Care

109 10 4
                                    

Chelsea menutup laptopnya. Jam di kamarnya menunjukkan pukul sebelas malam. Ia baru saja mengakhiri video call bersama Karel. Baru seminggu Karel pergi, tapi rasanya sudah bertahun-tahun Chelsea tak melihat wajahnya. Chelsea rindu perhatian Karel yang dua kali lipat dari Iqbaal. Chelsea rindu senyumnya, tawanya, jahilnya. Karel selalu mengerti dirinya. Tak seperti Iqbaal yang lebih sering mendebatnya.
Chelsea baru akan menarik selimutnya ketika ponselnya berdering. Telfon dari Iqbaal.
"Kenapa, Baal?" Tanya Chelsea sedikit malas.
"Karena hari ini gue udah ajakin lo hang out dan traktir lo makan, besok lo harus siap jam lima pagi ya. Pakai outfit senyaman mungkin. Bawa power bank, charger, pocket camera, apapun yang menurut lo penting deh." Perintah Iqbaal dari ujung telfon.
"Jangan merusak waktu tidur gue. Besok hari minggu. Gila ya lo. Mau ngapa...."
"Gue nggak peduli. Lo siap jam lima atau gue masuk kamar lo jam empat."
"Iqbaal jangan seenak lo dong. Iqbaal. Woy Iqbaal. Sialan dimatiin."
Chelsea menaruh ponselnya asal. Chelsea memang tak mau kalah. Tapi kalau berhadapan dengan Iqbaal ia akan pasrah. Karena Iqbaal lebih tak mau kalah.
Tapi untuk apa Iqbaal menyuruhnya bersiap sepagi itu? Bisa-bisa ia tak mandi.
***
Iqbaal berjalan keluar rumahnya dengan kaos oblong dan celana jeans selutut. Outfit favoritnya. Ia membuka pintu mobilnya dan mengeluarkannya dari garasi kemudian menjalankan sedikit sampai di depan rumah Chelsea. Jam menunjukkan pukul lima kurang lima belas. Tapi Iqbaal sudah tak sabar untuk menjalankan rencana besarnya. Ia lalu menelfon Chelsea agar segera keluar dari rumahnya. Dan lima menit kemudian Chelsea sudah siap dengan jeans panjang juga baju hangatnya.
"Mau kemana sih kita? Emang mesti pagi-pagi ya berangkatnya?" Tanya Chelsea begitu memasuki mobil Iqbaal.
Iqbaal tersenyum tipis kemudian mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar.
"Iqbaal gue nanya dijawab dong." Kata Chelsea kesal.
"Nanti juga lo tau sendiri. Udah, kalau ngantuk lo tidur aja dulu. Nanti kalau udah sampai gue bangunin."
***
"Chelsea wake up. Udah sampai nih kita. Kebo banget sih jadi cewek."
Mendengar suara Iqbaal, Chelsea langsung tersadar dari mimpinya. Ia sedikit menguap. "Jam berapa nih?" Tanyanya.
Iqbaal membuka pintu mobilnya setelah sebelumnya memakai kacamata hitam yang selalu ia simpan di mobilnya. "Jam sembilan. Udara pagi bagus buat paru-paru. Cepet keluar. Udaranya sejuk banget. Sayang kalau nggak dihirup."
Chelsea mengucek-ngucek matanya. Kemudian menegakkan duduknya. Seingatnya tadi masih jam enam. Berarti ia tertidur tiga jam dengan posisi tidur yang entah bagaimana. "Bodo amat. Sama Iqbaal sih nggak mesti jaga image." Batinnya.
"Chelsea cepetan keluaaar. Gue nggak mau ya capek-capek nyetir tiga jam lebih kalau lo cuma stay di dalam mobil." Teriak Iqbaal dari luar.
