part 2 - Dibalik Wajah Manis itu...

907 92 19
                                    

piye kabare? masih mikirin MINE tho?? sabar ya.. masih susah waktu free. ide mah bejibun. maklum bulan puasa selain harus banyak ibadah juga banyak masak karena ah sudahlah...


obat kangen Veeran aja ini mah..

****


Meeta mencari Neha tapi tak ada. Dia pun bilang pada Prem bahwa Neha memang sensitif tapi sebenarnya baik. Nanti juga akan kembali baik padanya. Mereka pun akhirnya saling berpelukan dan dating, menonton film, makan bersama, bahkan saling menjaili satu sama lain. Sedang Neha menatap dirinya di kaca. Dia teringat kata-kata Prem tentang sombong, jutek tapi manis. Dia merasa Meeta telah menghinanya dan itulah penilaian meeta terhadapnya.

"I hate you.." bisiknya sambil melemparkan phonselnya karena mendapat panggilan dari Meeta.

"Kau tidak akan kubiarkan banyak tertawa lagi.. kau sudah sangat keterlaluan. Kau tidak tahu siapa aku.." gumam Neha sambil menahan amarahnya dan matanya terlihat memerah meski berkaca-kaca karena menahan emosi.

Esoknya ketika bertemu Neha tampak biasa saja dengan Meeta. Meski di hatinya ada banyak kebencian yang membara. Dia tetap mengajarkan banyak hal pada gadis itu. Dan ketika makan siang seperti biasa dia menceritakan tentang Prem. Neha kali ini tersenyum manis dan banyak bertanya tentang pria itu. Meeta asik saja menjawab setiap pertanyaan Neha tanpa menaruh curiga apapun.

Neha mulai merencanakan sesuatu, dia jadi sering mengawasi Prem yang kembali ke Mumbai dan membuka usaha toko bunga di sebuah gedung yang cukup megah untuk ukuran sebuah toko bunga. Prem pun menulis setiap puisi bagi pemesannya. Dan Neha masuk ke toko itu. Dia melihat-lihat bunga. Prem langsung menghampirinya, Neha pun pura-pura terkejut bahwa itu milik Prem. Sebelum Neha pulang, Prem menitipkan sekuntum bunga mawar untuk Meeta.

" Tolong berikan pada Meeta.. i miss her so much.." ujar Prem. Neha terlihat kaget dan mencoba menyembunyikan kekesalannya. Dan langsung menerima bunga itu. Dan ketika di tengah perjalanan, tanpa rasa berdosa dia buang buga itu ke jalanan hingga terlindas-lindas mobil lain. Dia cuek saja mengemudikan mobilnya. Tak ada rasa bersalah sedikitpun ketika bertemu Meeta.

****

Meeta masuk ke ruang kerja ayahnya. Dia terkejut melihat ayahnya tengah memohon-mohon pada Neha.

" Ayah?" Meeta yang polos tak mencoba menguping dulu. ayahnya langsung terkejut dan menyambutnya. Pratap tampak kikuk melihat ekspresi heran Meeta.

" Ayah memohon pada Neha agar tetap mengajarimu. Tapi dia bilang kau sudah sangat pintar. Jadi dia menolak menemanimu lagi." ujar pratap memberi Neha kode. Neha tersenyum kecut.

" Jahat sekali kau neha.. kita kan teman.." ujar Meeta manja sambil memeluk Neha dari belakang, meskipun Neha memasang muka kesal ke arah Pratap. Pratap hanya memberikan kode agar Neha tetap merahasiakan sesuatu dari anaknya.

Namun ternyata Meeta memiliki kecurigaan juga. Dia ceritakan tentang apa yang dia lihat.

" Jujur, aku sedikit cemas ketika papa digosipkan dengan Neha. Dan tadi aku melihat papa sedang memohon pada Neha sambil seperti memeluknya.." Meeta gelisah dan ketakutan.

" Aku sendiri tidak yakin Neha mau dengan papamu. Tapi selera dia sepertinya memang kolot. Terlihat dari gayanya. Bisa jadi dia affair dengan papamu." Prem asal ceplos.

" Oh prem.. bisakah kau tenangkan aku. Kenapa malah mengompori?" meeta cemberut.

" Lebih baik kita bahas hubungan kita.. aku akan melamarmu.." bisik Prem. Meeta mulai tersenyum meski dia masih sedikit cemas. Mereka pun menemui orang tua Meeta dan meceritakan niat mereka untuk menikah. Neha yang memang tinggal disana sebagai asisten pribadi Pratap terdiam tanpa ekspresi. Meeta sedari tadi mengamati gerak gerik Neha yang tak tersenyum sedikitpun.

Meeta pun mulai mencari tahu soal Neha selama di rumahnya. Pelayan mengatakan Neha sering berdua bersama Pratap di ruang kerja mereka. Atau bahkan Pratap ke kamar Neha ketika Aarti tak ada. Meeta semakin geram dan curiga ayahnya ada affair dengan Neha. Bahkan lihat sikap neha yang memang mulai terlihat seperti ibu tiri padanya. Setiap mengajarkan apapun selalu dengan kasar dan galak, tak peduli itu di depan karyawan lain. Kekuasaan Neha di perusahaan itu seolah membuat Neha seperti duplikat ayahnya yang memiliki kekuasaan sama.

" Neha.. kita makan siang diluar yuk.." ajak Meeta. Neha memandang Meeta penuh curiga. Bagaimanapun Neha sangat cerdas dan bisa membaca kemana niatan Meeta. Neha tersenyum datar dan mengangguk. Mereka sengaja makan jauh dari kantor.

" Kau tidak takut aku celakai?" tanya Neha dalam perjalanan.

" Setidaknya aku akan tahu bahwa kau bukan orang baik.. tidak seperti dugaan banyak orang." Jawab Meeta.

" hhh. Bagus kau mulai cerdik. Tidak jadi anak manja yang bodoh lagi.." balas neha.

" Sebenarnya .. sejak kapan kalian affair?" tanya Meeta. Neha tersentak kaget, lalu tertawa.

" Haruskah kujawab?" jawab Neha sambil berhenti di sebuah flyover.

" Dengar Meeta.. jika aku mau aku bisa menjatuhkanmu darisini. Tapi tidak.. aku ingin kau merasakan yang lebih sakit lagi.. misal.. orang tuamu berpisah? Aku rasa itu pantas untukmu.." ujar Neha kembali menyalakan mesin dan mengemudikan mobil. Meeta terdiam melotot menatap Neha yang dingin.

" Sejahat itu kah kau? Kau apakan papa hingga sampai tak bisa melihat kebusukanmu?" teriak Meeta tak bisa mengendalikan dirinya.

" Aku ini lebih muda dari mamamu.. lebih cantik.. lebih seksi.. bahkan.. kau sudah dewasa pasti faham." Neha benar-benar membuat Meeta kesal dan menangis di mobil itu juga. Neha malah tertawa dan kembali putar balik ke kantor.

" Terima kasih makan siangnya Meeta.. love you.." katanya sambil keluar dari mobil dan kembali ke ruangannya. Meeta menghapus airmata dan menelepon Prem, menceritakan semuanya. Dia segera menemui Prem dan meminta pendapatnya. Prem menganjurkan Meeta menceritakan semua pada ibunya sebelum terlambat.

Dengan menggebu-gebu Meeta pulang ke rumahnya. Namun dia terkejut dengan kerumunan orang berbaju putih. Bahkan beberapa orang memeluknya dengan duka. Dia mendorong orang-orang dan melihat Neha berdiri kaku di depan orang yang ditutupi kain putih. Meeta membuka kain itu dan ternyata ayahnya...

" papa...." teriak Meeta histeris. Aarti langsung memeluknya dan menenangkannya. Meeta langsung berdiri dan memandang Neha.

" Kau pasti pembunuhnya.. kau yang membunuhnya Neha.." teriak Meeta sambil hendak memukul Neha. Semua orang memeganginya.

" Dia terkena serangan jantung Meeta.. kau ini bicara apa?" ujar Ibunya histeris sambil memeluk Meeta yang kalut.

"Dia bilang akan memisahkan kalian bu.. dia.." Aarti segera menarik Meeta dan menatapnya.

"Papamu telah pergi dan kau akan mengatakan hal yang belum tentu kebenarannya di hadapan banyak orang?" Aarti menatap putrinya lekat. Meeta diam dan hanya menangis memeluk ibunya. Sedang Neha hanya memandang dingin Meeta dan tapa ekspresi apapun.

Meeta masih terus histeris memeluk papanya dan sejenak melupakan Neha yang pergi setelah itu. Dia ke kantor dan memegang surat dalam map coklat. Dia tatap foto Pratap dan dia pun rubuh.

bersambung

tetap setia vote n komen ya walau ga pernah lebih dari 15 hahahaha



ARTI SEBUAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang