Couple?

94 13 0
                                    

Sudah seminggu sejak Bunda Chelsea pergi. Kini Chelsea tinggal bersama Kakaknya yang bernama Anatasya. Mbak Anat-sapaan akrabnya-sudah menikah dua tahun lalu dan tinggal di Australia bersama suami dan Kanaya, putri tunggalnya. Awalnya, Chelsea diminta untuk ikut tinggal bersama Mbak Anat di Australia. Tapi Chelsea menolak dengan alasan tak mau meninggalkan rumah yang selama ini memberi banyak kenangan untuknya. Mbak Anat tak tega jika hanya membiarkan Chelsea tinggal bersama Mbok Sur, asisten rumah tangga yang setia mengabdi di keluarga mereka sejak Chelsea masih dalam kandungan. Akhirnya Mbak Anat membawa Kanaya untuk tinggal dengan Chelsea. Setelah mendapat izin dari Mas Adhi tentunya.
Kehilangan seorang Bunda rupanya membuat Chelsea berubah. Ia yang biasanya ceria dan banyak omong tiba-tiba jadi pendiam dan tertutup. Jangankan menjahili teman sekelasnya seperti dulu, bicara dengan Iqbaal saja seperlunya.
Tak kenal lelah Iqbaal selalu berusaha untuk menghibur Chelsea. Bagaimanapun caranya. Walaupun sama sekali tak dihiraukan. Iqbaal tak mau Chelsea merasa sendiri.
Malam minggu ini, Iqbaal sebagai makhluk ganteng yang tetap setia dengan kejombloannya sudah siap dengan pakaian andalannya. Kaus oblong dan celana jeans selutut. Ia ingin mengajak Chelsea hang out. Kasihan Chelsea seminggu ini hanya mengurung diri di kamarnya.
"Semoga berhasil." Batinnya.
Iqbaal berjalan menuju rumah Chelsea yang terletak tepat di hadapan rumahnya. Iqbaal dapat melihat Mbak Anat yang baru keluar dari mobilnya sambil menggendong Kanaya. Keponakan Chelsea yang sangat cantik dan lucu.
"Mbak Anat!" Panggil Iqbaal.
Mbak Anat tersenyum. "Eh ada Iqbaal. Naya, salam dulu sama Uncle Iqbaal."
Iqbaal mencubit pipi Kanaya gemas. "Halo, Naya. Lucu banget."
"Mau pergi, Baal?" Tanya Mbak Anat.
Iqbaal mengangguk. "Ajak Chelsea hang out boleh kan, Mbak?"
Mbak Anat terdiam. "Mbak sih nggak larang, Baal. Tapi nggak tau Chelsea mau apa nggak."
"Kalau urusan itu serahin aja sama Iqbaal, Mbak. Iqbaal masuk ya Mbak. Mau bujuk Chelsea."
"Ke kamarnya aja."
***
"Nggak mau, Baal. Males."
Iqbaal menghela nafas. Kemudian memasang wajah paling memelas sedunia. "Ayolah, Chelsea. Masa lo tega sih bikin gue lumutan di rumah? Atau lo mau liat gue jalan sendiri di mall? Tau sendiri gue jomblo. Kalau satnight jalan juga kan sama lo."
Chelsea terdiam. Seperti sedang menimang.
"Ya udah lo keluar sana." Katanya.
"Lah kok gue malah diusir?" Tanya Iqbaal bingung.
Chelsea bangkit dari duduknya. Kemudian berjalan menuju lemari. "Gue mau ganti baju Iqbaal. Lo mau ngintip, hah?!"
***
Iqbaal masih membacakan dongeng putri tidur pada Kanaya saat Chelsea menghampirinya dengan pakaian yang santai pula. Kaus pendek berwarna biru langit, ripped jeans, sling bag dan sneakers putih. Iqbaal tersenyum senang melihat Chelsea yang mulai menunjukkan kemajuan. Walaupun senyum belum menghiasi wajahnya, setidaknya Chelsea mau keluar kamar dan tidak mengacuhkannya seperti hari-hari sebelumnya. "Berangkat sekarang?" Tanya Iqbaal.
Chelsea mencium pipi Kanaya yang berada di pangkuan Iqbaal. Kanaya pun hal terindah yang Chelsea punya. Anak kecil itu selalu punya berjuta cara untuk membuat Chelsea tersenyum. "Masih mau main sama Kanaya?" Tanyanya.
Iqbaal menaikkan bahunya. "Kalau lo mau berangkat sekarang panggil aja Mbak Anat. Tadi bilangnya gitu sih."
"Mbak Anat.. Aku mau berangkat. Ini Kanayanya." Teriak Chelsea.
Mbak Anat berjalan dari dapur dengan memakai celemek. Tangannya penuh dengan tepung. Mungkin sedang membuat kue. Hobinya memang membuat kur. Tapi terkadang tak kenal waktu. Masa jam tujuh malam baru start?
