Pria bersurai strawbery blond itu memang tidak bisa berpikir rasional lagi, ia pikir ia sudah gila. Lihatlah dia sekarang, kembali ke Aflheim, rumahnya sendiri. Meski begitu, sedari tadi peluh khawatir tidak pernah berhenti menetes dari wajahnya. Tadi saat dia keluar dari lubang itu, tidak ada yang melihatnya. Syukurlah. Memang ia tahu betul, jika pagi hari siang hari seperti ini para elf dan fairy sedang berkumpul di Sungai Perystilum untuk menyejukkan diri.
Ia berusaha untuk nampak biasa saja, tetapi tubuhnya tetap saja terlihat lebih kaku dari biasanya.
Satu jam perjalanan dari lubang (ia berjalan dengan pelan dan hati-hati), akhirnya Gakushuu sampai ke Kantor Pusat, tempat di mana Ren dan anggota 6 Virtuosos lainnya berada di jam kerja seperti saat ini. Gakushuu melangkah masuk ke bangunan pencakar langit itu. Ketika berada di dalam, beberapa orang membungkuk kepadanya, memberi hormat karena dia adalah anak dari pemimpin Aflheim--dan calon pemimpin Aflheim yang selanjutnya.
Ia sampai di lantai tiga, lantai paling luas. Lantai ini dirancang khusus untuk anggota 6 Virtuosos. Mulai dari ruangan untuk berolah raga, ruang latihan, ruangan simulasi perang, kantin, hingga asrama. Anggota tidak diwajibkan untuk tinggal di sini, namun mereka diberikan hak secara cuma-cuma untuk menggunakan seluruh fasilitas di lantai ini. Total ada dua teman Gakushuu yang memanfaatkan lantai ini sebagai tempat tinggalnya dan sejujurnya tempat ini lebih layak dibandingkan rumah mereka yang asli; makanannya kualitas bintang lima, ada petugas khusus yang akan membersihkan kamar secara rutin, kamarnya pun tidak sempit--memadai untuk satu orang penghuni.
Yah, meskipun begitu suasana rumah memang tidak bisa dikalahkan, bukankah begitu? Ada perasaan nyaman sendiri-perasaan yang bahkan lantai mewah ini tidak bisa gantikan.
Mujur untuknya, Ren sedang menyantap makanannya di kantin. Gakushuu dengan perasaan santai yang dibuat-buat pun duduk di sampingnya.
Sakakibara Ren sontak menyemburkan makanannya ketika melihat Gakushuu Asano. "K-Kau ... selamat, syukurlah."
"Tentu saja," jawab Gakushuu angkuh.
Ren terdiam, merasa kagok sekali karena keberadaan Gakushuu. Ia bahkan ragu untuk melanjutkan makannya.
"Apakah orang itu sedang di luar sekarang?"
"Ya, kemungkinan besar begitu. Tadi aku melihat dia berjalan menuju pintu keluar bersama Irina dan Karasuma."
Gakushuu merasakan sedikit kepercayaan diri merasuki tubuhnya ketika mendengar hal tersebut. Ia rasa ia bisa melaksanakan tugas ini dengan sukses.
"... apa kau ada suatu perlu dengannya?" Ren bertanya, piring ia dorong dengan telunjuknya-nafsu makannya hilang sama sekali.
Gakushuu tidak menjawab, ia menangkupkan kedua tangannya lalu menaruhnya di pucuk hidung. Matanya tajam, serius. Hingga akhirnya ia membuang napas, bersamaan dengan tubuhnya yang berdiri, meninggalkan Ren yang hendak mengatakan sesuatu namun terpotong-akhirnya ia hanya bisa menatap punggung Gakushuu yang kian melenyap menuju lantai paling atas Kantor Pusat.
Pemuda itu sedang menuju ke Ruangan Terlarang Bagian Obat-Obatan. Berbeda dengan ruangan atau bangunan khusus menjajakan obat lainnya di Aflheim, ruangan ini khusus memuat obat untuk digunakan dalam keadaan darurat sekali, seperti obat untuk menghilangkan kutukan yang ditujukan sebagai penghukuman permanen, obat untuk menambah kekuatan (dalam artian benar-benar menjadi kuat), obat untuk menghidupi makhluk yang mati, dan obat-obat langka lainnya. Pokoknya, obat yang ada di ruangan ini efeknya sangat berdampak dan dibuatnya susah minta ampun, karena itu, tak heran ruangan ini terletak tepat di sebelah tempat duduk Kepala Pemerintahan Aflheim--ya, tepat di sebelah tempat duduk Gakuhou.
Dia sedang keluar, tolong ingat itu.
Gakushuu sudah diberitahu mantra untuk membuka pintu Ruang Kepala dan Ruangan Terlarang Bagian Obat-Obatan, mengingat dialah calon pemimpin selanjutnya. Untuk membuka kedua pintu tersebut diperlukan banyak sekali mana, ia benar-benar sudah kelelahan ketika ia berhasil membuka Ruangan Terlarang Bagian Obat-Obatan, peluh menetes deras, belum lagi ia merasa gugup sampai-sampai rasanya ia ingin mati saja sekarang.
Dia menyusuri semua rak yang dipenuhi botol berbagai warna. Beruntung, ia mendapatkan barang yang ia cari cukup cepat-terletak di bagian bawah rak paling kiri. Ia kembali memastikan kandungan dari botol kecil berwarna magenta itu; membuka penutup botol, menciumi aromanya kemudian merasakan suhu dari cairannya. Sudah benar. Beruntung dirinya adalah seorang yang rajin membaca buku, dia bisa tahu cara mengidentifikasi obat.
Gakushuu berjalan cepat keluar, namun tubuhnya berhenti kala netra menangkap wujud dari meja Gakuhou dan kertas-kertas yang disusun rapi di atasnya. Ia teringat sesuatu. Mungkin saja itu masih ada di sana. Ia membutuhkannya. Karena dengan itu, semua kekacauan ini bisa dihilangkan.
Gakushuu menghampiri meja yang terbuat dari pohon berkualitas tinggi tersebut, pohon yang kayunya bisa mengeluarkan wangi semerbak, tak ayal ruangan ini menjadi wangi sekali. Tangannya cekatan membuka setiap laci yang ada, membalikkan setiap kertas, dan melirik hingga ke kolong-kolongnya.
Itu dia!
Hatinya memekikkan sahutan kemenangan kala jemari miliknya menggenggam kertas berwarna emas yang agak pudar. Di kertas itu ada tulisan; tulisan yang menyangkut hal itu, ditulis menggunakan pena berwarna ungu pekat yang cantik . Dia hendak berdiri untuk bergegas menuju lubang perbatasan, mengingat tinggal tiga jam lagi sebelum waktu yang dijanjikan.
Namun, matanya menangkap sosok yang tidak terduga.
"Oh? Kau sudah pulang?"
Gakuhou menatap Gakushuu dengan manik ungunya yang gelap.
-*-*-*-
Reader's POV
"Karma ...."
Aku duduk di samping kasur milik pria berambut merah itu. Tanganku menggenggam tangan miliknya, meremasnya sekali-kali untuk memberikan kehangatan. Semoga saja dia bisa merasakan itu.
Dibandingkan beberapa jam sebelumnya, dia sudah mendingan. Kini wajahnya nampak lebih tenang, mungkin dia terlalu lelah hingga tertidur--atau apalah, aku tidak mengerti.
Tiga jam lagi aku harus berangkat untuk menerima obat itu ... apa Gakushuu baik-baik saja?
"aku akan menuntaskan ini sebelum jam makan malam ..., agar kau bisa makan malam dengan bahagia lagi, bersama Karma."
Kalimatnya itu kembali mengiang di kepalaku. Aku memang lemah dan merepotkan. Apakah aku pernah mengatakan terima kasih kepada Gakushuu barang sekali saja? Aku telah memperlakukan dia seperti seorang ... babu-tidak, lebih dari itu; aku telah membahayakan nyawanya.
Mungkin nanti ... aku harus meminta maaf kepadanya. Ya, aku akan menghampirinya dan meminta maaf!
Saat itu aku terlalu larut dalam pikiran, sehingga aku tidak menyadari bahwa sedari tadi tangan yang aku genggam sedikit bergerak. Sedikit cahaya beranjak menyinari Helheim.
-TBC-
Next chapter preview:
"Aku berangkat dulu, Nagisa."
.
"Simpan dulu pertanyaanmu,"
.
"Apa yangkau tahu tentang aku?"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Borders [Karma Akabane X Reader]
RomantikCover by : Himeneko Mungkin kami memang berbeda dunia. Mungkin pertemuan kami bisa dibilang sebuah kesalahan yang tak bisa diampuni. Aku yang seorang malaikat. Dan Karma yang seorang pangeran iblis. Bagaimana kita bisa menyentuh lembar terakhir? Gre...