delapan

16.8K 2.1K 180
                                    

Ali dan Tius masuk ke ruang tes gigi. Di sini Ali dan Tius tak henti - hentinya menahan tawa, saat mengetahui kebenaran yang ada. Ternyata diantara teman - teman mereka banyak juga yang memakai gigi palsu, itu dikarenakan gigi mereka ompong.

"Capt, gigimu asli semua kan?" goda Tius jahil sambil berbisik kepada Ali takut jika menyinggung orang lain.

"Asem! Ya iyalah. Terawat dengan baik, Capt," umpat Ali sambil menepuk bahu Tius hingga mereka terkekeh geli.

"Captain Tius," panggil Suster yang membantu Dokter gigi di ruang tersebut.

"Duluan yang Capt," kata Tius sebelum beranjak dari duduknya.

Ali menahan tangan Tius dan membisikkan sesuatu kepadanya.

"Awas tuh gigi yang bolong, kalau rahang geser pakai behel. Tapi kalau otak yang geser bawa aja ke tukang ketok magic," gurau Ali yang sudah terbiasa bagi mereka.

"Kampret! Aku nggak seperti kau ya, Capt. Otakku masih waras 100 %," balas Tius mengumpat dengan gurauan membuat Ali terkekeh.

Cek gigi, ini dilakukan untuk melihat kondisi kesehatan gigi dan sekitarnya. Yang pasti gigi tidak boleh ada yang bolong. Usahakan tambal semua gigi yang bolong. Penggunaan behel atau kawat dibolehkan, begitu juga dengan gigi palsu dan gigi ompong.

Sembari menunggu sang suami mengecek kesehatan, pertemuan tak terduga pun terjadi di ruang tunggu. Nissa yang sudah mengetahui duduk permasalahannya dan mengenali wanita yang sempat membuat Ali tergoda, itu menatap tak suka kepada Cinta.

"Mbak Cinta," sapa Prilly ramah saat Cinta hampir duduk di kursi depannya namun tersekat oleh satu baris kursi lagi.

Cinta yang merasa namanya dipanggil lalu berusaha menghindari tatapan Prilly.

"Kamu apa - apaan sih Kak, ngapain coba dipanggil segala," seru Nissa mengingatkan Prilly bahwa Cinta lah wanita yang sempat hampir merusak rumah tangganya.

"Eh, nggak boleh begitu. Kalau ketemu orang yang sudah kita kenal ya harus menyapa," seru Prilly sambil beranjak dari duduknya.

"Kakak mau ke mana?" tanya Nissa menahan tangan Prilly.

"Mau menyapa Mbak Cinta," kata Prilly ringan membuat Nissa tak memahami apa yang sebenarnya di dalam pikiran Nissa.

"Masyaallah Kaaak, kamu tuh ya. Udah jelas dia yang buat rumah tangga kamu hampir bubar. Kenapa sih masih dibaikin?" ujar Nissa geram kepada Prilly.

"Tugas kita sebagai seorang muslim jika bertemu dengan saudara kita kan harus menyapa," jawab Prilly lalu tak acuh tetap mendekati Cinta.

"Masyaallah, nih orang ngeyel banget sih. Males juga ketemu dia, tapi kalau nggak aku temenin nanti mereka cakar - cakaran gimana dong. Malu nih muka nanti," gerutu Nissa lalu mengikuti Prilly mendekati Cinta.

"Hallo Mbak Cinta, bagaimana kabarnya?" ujar Prilly ramah berusaha tenang dan menyapa baik kepada Cinta.

Cinta yang terlihat sungkan dan terkesan ingin menghindar namun Prilly sudah terlanjur duduk di sebelahnya mau tak mau dia tetap duduk di tempatnya. Nissa yang sebenarnya merasa malas untuk menemui Cinta, demi menemani Prilly dia dengan berat hati duduk di sebelah Cinta.

"Gimana Mbak kabarnya? Sehat?" tanya Nissa judes tak menatap wajah Cinta.

"Mmm ... baik," jawab Cinta terdengar sungkan.

"Mau ikut medex juga ya, Mbak?" tanya Prilly basa - basi mencairkan suasana yang canggung diantara mereka.

Cinta hanya mengangguk, mungkin saja dia merasa malu atau sungkan kepada Prilly. Sehingga dia tak berani menatap wajah cantik yang selalu memancarkan senyuman yang tak pernah pudar.

My Husband Is A Pilot (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang