Lembar 3

837 126 33
                                    

"Sebenarnya kalian sudah sadar, bukan? Bahwa kini, dosa-dosa kecil itu sudah disebut sebagai 'kebiasaan'."

.

.

.

Mata kuningnya kini menyala-nyala di kegelapan ruang takhta. Giginya menggertak penuh amarah, sesekali menggigit pula bibirnya. Tangannya mengepal, ditempelkan ke pangkal mulut. Alisnya berkedut-mencoba berpikir.

Hawa semakin dingin, namun hatinya konstan memanas sekian sekon.

Nah, sepertinya hari ini penuh kejutan dari Tuhan, bukankah begitu, Akabane Karma?

.

.

.

Borders

An Karma x Reader story written by Aka-niira

Ansatsu Kyoushitsu (c) Matsui Yuusei

Warning/Disclaimer: Gabungan mitologi, tema dan pembahasan sensitif, OOC, etc.

.

[Please read!]
Mulai sekarang sampai lembar akhir, LBTB akan ditulis memakai POV 3

Then, Happy Reading!

.

Lembar 3

.

.

"Aku benci mengatakan ini, tapi ...." Kayano Kaede berucap gugup. Sebuah jeda dari gadis itu membuat suasana ruangan menjadi semakin tegang. Kemudian ia memejamkan mata, sebelum mengatakan kenyataan pahit.

"Sepertinya ... sepertinya (Name) akan dihukum-"

Kalau kalimat itu tak bisa membuat seorang Karma gentar, mengingat betapa menyakitkannya penghukuman teruntuk seorang angel yang betul-betul menyiksa.

(Fullname) dihukum?

Bagus sekali, Karma. Membuat gadis melarat kesakitan karena dirimu? Apa itu betul-betul perbuatan seorang raja bijaksana? Bisa saja kini (Name) telah dipasung, atau mungkin dipenggal? Oh, bagaimana kiranya detensi untuk seorang malaikat yang telah membebaskan seorang setan?

Itu semua karena Karma.

Perempuan kalis itu tak pernah meneteskan kejahatan sedikit pun kepadanya.

Tapi dia harus melalui siksa karena Karma.

Perempuan itu tak pernah sekalipun, (Name) yang menyedihkan itu tidak pernah sekalipun, berbuat keburukan.

Jadi, bukankah sekarang tidak aneh kalau Karma berlari ke perbatasan, melanglang buana demi membalas budi (Name)?

"Karma! Tolong hentikan! Bahaya jika kau pergi ke sana lagi!" Nagisa Shiota berteriak untuk beribu-ribu kalinya, mencoba menghentikan sahabat karibnya itu semampu mungkin.

Karma, di lain pihak, sama sekali tidak menuruti ucapan Nagisa. Ia hanya terus berlari menabrak angin. Pikirannya hanya ada satu prioritas, dan itu tidak bisa diganggu gugat.

"Karma!"

"Oi, berhenti!"

--Sorakkan lain datang dari Maehara Hiroto dan Isogai Yuuma. Peluh menetes dari sekujur tubuh mereka. Mereka mulai bingung, apa yang menggerakkan tubuh Karma sampai tek-tok begitu, sementara mereka sudah terlampau lelah?

Between the Borders [Karma Akabane X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang