Prologue.

2.3K 219 75
                                    

Pemuda berambut merah api itu meronta. Mata hitam dengan pupil merahnya terpejam menahan sakit.

"Karma Akabane."

Sebuah suara yang terkesan berat memanggilnya dengan dingin. Selang beberapa waktu, suara tadi berlanjut.

"Tahukah engkau apa yang telah kau lakukan?"

Karma hanya menyengir mendengarnya, ia tertawa kecil--seakan meremehkan. Dengan sisa tenaga ia membalas,

"Apa, ya? Bisakah kau memberitahuku?"

Sang lawan kesal, alisnya menekuk. Dengan satu jentikan jari, sulur berduri yang mengikat tubuh Karma mengencang. Membuat Karma membatuk darah.

"Kau telah menginjakkan kaki kotormu di Aflheim(1) yang suci." Lawan bicaranya---Gakushuu Asano---menatap Karma angkuh, "Sungguh, dosa yang tak dapat diampuni."

"Hee? Aku hanya ingin mengunjungi Komplek sebelah ..."

Alis Gakushuu Asano semakin menukik, "Apa kau tidak tahu hukumnya? Apa kau tidak tahu apa yang telah kau perbuat pada hutan Aflheim ini? Dasar hina."

Ctik!

"Ghhk!!"

"Ren, Tomoya, Natsuhiko, Teppei, (F/n). Kemari."

Lima orang yang sedari tadi berada di belakang Gakushuu, melangkah maju. Sayap putih senada dengan Gakushuu milik mereka mengembang.

"Mari kita mulai penghukumannya."

Mata Karma membulat, mengetahui arti dari kalimat yang tadi.

Dengan Mana(2) terakhirnya, ia mengeluarkan api yang berkobar. Menyebabkan sulur yang tadi mengikatnya ikut terbakar.

Ia bebas sekarang, namun badannya sungguh lemas.

Sayap hitam kelam ia kepakkan, terbang menjauh dari enam orang tadi.

Namun gagal.

Sakakibara Ren, salah satu dari enam angel(3) menembak sayapnya dengan panah perak.

Karma terjatuh, menghantam rerumputan hutan dengan keras. Tubuhnya terpelanting. Pundaknya memar, punggungnya juga cidera. Dengan sisa tenaga, ia menyeret tubuhnya menggunakan tangan.

Namun, sekali lagi gagal.

Di depannya sudah ada satu lagi angel. Sayap putih miliknya merekah. Rambut (h/c) tertiup angin ketika ia mulai menjentikkan jari.

Suara angel lain dari kejauhan terdengar;

"(NAME)! BUNUH DIA!"

Mata Karma terpejam erat, menerka apa yang akan dinikmatinya nanti. Meleleh? Membeku?

Tetapi, yang ia rasakan malah sentuhan lembut pada helai-helai merah miliknya. Dengan bingung, ia membuka mata.

Terlihat, angel tadi sedang mengusap lembut kepalanya sambil berjongkok. Karma tak bisa berucap, ia hanya memperhatikan wajahnya yang kini sedang tersenyum lembut.

Between the Borders [Karma Akabane X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang