part 3 - Wasiat Pembawa Petaka

731 77 13
                                    

fiuhhhh akhirnya bisa online.. bisa update..

langsung aja ya..

***


Satu minggu berlalu, Meeta akhirnya menceritakan kecurigaannya pada Aarti. tentu saja Aarti tidak percaya. Karena selama tinggal dengan mereka dan Meeta di luar negeri, tidak ada tanda-tanda mereka selingkuh dan Neha sangat baik. Bahkan Aarti sudah menganggap dia seperti anak sendiri.

Tapi Meeta terus meyakinkan ibunya. Dia ceritakan tentang Neha yang berniat membunuhnya, dan juga keanehan-keanehan Neha selama ini. Aarti menjadi bingung, dan akhirnya menemui Neha di kantor.

" Neha.. aku.. aku akan menggantikan suamiku mengelola perusahaan ini." Katanya seolah tak yakin.

" Tentu saja nyonya.. aku tidak mungkin menolak. Aku akan siapkan semua laporan yang anda butuhkan." Ujar Neha tersenyum dan berdiri mengambil map-map dari filing kabinet di belakangnya. Selama diskusi tentang usaha tidak ada hal yang mencurigakan dari Neha. Aarti makin tak yakin dengan cerita Meeta.

" Kau tahu? Dulu saat bertemu Pratap, dia asisten ayahku. Lalu kami jatuh cinta dan menikah. Andai aku punya anak laki-laki atau sodara laki-laki, aku akan menikahkannya denganmu. Kau gadis yang sangat baik." Ujar Aarti tersenyum. Neha terdiam memandang Aarti dan tersenyum.

" Aku merasa aneh dengan anda tiba-tiba datang seperti seolah aku akan mengambil semua ini. Tuan Pratap memang menyerahkan semua tanggung jawab padaku. Tapi bukan berarti aku akan mengambil semua ini. Tapi jika anda tak percaya, aku siap pergi." Ujar Neha bijak, sekaligus menunjukkan keanehan dan kecurigaan dari sikap Aarti saat ini.

" Tidak... tidak. Sebenarnya.. ini hanya.. kepolosan Meeta. Sudahlah.. " Aarti langsung pergi dan Neha terlihat merencanakan sesuatu, mendengar semua ini gara-gara Meeta.

" Nyonya, aku memang tidak bisa mengelola ini sendiri. Bagaimana jika Prem, ikut membantu Meeta. Bukankah dia calon menantu anda?" Neha mengejar Aarti. Dia setuju dan akan bicara dengan Meeta dan Prem. Neha tersenyum sinis karena merasa menang.

" Permainan baru dimulai..." kataya sambil tersenyum dan masuk ke ruangannya.

*****

Prem dan Meeta tentu saja sangat senang bisa bekerja satu kantor. Karena tiap hari mereka bisa bertemu dan bercanda. Neha malah kesal karena mereka seperti tak serius bekerja.

" Kalian ada disini untuk belajar padaku. Bukan untuk pacaran." Ujar Neha kesal.

" Hey perawan tua.. kau tidak perlu akting lagi di depanku.." ujar Meeta dengan kesal, sedang Prem diam memperhatikan mereka. Seolah akan ada pertunjukkan pertarurang para wanita, yang biasanya jambak menjambak rambut.

" Bagus... kau tahu. Jika aku mau aku bisa hancurkan bisnis keluargamu ini. Tidak bisakah kau hargai aku sedikit saja karena mau membantumu?" neha memandang Meeta.

" Kau sudah hancurkan semua. Kau bunuh ayahku.." ujar Meeta. Neha terkejut dan marah tak terima.

" Berani sekali kau menuduhku.." Neha menarik kerah baju Meeta. Prem terkejut dan memisahkan mereka berdua.

"Stop.. cukup!" Prem berdiri dan menarik Meeta dan melepaskan tangan Neha dari kerah baju kekasihnya.

" Dengar.. kau sudah sangat menjengkelkanku. Dan aku bersumpah. Aku tak akan buat kau bahagia Meeta.. ya.. kau tidak akan mendapatkan apa yang seharusnya.. seperti halnya aku.." Neha membanting pintu ruangan itu dan segera masuk ke ruangannya.

Prem berusaha menenangkan Meeta yang masih emosi dan ingin sekali menjambak atau memukul Neha. Tapi Prem mengingatkan bahwa jangan sampai anak buahnya mengetahui permusuhan mereka. Lalu setelah Meeta tenang, dia keluar mencari Neha yang sedang sendirian di ruangannya.

ARTI SEBUAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang