Wajah Gakushuu Asano terlihat tidak pernah tenang selama duduk di kursi besar berwarna gelap itu. Matanya masih mengarah kepada Karma Akabane yang berjarak tidak terlalu jauh darinya. Dia terlihat sedang meneliti sesuatu ketika melihat Karma-atau mungkin mengingat sesuatu.
Sedangkan aku yang berada di sebelahnya amat antusias, kulihat ke sekitar ruang makan itu dengan mata berbinar-binar padahal makanan belum datang.
Agaknya Helheim lebih ramai hari ini; ada dua tamu jauh dan beberapa tamu undangan Karma ikut meramaikan. Meja besar yang sanggup disandingi kurang lebih 64 kursi itu kini tidak menyisakan kursi yang kosong.
Pangeran terlihat bahagia, sama sekali tidak ia hiraukan aura-aura tidak mengenakan yang menyeruak dari Gakushuu. Makan malam kali ini akan menjadi makan malam yang menakjubkan, itulah yang wajahnya katakan. Tidak henti-hentinya ia menatapku yang berada tepat di seberangnya.
"Aku harap kalian suka makanan tradisional dari Helheim," ucap Karma dengan sedikit intonasi sarkastik. "lumayan enak lho, apa kalian pernah mencobanya?"
Gakushuu tidak menjawab, aku menggeleng dengan semangat. "Terima kasih telah mengundangku makan malam, Karma," senyumku. Karma mengangguk dengan bangga.
"Gakushuu, sudah lama kita tidak makan malam bersama, ya," Aku berbisik ke pada Gakushuu yang ada di sebelahku. "padahal dulu rasanya hampir setiap hari aku makan denganmu."
Manik Gakushuu menatapku untuk beberapa detik, untuk kemudian ia membuang muka, menatap ke bawah. "Ya ...."
Lho?
Tak sempat bertanya kenapa, beberapa pelayan datang membawakan makanan. Aku dan Gakushuu yang merupakan makhluk luar daerah menatap makanan yang disajikan dengan wajah kebingungan. Makanan itu sama sekali tidak pernah disajikan di Aflheim.
"Itu adalah makanan tradisional kami, dibuat dari bunga." Karma menyahut tiba-tiba.
"Bunga?"
"Iya. Sebenarnya Helheim memiliki satu ladang bunga, ladang itu cukup subur-mungkin satu-satunya wilayah yang subur di sini-sehingga bisa kami tanami bunga." Pandangan Karma berpindah ke Gakushuu. "Maaf, ya~, di sini kami tidak bisa menyediakan buah yang ranum atau air madu."
Gakushuu terpelatuk.
Selain makanan yang terbuat dari bunga itu, ada pula dua sajian lagi; daging berwarna kecokelatan yang ditumpahi semacam saus mirip saus tomat, ada pula segelas minuman berwarna oranye kemerahan yang dilengkapi dengan beberapa bongkah es batu.
"Yang itu dibuat dari daging hewan di hutan tempat kau jatuh tadi, sausnya didapat dari sari pohon tua yang terkena air hujan," jelas Karma, suaranya sedikit tersamarkan dengan riuh para tamu dan alat makan yang beradu di ruangan. "minumannya sama, terbuat dari sari pohon yang terkena hujan pula. Ayo, silakan makan."
Aku hendak memasukkan sesendok penuh makanan ke dalam mulutku, namun Gakushuu memegang pergelangan tanganku sebelum itu terjadi.
"Biar aku dulu, kemungkinan dia menaruh racun dalam makanan ini."
Aku melotot ke arah Gakushuu. Demi Tuhan, dia terlalu tegang semenjak menginjakkan kaki di sini.
Mendengar gugatan dari Gakushuu, Karma tertawa. "Kami tidak menaruh apapun di makanan itu," ucapnya. "kalaupun ada, hanya akan aku taruh di piringmu. Spesial." Gakushuu kini duel pandang lagi dengan Karma, aku menghela napas.
Aku melerainya dengan susah payah, mungkin karena mereka berdua sama-sama kelelahan atau apa, dalam tiga menit mereka sudah melupakan masing-masing lawan dan kembali fokus dengan hidangan yang telah disajikan. Aku gerakan sendok berwarna silver mengilat itu ke dalam mulut-enak, tidak buruk sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Borders [Karma Akabane X Reader]
Roman d'amourCover by : Himeneko Mungkin kami memang berbeda dunia. Mungkin pertemuan kami bisa dibilang sebuah kesalahan yang tak bisa diampuni. Aku yang seorang malaikat. Dan Karma yang seorang pangeran iblis. Bagaimana kita bisa menyentuh lembar terakhir? Gre...