Hadiah Terakhir

34 5 1
                                    

Beberapa hari berlalu akan kejadian itu, Aisyah masih seperti biasanya, berusaha terlihat baik-baik saja dihadapan semua orang kecuali dihadapan anak lelaki yang kini entah kenapa mereka bisa menjadi dekat, dia adalah Anam. Anam juga tidak tahu, entah karna merasa bersalah atau kasihan Anam selalu mendekati Aisyah dan di posisi Aisyah dia merasa bisa memperlihatkan emosi sesungguhnya kepada Anam.

Aisyah merasa, Anam begitu mengerti dirinya seperti sekarang, Aisyah memainkan hujan, seandainya sekarang disampingnya adalah orang-orang terdekatnya, mereka akan mengomeli tanpa mengerti Aisyah sangat butuh hujan untuk ketenangannya.

"Gue berharap bisa ke fluto" gumam Aisyah, Anam mendengar samar-samar karna hujan sangat deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue berharap bisa ke fluto" gumam Aisyah, Anam mendengar samar-samar karna hujan sangat deras.

Anam memperhatikan Asiyah, dari raut wajah sendu yang masih memperhatikan derasnya hujan, dari tangan Aisyah yang kini sudah pucat dan keriput. Anam mengikis jarak diantara mereka, dia meraih tangan Aisyah lalu menarik ujung jaketnya.

"Jaket lo nanti basah, bego !!" Aisyah ingin menarik tanganya, tapi sayangnya tidak dapat, karna Anam memegang tanganya sedikit kuat.

"Mau makan Bakso? "

"Ayo! " Dasar Aisyah! Dia tanpa malu-malu mengengam tangan Anam untuk diseret kearah kantin. "Traktir gue sampe kenyang" perintah Aisyah tanpa memperhatikan reaksi Anam yang takjub atas perubahan reaksi Aisyah yang mendadak antusias. Anam memang tidak terlalu mengenal adik kelasnya ini, yang dia dengar dari Dio dan teman cowo yang lain Aisyah adalah gadis cantik yang riang tapi sayang tidak dapat mereka dekati.

"Kenapa lo mau ke fluto? "

Aisyah mengeratkan gengamanya "Capek aja, derama di drakor sama India gak sesuai realita yang ada"

"Korban sinetron" cibir Anam, Aisya menoleh, kakinya masih melangkah pelan mensejajarkan langkah mereka.

"Lo gak tau bedanya Drakor, filem India sama Sinetron yang lo bicarakan ya? " tanya Aisyah penasaran.

Anam menjitak kuat kepala Aisyah tanpa ampun" Jahat banget sih, benjol nih, kepala Incess blum masuk asuransi" Protes Aisyah, Anam yang lihat tampang Aisyah kesakitan mengusap kepala Aisyah yang dijitaknya barusan.

"Gue bukan emak-emak and gue gak tertarik lihat Drakor orang-orangnya terlihat sama semua"

Aisyah merengut, "enak aja sama, mata lo kayanya putek deh?!"

Berdebatan mereka sepanjang lorong kolidor sekolah disaksikan banyak murid, mereka tidak sadar kalau mereka menjadi pusat perhatian. Dan mereka tidak sadar kalau mereka membuat dunia sendiri yang diisi mereka berdua.

Ketika mereka sudah sampai dikantin, mereka mencari tempat duduk, Aisyah tidak sengaja melihat Zaiin dan Indah yang kini memperhatikan mereka dari sudut kantin.

"Kita duduk sama mereka" putus Aisyah sambil mendekati meja dua orang yang kini lekat melihat tangan Aisyah yang masih mengenyam tangan Anam.

"Tunggu disini, gue pesanin" Anam menangkup Puncak kepala Aisyah mengunakan jari-jarinya untuk mengarahkan Aisyah duduk, tapi raut terkesan cuek seakan sudah terbiasa sangat kentara hingga tatapan tidak suka dari seseorang sangat Anam tahu tapi dia membiarkannya saja, karna memang Anam sangat sengaja.

Not a Butterfly (Books 1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang