Bab 1

115 2 2
                                    

Terlihat beberapa orang yang berada dalam ruangan tersebut semua terlihat ceria dengan tawa yang mengiringi tetapi tidak dengan tokoh utama kali ini. Dilihat dari sisi mana saja dia terlihat tampak murung walaupun sesekali menebarkan senyum yang dipaksakan.

Hari ini merupakan hari pertunangannya dengan seseorang yang diapun sudah lupa wajahnya. Sebelumnya mereka sudah pernah bertemu mungkin karena waktu bertemunya ketika dia masih umur 4tahun dan sekarang dia lupa bagaimana wajah orang tersebut. Tunangannya lebih tua 3 tahun darinya kalo sekarang dia 16tahun jadi tunangannya 19 tahun yang berarti sudah kuliah.

Mungkin sebuah kebahagiaan atau bencana yang dialaminya sekarang yang pasti dia sudah lupa semua tentang tunangannya. Bukan karena dia amnesia karena kecelakaan seperti di dorama-dorama yang pernah dia tonton tapi memang dia lupa karena dulu kata mamanya dia bertemu sewaktu belum memasuki taman kanak-kanak dan waktu TK karena pekerjaan orangtuanya yang dipindah tugaskan ke Surabaya, sehingga dia mau tak mau harus ikut juga dengan orangtuanya kalaupun tetap di Jakarta yang pasti dia hanya tinggal dengan kakek neneknya.
Dan karena mendapat suasana yang baru dan banyak juga teman-teman baru, sehingga membuatnya melupakan teman-teman kecilnya yang berada di Jakarta tak terkecuali dengan tunangannya tersebut. Mamanyapun selama di Surabaya tidak pernah menyinggung tentang dia dan tunangannya.
.
.
.
Nadine Arsandya itulah namanya, gadis yang cukup cantik standart orang indonesia, tinggi 161 hidung agak mancung khas orang Indonesia, wajah lonjong tidak bulat, bulu mata cukup lentik, rambut lurus sebahu, kulit cukup putih untuk standart orang indonesia yang kebanyakan berkulit sawo matang, mungkin seperti itulah gambaran seorang Nadine.

Ray Andrian nama itulah yang nanti akan menjadi tunangannya, yang kata mamanya sih cukup tampan, dan sebelum dia melihat bagaimana wajah tunangannya dengan mata kepalanya sendiri dia tidak akan percaya dengan omongan mamanya.

.

Jam sudah menunjuk pukul 08.10 tapi keluarga mereka belum juga datang dan itu sudah lebih 10menit dari waktu yang ditentukan. Terlihat papa Nadine dan beberapa anggota keluarga lain yang masih bercengkrama dan sesekali juga tertawa. Mamanya sedang sibuk didapur untuk mempersiapkan makan malam nanti.

Pertunangan ini tidaklah diadakan besar"an hanya beberapa anggota keluarga Nadine dan keluarga Ray juga hanya beberapa saja yang akan ikut. Terlihat Nadine yang tetap dalam mode murungnya, sekaligus tetap berdo'a dalam hati semoga perjodohan ini dibatalkan.

Ini bukan jaman Siti Nurbaya, dan masih ada saja acara perjodohan, bukankah itu hal yang kolot dilakukan di jaman modern seperti ini. Dia bersumpah dalam hati tidak akan memberi tahu teman-temannya tentang perjodohannya ini, apa kata teman-temannya nanti kalu tau dia sudah dijodohkan dan bahkan sudah bertunangan mungkin mereka akan tertawa 7hari 7malam.

Terdengar klakson mobil diluar dan itu mungkin keluarga Ray. Terlihat Nadine yang terlihat gugup sekaligus kecewa karena do'anya tidak terkabul. Sampai tepukan dibahunya mengagetkannya.

"Nadine, Oh ayolah nak senyum dong jangan cemberut seperti itu, Ray sudah ada didepan tuh" kata mamanya dengan sedikit menaikkan sudut bibir Nadine dengan jari-jarinya.

"Ya ya ma aku senyum, lihat" kata Nadine dengan menampilkan senyum yang dipaksakan
"Haha, itu senyum terjelek yang pernah mama lihat"

"Mending mama sambut keluarga Ray, Rey atau siapapun itu, biarkanlah anakmu ini menenangkan hati disini ma" ujar Nadine dengan wajah cemberutnya

"Baiklah-baiklah, tapi kamu jangan coba-coba kabur ya, lihat saja nanti kalau kabur mungkin mama akan langsung menikahkan kalian, hmm dan itu kelihatannya menyenangkan"

"Mama, hilangkan fikiran gila itu, aku masih sekolah" ujar Nadine sambil menggeleng-gelengkan kepala ngeri kalau itu menjadi hal nyata.

"Walaupun kamu masih sekolah tapi umur kalian sudah memasuki syarat hukum pernikahan di Indonesia loh, jadi jangan coba-coba kabur atau hal itu akan terjadi, haha" tawa mama Nadine.

Taste of RelationshipWhere stories live. Discover now