"Nasi goreng dua, yang satu pedes yang satunya biasa." Kinan menyebutkan pesanannya saat mereka berdua tiba di warung nasi goreng abah yang akan menjadi tempat makan malam mereka kali ini.
"Minumnya apa mbak?"
"Es teh manis sama teh anget." Sahut Tiara sambil memilih makanan pendamping yang juga dijajakan di warung tersebut.
"Oke mbak cantik, ditunggu ya."
"Abah kemana dek?" Tanya Kinan yang tidak melihat pria tua pemilik warung itu disana. Yang ada hanya anak perempuannya dan si ibu.
Gadis berjilbab soft pink itu mendongak sambil tetap mengaduk minuman yang ia buat. "Abah pulang sebentar ambil telor mbak. Tadi ketinggalan." Ucapnya sambil tersenyum manis.
Kinan mengangguk-angguk. "Emm, nanti nasi goreng aku nunggu abah dateng ya. Pengen yang dibuatin sama abah." Ujar Kinan sambil menggigit bibirnya, takut menyinggung perasaan ibu Asnah, istri abah yang sedang memindahkan nasi goreng keatas piring. "Maksud Kinan bukan gimana-gimana lho buk."
Ibu Asnah menoleh dan tersenyum. "Iya ibu tahu kok nduk. Ibu kan dulu juga pernah hamil." Jawabnya lalu memberikan dua piring nasi goreng kepada Mira, anak perempuannya yang membuat minuman tadi, untuk diberikan kepada pembeli sebelum Kinan dan Tiara. Ibu Asnah lalu berjalan mendekati Kinan yang masih betah berdiri disamping gerobak. "Duhh, perut kamu udah makin gede ya nduk." Ibu Asnah mengusap-usap perut Kinan yang mulai terlihat. Beliau sedikit menunduk agar lebih dekat dengan perut Kinan. "Dedeknya lagi pengen nasi goreng buatan kakeknya ya. Tunggu sebentar ya sayang."
"Iya nenek." Sahut Kinan yang menirukan gaya ucapan anak kecil. Keduanya lalu tertawa kecil sebelum Kinan tiba-tiba memeluk ibu Asnah. "Kinan boleh peluk ibu sebentar ya. Kinan kangen sama ibu di kampung." Ucapnya dengan suara bergetar.
Ibu Asnah ganti mengusap-usap punggung Kinan. "Iya nduk, kamu bisa dateng kapan aja ke ibu. Abah, ibu sama Mira akan selalu ada buat kamu nduk. Kamu yang sabar ya, demi anak kamu."
Didalam pelukan ibu Asnah, Kinan mengangguk-angguk. "Makasih ya buk."
"Ehmm, kesini tadi kayaknya mau makan deh. Bukan mau nangis lagi." Tiara agak berucap sadis, dia hanya tidak mau jika Kinan menangis lagi.
Kinan melepaskan dekapan ibu Asnah seraya mengusap pipinya. "Iya maaf, lagian cuma bentar doang." Tukasnya dengan bibir yang mengerucut.
"Sebentar tetep nggak boleh!"
"Tiara bener nduk. Kamu nggak boleh nangis, kasihan anak kamu nanti juga ikutan sedih." Tutur ibu Asnah menambahi.
"Emang bisa gitu ya buk?" Tanya Kinan tak mengerti.
"Ya bisa dong, ikatan batin antara ibu dan anak itu kuat. Jadi apa yang kamu rasain, anak kamu juga ikut ngerasain."
"Tuh dengerin apa kata ibuk." Sahut Tiara sambil memakan sate telur puyuh, masih sambil berdiri.
"Iya ibu Tiara Herlinda yang bawel." Balas Kinan lalu merebut piring dari tangan sahabatnya itu.
"Ehh, duduk dulu kalau mau makan." Ibu Asnah menahan tangan Kinan yang baru akan memakan sate telur puyuh seperti Tiara.
"Mau duduk dimana mbak? Nih minumannya udah jadi." Tanya Mira yang sudah selesai membuat minuman pesanan Kinan dan Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Baby
General FictionSedikit pun tidak pernah terbayang di benak seorang Kinanthi Khairani. Keputusannya pindah kerja demi menghemat biaya hidup di Jakarta malah membuatnya tertimpa kemalangan. Hamil diluar nikah dan akhirnya harus putus kuliah. Di kota besar ini dia bu...