"Bawa ke kamar aja, Chels. Mbak bentar lagi beres kok."
"Oh, oke Mbak." Kata Chelsea.
Setelah Chelsea mengantar Kanaya ke kamarnya, ia kembali menghampiri Iqbaal yang menunggu di ruang keluarga.
"Yuk berangkat." Kata Chelsea.
***
Chelsea dan Iqbaal berjalan beriringan di sebuah mall yang lumayan padat pengunjung. Mereka telah membeli dua tiket untuk menonton film horror yang menurut Chelsea seru. Padahal sebenarnya Iqbaal paling malas disuruh nonton film horror dan Chelsea tahu betul. Tapi bukan Chelsea namanya kalau nggak ngotot. Si egois ini bisa ngamuk kalau keinginannya tak dipenuhi. Theater dibuka 45 menit lagi. Namun Chelsea tiba-tiba merasa lapar. Maklum, ia nyaris tak makan selama seminggu. Akhirnya Iqbaal menawarkan untuk mentraktir makan malam kali ini dengan alasan merayakan pertama kali Chelsea keluar dari kamar dalam sepekan terakhir.
"Jadi mau makan apa?" Tanya Iqbaal begitu mereka berdua sampai di food court yang sudah dipenuhi manusia-manusia yang sama kelaparannya.
Chelsea menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru food court. Tak ada satupun tempat tersisa di sini. Semua meja telah terisi. "Terserah lo. Tapi di sini kayanya penuh deh. Nasi Padang aja gimana?" Tanya Chelsea.
Iqbaal melotot. "Gila ya lo ngajak gue makan Nasi Padang. Lo mau gue diare hah? Belasan taun sahabatan sama gue apa masih kurang buat lo inget kalau gue nggak tahan pedes?"
Chelsea nyengir. "Sorry kali, Baal. Terus makan apaan dong?"
"Nggak usah kaya orang susah deh. Dibawah kan masih banyak tempat makan lain. Inget nggak resto yang lo bilang pastanya enak banget itu? Apaan namanya? Pasta Heaven? Ke sana aja gimana?"
"Ke sana sama lo? Berdua? Ogah! Tempat itu kan romantis. Masa gue satnight gini ke sana sama
M jomblo ngenes kaya lo."
"Aw!" Pekik Chelsea karena Iqbaal menjitak Chelsea gemas.
"Lo seenaknya ngatain gue jomblo berasa laku banget." Cibir Iqbaal.
"Ye enak aja bilang gue nggak laku. Kalau lo sama Karel nggak ngintilin gue terus juga udah banyak cowok-cowok yang mau deketin gue."
Iqbaal terkekeh. "Dan nyakitin lo kaya Bastian. Gitu?"
Chelsea menekuk wajahnya. Bete. Ia paling tak suka kalau masa lalunya dibahas.
Iqbaal yang menangkap kebetean dari wajah Chelsea langsung merasa bersalah. "Sorry deh, Chels. Keceplosan. Lo mau makan Nasi Padang? Ayuk deh gue turutin."
Chelsea menggeleng. "Pasta Heaven aja. Gue sama lo sama-sama jomblo ini. Lagian who cares?"
***
Chelsea baru memasukkan suapan kedua fettuccine carbonaranya saat Aldi dan Kiki, teman ngeband Iqbaal di band sekolah datang menghampiri mejanya. Aldi dan Kiki tentunya bukan jomblo abadi macam Iqbaal. Aldi sudah resmi berpacaran dengan Caitlin, teman sekelas Chelsea dari kelas delapan. Chelsea kenal baik dengan bule blasteran Indonesia-Belanda itu. Lalu Kiki dengan Gege yang dua tahun lebih tua darinya. Walaupun Gege lebih tua, ia tetap terlihat imut.
Aldi duduk di sebelah Iqbaal tanpa permisi. "Kalau kayak gini bukan pacaran, pacarannya kayak gimana ya, Bang?" Tanyanya pada Kiki. Lebih tepatnya Aldi menyindir Chelsea dan Iqbaal.
Chelsea melirik Aldi tak suka. "Dasar biang gosip." Batinnya.
"Udah, Baal.. Ditembak aja Chelseanya. Tar keburu diambil orang. Yang ngantri banyak." Ledek Kiki.
Iqbaal memutar bola matanya jengah. Sebal. "Lo berdua liat nggak masih banyak meja kosong di sini? Ngapain ke tempat gue sih?" Tanya Iqbaal.
Aldi tertawa kecil. "Gamau diganggu Bang. Ya udah kita pergi dulu ya. Udah ditungguin Caitlin sama Gege di lantai dua. Kalian nggak mau sekalian triple date?"

Forever?Where stories live. Discover now