Part 5

387 13 2
                                    


Jantungku masih berdetak kencang dan memori-memori kejadian tadi masih berputar diotak ku. Kejadian ditoko buku itu, yang sama sekali tak pernah ku duga sebelumnya.

"Ra, tadi yang mau diceritain apa ?" tanya Salma yang melihat Rara masih terlamun.

"Ra, kamu kenapa ?" Suara Salma yang cukup keras membuat Rara tersentak.

"Iyaa Sal, ada apa ?"

"Kamu kenapa sih Ra ?, habis cari buku kenapa jadi begini ?" tanya Salma yang membuatku kembali teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu.

"Hmmm, tadi aku ketemu kak Fatih Sal"

"Serius Ra ?, lalu bagaimana dia sekarang ?" tanya Salma.

"Bagaimana apanya ?, dia baik kok Ra, tenang aja nggak usah khawatir juga lahh" goda ku terhadap Salma yang sedang fokus dengan jalan di depannya.

"Haha apa an sih Ra, sudahlah nggak usah dibahas juga. Ohh iya udah sampai rumah nih, nggak mau turun ?" ucap Salma yang membuatku kaget.

"Kok udah nyampe Sal ?, cepet banget" gumamku.

"Cepet ?, kamu yang kebanyakan ngelamun Ra, mentang-mentang habis ketemu..."

"Sal kamu tahu, rasa ini hanya ujian dari Allah" ucapku yang memotong perkataan Salma.

"Iya dehh terserah kamu Ra, ya sudah aku langsung pulang ya Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

***

Fatih POV

Dunia begitu sempit bukan, berusaha menjauh, menjaga jarak, tapi karena takdirNya kita dapat bertemu kembali. Aku tidak tahu apakah itu pertemuan terakhir ku atau bukan, tapi aku yakin suatu saat nanti kita akan bertemu kembali, entah dengan membawa kebahagiaan bersama ataukah dengan membawa kebahagiaan masing-masing. Ku harap, kelak kita adalah dua insan yang saling menemukan meski tak saling mencari, dua insan yang saling melengkapi meski tak saling memberi, dua insan yang merindukan meski tak tersampaikan.

"Ya Allah...
Teguhkanlah hati ku untuk mencintaiMu dan mencintai RasulMu di atas segala cinta" gumam ku dalam hati.

Aku langsung merapikan sajadah di kamarku dan segera menyiapkan semua pakaian ku. Aku tersenyum miris, hatiku terus beristighfar aku harus terus mengingat bahwa ini adalah ketetapan Allah dan aku harus benar-benar bisa menerimanya.

"Tokkk, tokk..." suara ketukan terdengar di kamarku, tapi tak ku pedulikan.

"Umi masuk ya Fath.." ucap umi dari balik kamarku dengan suara serak seperti orang menangis.

"Iya umi" ku balas dengan sahutan, lalu umi membuka pintu dan menghampiriku.

"Sayang, umi tahu ini sangat berat untukmu" lirih umi sambil menatapku nanar, aku menghentikan pekerjaan ku dan manatap umi didepan ku.

"Fatih tidak apa-apa umi, ini semua juga demi masa depan Fatih kan,," ucapku sambil tersenyum menenangkan umi dan kembali membereskan bajuku.

"Sayang, umi ini ibumu. Umi mengerti perasaan mu, pasti berat untuk meninggalkan semua ini kan,," ucap umi sambil menggenggam tanganku dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Maaf kan keputusan abi ya sayang" lanjut umi.

"Umi, ini bukan salah abi ataupun salah umi, ini bukan salah siapa-siapa. Ini pilihan Fatih umi, jika abi memberi Fatih pilihan seperti ini sudah pasti ini yang terbaik untuk Fatih. Umi jangan nangis yaa, bukankah ridho orang tua adalah ridho Allah,,"

Takdir IlahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang