Confused

240 3 0
                                    

"Hei Max!! konsentrasi, aku sedang bicara padamu!" Dia membentakku kasar.

"Hmm.." Aku hanya bergumam, entahlah aku tidak bisa berkosentrasi pada apa yang diucapkannya.

"Ada urusan apa kau memanggilku kesini? Tidak biasanya, mana jalangmu itu? Biasanya ia disini. Apa ia sudah bosan bersenggama denganmu, karena kau mulai keriput?" Aku menjawabnya santai dan tersenyum menang, mana si Jalang itu? Biasanya ia menyambutku dengan hangat, namun sekarang tidak lagi. Aku tidak perlu membuang tenaga untuk membentak si jalang itukan? Seharusnya dari dulu begini, Jalang itu tidak perlu menampakan wajah menjijikannya disini.

"Jaga bicaramu Max, dia itu ibumu." Dia membentaku lagi, aku muak.

"Aku tidak pernah menganggapnya ibuku, dia bukan ibukku."

"Max!!"

"Dengar, langsung saja bicara, kenapa kau memanggilku? Aku tidak punya waktu untuk bicara dengan orang sepertimu."

"Max tinggalah sebentar, ibumu sakit.." Apa katanya? Sakit? Bagus, jika ia mati aku tidak perlu susah payah membunuhnya.

"Lalu apa urusanku?! Sudah kubilang dia bukan ibukku!! Kau tidak mengerti? Bukankan kau bergelar DR di harvard University?"

"Dia ibu kandungmu Max!!"

"Aku lelah, sampaikan saja salamku untuknya, dan sampaikan maafku karena tidak bisa menjenguknya sekarang dan tidak sampai kapanpun."

"Max.. Tunggu.."

"Apa?"

"Jika punya waktu luang, sempatkanlah datang, jenguk ibumu."

"Mungkin nanti."

Aku datang kerumah terkutuk itu, rumah sederhana yang menyimpan banyak kenangan pahit. Dirumah itu aku merasakan cacian, makian yang tak terelakan, dirumah itu juga aku merasakan cinta, cinta pertamaku. Semua itu lenyap tanpa bekas, bahkan rumah itu sekalipun, lenyap. Jalan hidupku terlalu sulit untuk di ceritakan, aku tidak mengerti kenapa semua ini terjadi. Dulu, aku orang yang berkecukupan bahkan bisa disebut kaya, mempunyai keluarga yang harmonis, bukan berandalan seperti ini. semua itu pada akhirnya hilang tanpa jejak. Profesiku bahkan menjadi seorang berandalan sampai aku bertemu dengan Chal.

Dering teleponku berbunyi ketika aku mulai berjalan pulang menuju tempat tinggalku, aku tidak punya rumah, hanya punya motor tua, selama ini aku tinggal menumpang dengan temanku, bahkan sewa Flat saja aku tidak mampu. Layar ponselku kembali menyala, tertera di situ 'Kiddy girl' panggilan untuk Chal, karena ia kekanak-kanakan.

"Max..." katanya

"Ada apa denganmu?!" Aku selalu tau, jika nada bicaranya seperti itu, ia sedang menangis dan dalam masa sulit. Aku mengenalnya, sangat mengenalnya, bahkan aku bisa tau kapan dia bangun tidur tanpa melihatnya.

"Aku.. aku.. ini sakit Max.."

"Sayang? kau sakit? Katakan padaku sekarang kau dimana?!!" Apa yang terjadi dengannya? Siapa yang berani melukainya. Bagus, sekarang aku mulai panik, dasar gadis gila!

"Max.. ini sakit.."

"SIALAN KATAKAN PADAKU KAU DIMANA CHAL!!" Sialan!! Aku membentaknya, Max bodoh. Aku terlalu panik untuk bersikap lembut, semua ini membuatku gila jika mengenai dirinya.

"Aku dalam perjalanan menuju Waffle House."

"Baiklah, tunggu aku, dan jangan bersikap bodoh, mengerti?"

Ia bahkan hanya terisak, tidak menjawabku. SIAL!! Apa yang kau lakukan Chal? jangan membuatku mati kali ini, karena terlalu keras memikirkanmu. Aku melajukan motorku diatas 80 km/jam supaya datang ke Waffle House lebih cepat. Pertemuan singkat di Central Park kala itu, membuatku mengenal gadis cantik dengan segala keanggunannya dan tubuhnya yang sexy. Chal kala itu, aku melihatnya sebagai Jill adikku, cinta pertamaku, yang sekarang aku bahkan tidak tau ia sudah mati atau belum.

Chat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang