Hukuman

13 2 0
                                    

Hening.......................

Tidak ada diantara keluarga Affatah mengeluarkan suara keceuali dentingan sendok dan gerpu yang mendominasi di ruang makan Affatah ini.

Affan, Ainun dan Abbas makan didalam diam. mereka seseringkali melirik satu sama lain dan mereka sering melirik adik mereka, Aisyah.

Aisyah,yang tiga hari ini mengunci rapat mulutnya agar tidak berbicara saat makan walaupun Ayahanda seringkali berusaha membuka obrolan agar Aisyah juga ikut berbicara walau hanya sedikit, tapi naasnya Aisyah sedikitpun tidak merespon.

Sedangkan para saudara-saudara Aisyah selama empat hari ini tidak berani mengeluarkan sepatah katapun untuk Aisyah jika dihadapan Ibunda mereka, mereka hanya mendangapi sedikit apa yang Ayahhanda mereka diskusikan walau sangat terasa kaku, sedangkan Aisyah hanya berkonsentrasi dengan makanan dihadapanya agar bisa dia lahap dan makanan itu cepat masuk keperutnya walau Aisyah makan dengan pelan dengan kunyahan 36 kali yang biasanya dalam 2 detik sekali kunyahan langsung ditelanya.

Mereka tidak tahu betapa geregetnya Aisyah ingin berkicau saat Ayah handa dan para Saudaranya sedang membicarakan hal kecil namun terdengar menarik tapi yang lebih menarik adalah makanan dihadapanya ini dan juga lirikan tajam 'setajam silet' dari Madam Melek jika dia ingin menangapi pembicarran Ayah handanya.

Madam Melek adalah guru keperibadian dan tingkah laku Aisyah, yang didatangkan langsung dari Ibundanya dari Malaysia sejak 4 hari yang lalu. Hingga Aisyah 3 hari ini tidak bisa berkutik sedikitpun dari pada hari pertama saat mereka berkenalan, Aisyah kira Madam Melek bisa diajak kerja sama ternyata tidak.

Aisyah tidak bisa berkutik untuk memberontak dan seribu alasan untuk menolak apa yang Madam Melek perintahkan dan tugas keseharian Aisyah karna hukuman dan teguran dari Madam Melek sangatlah menakutkan dari Hukuman dan teguran dari Ibundanya.

Foor Aisyah !


Setelah selesai makan Aisyah berpamitan untuk kembali kekamarnya, dia tidak sama sekali melihat wajah keluarganya. Aisyah merasa sedih atas kecangungan yang sanagt kentara diantara mereka, apa lagi dengan para saudaranya, Aisyah merasa ada tembok kasat mata yang dipaksa bangun diantara mereka.

Kesedihan Aisyah diiringi Bumi yang bertasbih bersenandung lirih, awan hitam di langit berarak sendu seakan langit mengerti kalau banyak manusia sedang mengharapkan hujan tapi ada juga orang yang tidak menyukai hujan karna berbagai faktor tapi langit seakan tidak peduli.

Hujan tetap turun dengan derasnya, Membasahi bumi seakan bumi sedang kekeringan parah hingga hujan deras yang begitu lama dan tidak ada tanda-tanda akan berhenti.

Huffffff

Terdengar helaan nafas lelah dari Aisyah yang sedang berdiri dikaca jendela ketika dia sampai dikamarnya.

Aisyah, hanya bisa menikmati suasana hujan didalam kamarnya tanpa bisa menyentuh tetesan air yang begitu mengoda untuk dia terjang. Sudah empat hari ini Aisyah menjalankan hukuman skorsing dari sekolah dan hukuman dari Ibundanya yang tidak hanya dilarang kluar rumah,hukuman yang ditambah Ainun adalah Aisyah harus belajar menjadi perempuan yang KALEM dan sebangsanya yang diajarkan oleh Melek, Melek adalah teman Ainun dari Jiran Malaysia. Melek juga mempunyai kursus kepribadian dan Melek juga mengajar disalah satu Universitas ternama di Malaysia sebagai Dosen Pisikolog.

Hukuman yang Ainun tambah membuat Aisyah ingin membrontak tapi kali ini dia harus mengikuti apa yang Ibundanya inginkan agar dia terlepas dari Melek,nenek sihir yang menjelma menjadi ibu peri ini.

"5 menit, Aisyah" Ucap Melek didepan pintu kamar dengan aura dinginya membuat Aisyah makin merinding.

Aisyah beranjak malas dari tempat dia berpijak, mengiringi Melek dari belakang ke ruang pelatihan yang dibuat khusus Aina untuk Melek melatih dan mengajari Aisyah.

Not a Butterfly (Books 1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang