. Omong kosong apaan ini?!"
"Tawaran terakhir, Cel. Gue cuma pengen lu balik sama gue dan putusin Stella"
Hm ini yang berat.
Pertama, kalau gue putus dan tiba-tiba ada beritanya gue sama Kate bisa-bisa bonyok gue marah-marah. Kedua, kalau gue nggak terima tawaran Kate ini pasti Stella nggak bakal mau tinggal di apart gue lagi. Sial! Gue nggak tau kenapa gue nggak mau si Stella tinggal jauh dari gue. Walaupun cuma beda selantai.
**************
Shane mencari nomor Vando, sahabatnya selain Gladys yang menjadi rekan bisnis. Bisnis kafe yang dirintis dari nol oleh dia dan Vando. Shane yang orangnya emang nggak suka jajan diam-diam punya tabungan sendiri yang ia simpan di kaleng mainannya sejak kelas 1 ES. Uang itu akhirnya terpakai untuk berbisnis saat ia umur 17 tahun. Untungnya, Vando mengerti keadaannya dan mengelola kafe sendiri bersama para karyawan. Lagipula Shane punya modal lebih besar di kafe daripada Vando.
"Kok gitu sih? Tuh orang nggak ada otaknya apa, nyari meja kayak gitu kan susah, mesti pesen"
"Mana gue tau, lagian mereka berantem di kafe bikin malu aja"
"Yaudalah, sementara meja kurang 1 dulu deh. Nanti gue pesenin lagi. Lain kali kalo ada pelanggan gelagatnya udah nggak bener usir aja!"
"Siap bos. Eh jadi gimana tuh tinggal di apartnya artis? Enak nggak?"
"Heh bego! Lu ngomong sembarangan di situ kalo misalkan ada yang denger terus ketauan Stella sama Marcel tinggal seapart gimana? Gue kan jadi ngerasa bersalah"
"Sok-sok ngerasa bersalah. Udah deh ceritain aja, gue penasaran nih"
"Nanti aja deh, gue cari cara biar bisa keluar dari apart ini dan kita ketemuan dikafe!"
"Gue sih always ada di kafe coy"
Shane memundurkan langkahnya untuk berbalik duduk di sofa. Sedaritadi ia menelpon menghadap jendela besar. Memunggungi semua furniture kamar ini.Baru saja ia berbalik, ia menemukan sosok wanita di tengah pintu yang terbuka. Shane pucat pasi, o-ow.
"Halo! Shane lu masih di situ kan?"
Tututut. Shane mematikan ponselnya. Ia menatap gadis di hadapannya yang kini berwajah merah geram."Hai, Tante, Shane baru aja mau mandi" kata Shane dengan senyumannya.
"Lo! Argh! Gue ditipu! Gue ditipu!!!!!" Teriak Stella sambil memijit kepalanya.
Shane menggaruk kepalanya gusar. Harusnya dia nggak besar-besar suaranya, harusnya dia sadar kalau Stella akan bangun. Sialan! Karena keasikan telponan sih.
**************
Nanti bakal dijelasin kenapa Shane begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing GOODBYE
RomanceStella Brady seorang model cantik yang berpacaran dengan vokalis band, Marcello Arbastian. Tapi, tunggu. Pacaran itu hanya status, tidak pernah ada rasa di dalamnya. Jangan salahkan mereka, salahkan orangtua mereka yang mengungsikan mereka ke ibu ko...