Normal POV
(Y/n) merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Minggunya kali ini benar-benar melelahkan. Mulai dari Senin lalu, ia terpaksa mengerjakan ulang 10 lembar essay untuk tugas Hinako-sensei. Salahkan dirinya sendiri yang lupa membawa tugas sepenting itu. Apalagi pelajaran Hinako-sensei yang murid-murid bilang beliau tipe guru yandere, yang tidak segan menghukum murid-muridnya.
Kemudian kesialannya berlanjut ketika ia disuruh menggantikan Aki Fukuoka, temannya dari kelas lain, seorang penjaga perpustakaan, karena Fukuoka sendiri sedang mengikuti bimbingan olimpiade. Masalahnya bukan saat menjaga perpustakaan, tetapi karena (y/n) yang cepat bosan dan disana ada seorang anak laki-laki yang terus mengajaknya mengobrol, bahkan sempat meminta nomor ponselnya. Dan itu berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
Kemudian Jumat lalu, (y/n) sudah bersemangat karena kelas berakhir lebih awal dan ia bisa pulang lebih cepat daripada biasanya. Tetapi hari itu ada rapat mendadak ditambah ia harus membantu Daigawa-sensei menempel poster--entah tetang apa itu-- di seluruh papan pengumuman sekolah, bahkan ia harus pergi ke dua sekolah lain yang untungnya jaraknya cukup dekat. Hingga acara kunjungan bersama Ibunya ke seorang tetangga yang ternyata adalah ketua osisnya sendiri.
Dan puncaknya adalah Sabtu lalu, dimana semua kejadian itu tiba-tiba terjadi kepadanya dan berujung pada 'menginap di kandang singa yang mewah'.
"Astaga. Andai saat itu aku tidak menolong si mesum dan membawanya ke uks. Haah~" (y/n) menghela nafas. Kepalanya benar-benar berat. Kini, ia hanya ingin tidur. Itu saja.
Perlahan, (y/n) memejamkan matanya. Hampir saja ia tertidur andai saja ponselnya tidak bergetar.
"Astaga siapa lagi ini?!" Seru (y/n) murka, dengan kasar meraih ponselnya di sebuah meja kecil dekat tempat tidurnya.
Satu pesan masuk dari Nijimura membuat (y/n) memutar bola matanya.
[From: Nijimura-senpai (0XX - XXX - XXX) ]
(Y/n)-san, baru saja Maria-sensei mengirimiku pesan untuk menyiapkan dokumen milik Aomine Daiki. Dokumennya ada padamu kan?
Pastikan untuk membawanya besok. Terima kasih.[16.23]
------------END------------
Aomine Daiki. (Y/n) mengenal betul pemilik nama itu. Bahkan seantero sekolah juga mengetahui preman sekolah kelas kakap berkulit tan yang belakangan ini kena skors lagi.
Ia pasti sudah lama di drop out kalau orangtuanya bukan salah satu donatur terbesar sekolah.
Entah apa yang melatarbelakangi seorang Aomine Daiki untuk berbuat seenak jidatnya hingga berulang kali masuk kantor bimbingan konseling dan mendapat skors.
(Y/n) segera beranjak dari kasurnya, kemudian berjalan malas ke meja belajarnya. Tangannya sibuk mencari map merah di tumpukan buku sekolahnya. Hingga beberapa menit kemudian, ia menemukan map merah dengan nama Aomine Daiki di sampulnya.
Setelah memastikan semua datanya lengkap, (y/n) memasukkan map laknat itu ke dalam tasnya dan berdoa semoga Aomine Daiki segera bertaubat.
(Y/n) mengurungkan niatnya untuk tidur lebih cepat. Langkah kakinya kini membawanya ke balkon.
Udara malam yang dingin menyambut. Seolah tidak peduli, (y/n) bersandar pada pagar besi pembatas yang juga dingin. Matanya menerawang jauh ke langit malam yang gelap. Beberapa bintang berkedip seakan menatap balik.
"Pasti Aomine sialan itu akan memperbudakku lagi." Mata (y/n) terpejam. Dalam benaknya tergambar jelas wajah Aomine Daiki yang akan menyambutnya besok. Bahkan (y/n) membayangkan hukuman apa yang akan diberikan padanya.
Ya, seorang Aomine Daiki menyimpan dendam kepada Yamashita (Y/n).
Berawal dari satu hari usai pelantikan anggota OSIS yang baru. Hari itu adalah hari pertama (y/n) menjadi komite kedisiplinan dan sedang menjalankan tugasnya berpatroli keliling sekolah. Saat itu, (y/n) memergoki Aomine Daiki sedang merokok di gudang belakang sekolah. Tanpa segan, (y/n) memotret Aomine Daiki dan langsung mencatat namanya.
Bahkan (y/n) sempat menegur dan hampir menyeret Aomine langsung ke ruang konseling. Aomine yang saat itu moodnya sedang hancur, hampir memukul wajah (y/n). Untung saja saat itu Nijimura yang kebetulan lewat langsung mencegahnya. Entah apa kata Ibunya nanti kalau melihat wajah (y/n) babak belur.
Alhasil, Aomine mendapat beberapa pelanggaran sekaligus dan membuatnya diskors selama tiga hari. Itu adalah hukuman pertama Aomine, setelah sebelumnya hanya mengoleksi angka.
Dan pada hari kembalinya Aomine Daiki, (y/n) yang sedang piket diseret paksa oleh Aomine menuju atap sekolah. Disanalah awal terjadinya perbudakan (y/n) oleh Aomine. Aomine akan memaksa (y/n) untuk membelikannya sesuatu dan jika (y/n) tidak kembali sesuai waktu yang ditetapkan, Aomine mengancam akan lompat dari gedung itu atau membunuh seseorang.
Gila memang.
Meskipun secara teknis bukan urusan (y/n), mau tidak mau (y/n) harus menuruti permintaan Aomine selama hari yang sama saat Aomine diskors. Itu lebih baik daripada dituduh membunuh Aomine atau sejenisnya yang pastinya masalah itu akan berbelit-belit.
(Y/n) kembali menghela nafas kemudian beranjak masuk ke kamarnya.
Diam-diam, sepasang mata mengawasinya. Dari balkon yang berbeda, dari balik tirai kelabu.
○ ○TBC○ ○
A/N:
Double up ga nihh??;))
![](https://img.wattpad.com/cover/56709377-288-k260689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor [Akashi x Reader]
Fiksi PenggemarMataku terpaku padanya. Pada iris dwiwarnanya. Pada caranya menatapku. Menatap angkuh. Dan jangan lupakan senyum setannya. Yang sialnya adalah kakak kelasku. Sekaligus tetanggaku. Warning! • Typo • AU • Gaje, abal, dkk. [Akashi Seijuurou X Reader] T...