Chelsea memutar bola matanya jengah. "Dasar tukang ngatur." Umpatnya. Kekesalan Chelsea pada Iqbaal sudah diluar batas. Tapi begitu ia membuka pintu mobil Iqbaal, pemandangan yang disuguhkan dihadapannya lebih dari indah. Angin yang berhembus disekitarnya mulai menyentuh rambutnya yang ia biarkan terurai. Dan ia tak menyesal menggunakan mantel ini karena Chelsea yakin sekali suhu ditempat ini dibawah sembilan belas derajat.
Chelsea masih terpaku saat Iqbaal berjalan menghampirinya. "Gimana? Suka kan?" Tanya Iqbaal sambil bersandar di mobilnya.
"Gila. Kalau tau mau ke Ciwidey, berangkat jam tiga juga gue rela, Baal." Kata Chelsea. Matanya tak berkedip sedikitpun. Seolah tak mau kehilangan sedetikpun keindahan hamparan kebun teh dihadapannya.
Chelsea selalu suka Ciwidey. Pemandangannya yang indah juga udaranya yang sejuk selalu membuatnya ingin kembali. Meskipun perjalanan panjang harus ditempuh dari rumahnya.
Chelsea menatap Iqbaal dengan mata berkaca-kaca. "Siapa yang ajarin sih, Baal?" Tanyanya.
Iqbaal mengangkat sebelah alisnya, bingung. "Ngajarin apaan?"
"Lo kok bisa sweet gini sih? Gue jadi terharu. Tapi kasian nanti cewek lo yang entah datang kapan itu. Keduluin gue diromantisin sama lo nya."
Iqbaal menoyor kepala Chelsea gemas. Muji sih muji, tapi ujung-ujungnya tetap berunsur menghina.
"Sakit, Baal. Astaga. Hobi banget sih noyor-noyirin kepala gue. Ini buat mikir." Protes Chelsea.
Iqbaal nyengir. "Sekarang mau gimana? Jalan-jalan di kebun teh, ke kebun strawberry, apa liat rusa?"
"Makan dulu ya, Baal. Gue nggak sempet sarapan seremah rotipun. Lo kan tadi ngeburu-buru." Pinta Chelsea dengan wajah sangat memelas.
Iqbaal mengangguk-angguk. "Gue faham sih. Perut karet lo itu pasti udah kelaperan jam segini. Ya udah masuk mobil. Gue tau tempat makan sate kelinci paling enak se-dunia."
Chelsea menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue nggak mau makan sate kelinci."
***
Mobil toyota harrier Iqbaal baru saja memasuki sebuah restoran khas sunda yang paling terkenal di Ciwidey. Iqbaal sengaja mengajak Chelsea ke sini, selain makanannya enak restoran ini dibangun di atas kolam ikan dengan saung-saung yang terbuat dari bambu. Udaranya sangat sejuk, bisa menenangkan fikiran. Iqbaal tau karena ia sering berlibur ke Ciwidey bersama keluarganya.
"Lo masuk duluan, Chels. Kayaknha gue ketinggalan sesuatu di mobil." Kata Iqbaal begitu ia dan Chelsea sampai di pintu masuk restoran.
Chelsea mengangkat kedua bahunya. "Mau makan apa? Biar gue pesenin." Katanya.
"Anything. Gue tau lo ngerti selera gue."
Setelah Chelsea masuk ke restoran, Iqbaal kembali ke mobilnya untuk mengambil sesuatu yang tertinggal. Iqbaal begitu sibuk dengan 'sesuatu' nya sampai ia tak memperhatikan jalannya. Alhasil Iqbaal menabrak seseorang sampai 'sesuatu' yang ia bawa jatuh ke tanah.
Dengan gerakan cepat Iqbaal langsung mengambil miliknya yang jatuh.
"Aduh, sorry sorry gue nggak sengaja. Nggak apa-apa kan?" Tanya Iqbaal pada orang yang tak sengaja ia tabrak.
Orang itu, yang ternyata perempuan. Mendongkakan kepalanya. "Nggak apa-apa kok. Sorry gue juga tadi terlalu fokus sama hp jadi nggak liat lo ribet bawa barang." Katanya.
"But, wait. Lo Iqbaal kan?" Tanya perempuan itu girang.
Iqbaal menatap orang itu bingung. Kok bisa kenal sama dia? Perasaan Iqbaal cuma cowok biasa yang sedikit famous di sekolah. Itupun karena dia bersahabat dengan Chelsea. "Iya gue Iqbaal. Siapa ya?" Tanyanya.
"Ini gue. Shirly. Temen SMP lo. Masa lupa sih?" Tanyanya gemas.
Iqbaal cuma nyengir. Dia benar-benar nggak ingat siapa cewek cantik dihadapannya ini.
"Yaampun Iqbaal. Gue temen sekelas lo pas kelas sembilan. Yang duduk di belakang lo sama Chelsea. Dulu gue sering berantem sama Chelsea. Inget nggak?"
Iqbaal memejamkan matanya. Shirly yang suka berantem sama Chelsea? Shirly..
"Oh! Clemira Shirly Auriska! Iya iya gue inget." Kata Iqbaal.
"Nah itu lo inget nama lengkap gue."
Iqbaal nyengir. "Lo kemana aja?" Tanyanya.
"Gue lulus SMP langsung pindah ke Bandung. Btw lo masih sama Chelsea?" Tanya Shirly.
Pertanyaan Chelsea membuat Iqbaal tertawa kagok. "Lo masih sama Chelsea? Sejak kapan gue pacaran sama Chelsea?" Batinnya.
"Maksudnya? Gue sama Chelsea nggak pernah pacaran kali. Tapi kalau pertanyaan lo gue ke sini sama Chelsea, jawabannya iya." Kata Iqbaal.
Shirly mengangguk-anggukan kepalanya. "Btw, boleh minta no hp lo nggak?" Tanyanya.
"Oh boleh-boleh. Mana sini hp lo biar gue tulis nomor gue."
"Thanks ya, Baal. Gue duluan. Udah ditungguin bokap di mobil."
Iqbaal mengangguk kemudian berjalan memasuki restoran.
***
"Sumpah. Lo ngambil barang ke ujung dunia, Baal? Lama banget. Makanan gue aja hampir dingin nungguin lo dateng." Semprot Chelsea begitu Iqbaal duduk di hadapannya.
Iqbaal nyengir. "Sorry kali, Chels. Gitu aja ngambek. Segitu pengennya deket-deket terus sama gue." Goda Iqbaal.
Chelsea mengangkat sebelah alisnya. "Hah? Deket-deket? Sama lo? Idih, gue sih ogah."
"Tapi kalau guenya bawa ini gimana?" Tanya Iqbaal sambil mengeluarkan cokelat dan boneka teddy bear mini dari belakang punggungnya.
Chelsea terpaku menatap dua benda kesukaannya yang kini ada di tangan Iqbaal. Matanya menatap tangan dan wajah Iqbaal bergantian.
"Iqbaal it's verry verry cute teddy bear ever! Thankyou baby!" Pekiknya sambil memeluk Iqbaal.
Iqbaal tersenyum dipelukan Chelsea. Rasanya senang sekali bisa membuat sahabatnya bahagia dan ceria kembali.
"Katanya nggak mau deket-deket sama gue. Tapi guenya di peluk-peluk. Gimana sih lo?" Goda Iqbaal. Membuat Chelsea langsung melepas pelukannya.
"Nyebelin ya lo. Harusnya lo makasih sama gue. Coba tanya cowok-cowok di sekolah berapa banyak yang mau gue peluk dan berapa banyak yang pernah dipeluk sama gue."
"Lo serius banget. Gue kan cuma bercana Chelsea. Sini peluk lagi." Kata Iqbaal sambil merentangkan kedua tangannya.
Chelsea menggeleng kuat. "Ogah."

Forever?Where stories live. Discover now