Normal POV
Sudah lebih dari satu jam iris (y/n) terfokus pada pspnya. Diliriknya jam dinding tak jauh darinya. Pukul 6 sore. Bosan, (y/n) keluar dari kamar.
Kakinya tak sengaja menuju dapur, dimana Shiori dan seorang pria sedang berbicara serius.
"Eh, apakah itu Ayahnya Sei-kun?" Takut menganggu, (y/n) hanya terdiam dibalik dinding. Dan benar saja, setelah sedikit mengintip, (y/n) menyadari pria itu adalah Ayah Akashi yang belakangan ia ketahui bernama Masaomi.
"Kalau begitu, Seijuuro harus segera ditunangkan dengan gadis itu." samar, (y/n) mendengar ucapan Masaomi yang membuatnya sedikit terkejut.
'Tunangan? Siapa?' batin (y/n).
"Tentu saja, Pa. Bahkan akhir-akhir ini mereka semakin dekat setelah sekian lama tidak bertemu." Sambut Shiori bersuka cita.
"Baiklah, kita akan mengadakan pertunangannya besok. Lagipula keluarganya juga akan pulang besok, benar kan?"
"Ah, Tidak terasa.. Sei-kun sudah besar ya? Sepertinya baru kemarin Mama membelikan Sei-kun buku-buku cerita dan ensiklopedia bergambar."
"Ayolah, Seijuuro sudah besar. Dia akan menjadi pewaris tunggal Akashi Group."
"Tapi Mama ingin Sei-kun menjadi dokter atau pengacara, Pa."
"Boleh saja menjadi dotkter sebagai pekerjaan sampingannya. Tetapi dia akan tetap menjadi pewaris Akashi Group!"
"Astaga Papa, dokter bukan pekerjaan sampingan!"
'Astaga, ternyata Mama dan Masaomi-san bisa kekanak-kanakan juga.' batin (y/n) segera kembali menuju kamarnya. Tiba-tiba hp nya bergetar, ada pesan masuk dari Haizaki.
[From : Haizaki (0xx-xxxx-xxx) ]
Kirim tugas matematika. Urgent. Penting. Mendesak. Fast.
P.s. Midorima-senpai bilang laporan pelanggaran siswa dikumpul hari senin.
[18. 29]
Mata (y/n) melotot usai membaca pesan Haizaki.
"Bagaimana bisa aku mengirim tugas kalau aku terjebak disini dan kenapa juga aku harus mengirim tugasku padamu Haizaki baka? Lagipula apa-apaan itu? Laporan pelanggaran siswa? Dikumpul hari Senin? Apa dia bercanda?" Frustasi, (y/n) merebahkan dirinya di kasur. Sedetik kemudian ia bangun lagi.
"Sial. Laporan pelanggaran dikumpul hari Senin." Sadar bahwa ia adalah sorang komite kedisiplinan, (y/n) cepat-cepat menggeledah kamarnya. Barangkali menemukan alat elektronik seperti komputer atau laptop di kamarnya. Tapi nihil.
"Astaga.. astaga.. Haizaki bodoh! Kenapa baru mengirimku pesan hari ini?!" Panik, (y/n) mondar mandir di kamarnya. Kemudian sebuah ide terlintas dibenaknya.
"Aha! Aku akan tanya Marie-san dimana keluarga Akashi menyimpan komputer atau laptop! Eh, tapi.. bukankah lebih efektif kalau aku bertanya pada Sei-kun? Eh, tapi.. bagaimana kalau Sei-kun malah meledekku? Ah, tidak mungkin. Eh, tapi itu seorang Akashi Seijuuro, apapun bisa terjadi. Emmm.. Aargh! Aku akan tanya dia saja!" Setelah pikirannya mengalami konflik, pilihannya jatuh pada 'bertanya langsung kepada Akashi Seijuuro'.
Secepat mungkin (y/n) menuju kamar Akashi, mengetuk pelan pintu kamarnya, hingga sebuah suara mempersilakannya masuk.
"Ada apa?" Tanya Akashi tanpa menoleh dari meja kerjanya.
"Loh, Sei-kun... bukankah seharusnya Sei-kun beristirahat?" Heran, (y/n) menghampiri Akashi yang sedang menulis.
"Demamku sudah turun."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor [Akashi x Reader]
FanficMataku terpaku padanya. Pada iris dwiwarnanya. Pada caranya menatapku. Menatap angkuh. Dan jangan lupakan senyum setannya. Yang sialnya adalah kakak kelasku. Sekaligus tetanggaku. Warning! • Typo • AU • Gaje, abal, dkk. [Akashi Seijuurou X Reader] T...