part 6 - Dan Begitulah Cinta

1.1K 79 34
                                    

Oke.. lanjut sekarang deh..
Takut keburu mudik xixixixi
********

Meeta kembali ke rumah akhirnya dan diberitahu tetangganya Aarti pingsan. Dia langsung menuju rumah sakit. Meeta langsung memeluk ibunya dan cuek pada Prem. dan ibunya menceritakan tentang siapa Neha. Meeta terkejut bukan main. Bahkan dia tak menyangka sama sekali. Tapi dia memang selalu merasa hawa kedekatan yang kuat jika bersama Neha. Namun dia tak menyangka jika Neha hanya ingin membalas dendam padanya.

"Dia kakakmu Meeta, Dia amat menderita Meeta. Bertahun-tahun dia pendam semua deritanya. Dia pun sakit ketika menyakitimu dan juga ibumu. Tapi kebencian telah menguasai dia, dan tak ada yang bisa membimbingnya. Mungkin jika ibunya ada, dia tidak akan seperti itu." Ujar Prem lembut. Meeta menitikkan airmata membayangkan penderitaan Neha sejak kecil hingga dewasa.

" Kita mengalami hal menyakitkan hanya beberapa bulan, sakitnya luar biasa. Sedang Neha.. hampir 30tahun.." bisik Ibunya. Dia menangis dan mengajak Prem juga Meeta menemui Neha di rumah mereka. Meeta setuju dan mereka segera pergi kesana.

****

Neha berdiri memandang foto ayahnya. Dia teringat setiap kejadian dimana dia meminta pengakuan bahwa dia anaknya di hadapan semua orang. Tapi ayahnya selalu menolak. Bahkan ketika Meeta datang dari Jerman, dia meminta agar ayahnya menceritakan semua pada Meeta, tapi ayahnya memohon agar Neha tutup mulut. Dia amat takut anak dan istriya kecewa dan membencinya. Sedang Neha dianggap sudah dewasa dan bisa mengendalikan dirinya.

Dan ketika itu Meeta memperegoki dimana Pratap memohon pada Neha. Tapi lagi-lagi Pratap mengatakan hanya agar Neha mau membimbingnya.

Sebenarnya Neha pun tak sampai hati menyakiti Meeta sedemikian rupa. Dia pun berniat mengajarkan hidup pada Meeta. Namun dia satukan dengan balas dendamnya, agar mereka tahu deritanya selama bertahun-tahun.

" Semua selesai ayah... bye.." katanya menaruh kunci-kunci diatas tumpukan surat-surat. Dia keluar dari rumah dengan berjalan kaki dan sempat beberapa kali menoleh ke rumah itu.

" Maafkan aku adikku... aku tak sanggup menemuimu dan mengakui kesalahanku." Neha menarik nafas dan berjalan meninggalkan rumah keluarga pratap.

Tak lama mobil Prem dan Meeta juga Aarti tiba. Mereka masuk dan sudah sangat tersenyum lebar. Namun mereka tak menemukan Neha. Hanya tumpukan surat-surat dan kunci-kunci brankas. Dan secarik surat.

" Aku tak sanggup meminta maaf pada kalian.. biarlah kulengkapi semua dalam kehinaanku.. semoga kalian bahagia.. " tulis Neha di surat itu.

" Kira-kira kakak pergi kemana?" tanya Meeta tak sabar ingi memeluk kakaknya.

" Dia pasti ke rumahnya. " ujar Aarti. Meeta dan Prem bersemangat kesana, sedang Aarti sudah tak sanggup bangkit karena lelah.

" Kau jaga ibumu. Aku akan membujuknya kemari." Ujar Prem optimis. Meeta mengangguk dengan perasaaan cemburu tapi berusaha merelakan semuanya. Prem segera menuju gubuk milik Neha yang sempat ditempati Meeta dan ibunya.

Neha masuk ke rumahnya dan menatap foto ibunya. Matanya mengalirkan butiran-butiran air bening yang telah lama terbendung dan kini tak bisa lagi dia cegah untuk mengalir. Dia rubuh dan tangannya mengepal. Ingatannya kembali ke masa lalu. Dimana menjelang akhir hayat ibunya, tak lagi sesempurna ibu yang lain. Ya, ibunya menjadi setengah kehilangan kesadarannya atau seperti gila. Neha berusaha merawat dan meminta ayahnya agar menemuinya. Tapi Pratap terus menolak dengan alasan tidak ingin menyakiti Aarti. Bahkan dia akhirnya menceraikan Sweeta dan itulah yang membuatnya gila. Neha kehilangan kasih sayang dan cinta dari kedua orang tuanya. Dia menjadi sangat tertutup dan dingin. Masa kuliah pun dia habiskan dengan belajar dan belajar juga merawat ibunya. Uang memang selalu dia terima sebesar yang dia berikan pada Meeta ketika itu. Dan dia pergunakan untuk biaya kuliah.

ARTI SEBUAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang