"Kinan, kamu kemana aja?" Tiara berlari menghampiri Kinan yang baru muncul dari gang kecil didepan kontrakan.
Perempuan kurus yang tengah berbadan dua itu membiarkan sahabatnya memeluk tubuhnya sebentar. Dia tahu jika Tiara sedang mengkhawatirkannya. "Maaf, tadi aku harus nemenin seseorang dulu."
"Siapa?"
"Cuma orang yang nyari toko martabak dideket lampu merah itu. Ini tadi aku malah dikasih martabak juga." Kinan mengangkat bungkusan plastik yang ia tenteng.
"Cowok apa cewek?" Sejak hal buruk menimpa Kinan, Tiara jadi overprotektif pada sahabatnya itu. Tiara hanya tidak mau sesuatu hal yang buruk terjadi pada Kinan lagi.
Kinan tersenyum lembut. "Cewek, tenang aja dia baik kok Ra."
"Yahh, cewek sekarang juga banyak kali Nan yang jahat." Tutur Tiara sambil mengekor dibelakang Kinan.
"Huss kamu ini." Kinan memutar kunci pintu rumahnya, mengabaikan Tiara yang mengerucut sebal. "Kamu jadi nginep disini kan Ra?"
Tiara masuk sambil menenteng sebuah tas dan sebuah plastik hitam. "Jadi dong, ini aku udah bawa baju ganti. Pokoknya selama seminggu ini aku mau nemenin keponakan aku." Ucapnya riang, gadis itu langsung melangkah ke dapur dan meletakkan plastik hitamnya diatas meja dapur. Dengan gesit ia lalu mengeluarkan isi dari plastiknya tadi lalu mencari sebuah gelas ukuran tanggung.
"Ra, aku kan udah bilang nggak usah beliin aku susu lagi. Aku nggak apa-apa kok kalau nggak minum susu-"
"Iya, kamunya emang nggak kenapa-napa kalau nggak minum susu, tapi kan ini demi anak kamu Nan." Tukas Tiara menyela ucapan Kinan. Ia memotong kemasan produk dan mengambil beberapa sendok bubuk susu dan kemudian ia seduh dengan air panas dari termos. "Kamu itu lagi hamil dan kamu juga kerja, anak kamu harus kuat didalem sana."
"Tapi Ra."
"Udah nggak ada tapi-tapian, mending cuci tangan kamu terus kita makan martabak gratis ini. Hahaha." Sambil membawa gelas susunya ke ruang depan, Tiara juga meraih plastik martabak yang sudah diletakkan diatas meja. Dia langsung duduk leseh seperti biasa dan kedua matanya langsung berbinar saat sekotak besar martabak berbagai rasa terpampang dihadapannya. "Sering-sering aja tuh orang minta tolong buat ditemenin. Martabak gratis terus kan lumayan banget."
Setelah mencuci tangan, Kinan yang sudah ikut duduk disamping Tiara langsung menjepit hidungnya. "Huekk." Perutnya merasa mual saat ia melihat Tiara mulai menggigit potongan martabak itu.
"Kenapa Nan?"
"Ra, jangan deket-deket."
"Yah Nan, jangan gitu dong. Ngidam kamu nggak lucu deh. Aku mana bisa jauh dari kamu. Masak aku gagal nginep disini sih." Gerutu Tiara ketika Kinan mendorong bahunya.
Sambil tetap menutup hidung dan mulutnya, Kinan menggeleng kencang. "Martabaknya, aku mau muntah."
Dengan bibir yang membulat /? Tiara lalu mengembalikan potongan martabak yang belum habis ia makan kedalam box dan langsung menutupnya rapat-rapat. Ia juga menjauhkan makanan itu dari Kinan. "Ih si dedek nggak mau makanan mahal."
Plak.
Satu pukulan kecil mendarat di pundak Tiara. "Anakku mana tahu itu mahal apa murah." Ucap Kinan lalu menyeruput susunya yang masih hangat sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Baby
Ficción GeneralSedikit pun tidak pernah terbayang di benak seorang Kinanthi Khairani. Keputusannya pindah kerja demi menghemat biaya hidup di Jakarta malah membuatnya tertimpa kemalangan. Hamil diluar nikah dan akhirnya harus putus kuliah. Di kota besar ini dia bu...