(Y/N) POV
"Pssst!"
Tuk.
"Pssssttt!"
Aku menghentikan kegiatan menulisku ketika aku mendengar suara bisikan dan gumpalan kertas berukuran kecil yang mengenai kepalaku.
Tuk.
"Bakaaa! Oii!"
Oke, ini cukup mengganggu. Kutelusuri dari mana asal bisikan itu. Dan kudapati seorang Haizaki Shougo, teman sekelasku--walaupun aku tak ingin mengakuinya--yang meletakkan kepalanya di meja dengan buku menutupi bagian kepalanya. Oh, dan jangan lupakan caranya memanggilku yang seketika membuatku ingin menerjunkannya dari lantai 24.
"Oi, baka. Sekarang jam berapa?" Tanya Haizaki dengan berbisik.
"Oi, aho. Di belakangmu ada jam raksasa dan kau masih menanyaiku jam berapa sekarang?" Bisikku kemudian melanjutkan menulis.
"Aku malas melihatnya, baka. Cepat jawab saja." Haizaki masih berdesis.
"Urusai. Aho." Bisikku mendeath-glare Haizaki. Sebagai wakil komdis, dia benar-benar tak bisa diandalkan.
"Baka! Cepat ja--"
Sring.
Bruk.
Aku menahan nafas. Sebuah gunting melesat dan merubuhkan buku Haizaki yang ia gunakan sebagai 'benteng'. Gunting itu terpental hingga kini berada tepat didepanku.
'Mampus.' Batinku melirik Haizaki sejenak. Seharusnya sejak awal aku tidak mengubris laki-laki bersurai kelabu itu. Lihat saja apa yang sudah ia perbuat di tengah-tengah rapat.
"Ah, maaf. Tanganku terpeleset." Suara baritone seseorang memecah keheningan.
Glek.
Setelah gunting dimainkan, tidak ada yang berani bergerak barang satu senti.
Atmosfer ruangan menjadi sesak. Aura kegelapan menguar dari si pemilik gunting. Nafasku tercekat ketika manik heterokromnya menatapku.'Yang salah kan si aho Haizaki. Kenapa aku yang ditatap. Lagipula, apa-apaan tatapan tajamnya itu?' Pikirku membuang muka.
Aku pun meliriknya lagi.
Heh?
Dia hilang?"Mencariku, (y/n)?" Sebuah bisikan tepat ditelinga kananku membuatku terlonjak.
"GYAAA!"
DUAGH.
"Aduh." Aku meringis memegangi kepalaku yang sakit. Kemudian kulirik seseorang yang entah mengapa terlihat medekat.
"O-oi, Sen--"
Bruk.
Apa kepalaku begitu keras hingga membuat seorang Akashi Seijuuro pingsan?
"Gyaaa! S-senpai, a-apa kau baik-baik saja?" Tanyaku. Tak ada respon. Anggota osis pun menolong si mesum yang jatuh di pelukanku.
Eh. Aku berpelukan dengan senpai mesum ini?
Tidak. Tidak. Tidak.
Ini hanya kecelakaan. Maji kecelakaan 1000%.
Berhenti memikirkan hal gila, (y/n)! Yang terpenting, bawa orang ini ke ruang kesehatan terlebih dahulu."Baiklah, rapat ditunda senin depan sepulang sekolah-nanodayo. Sekian." Midorima Shintarou-senpai, yang merupakan wakil ketua pun membubarkan rapat. Kemudian buru-buru menolong si senpai mesum.
○○○○
Setelah rapat dibubarkan dan si mesum dibawa ke uks, aku menyelinap mengikuti Nijimura-senpai dan Midorima-senpai diam-diam. Aku bersembunyi di kelas 2-2 yang merupakan kelas terdekat dengan uks.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor [Akashi x Reader]
FanfictionMataku terpaku padanya. Pada iris dwiwarnanya. Pada caranya menatapku. Menatap angkuh. Dan jangan lupakan senyum setannya. Yang sialnya adalah kakak kelasku. Sekaligus tetanggaku. Warning! • Typo • AU • Gaje, abal, dkk. [Akashi Seijuurou X Reader] T...