5

250K 8.4K 125
                                    

"Bunda emang harus yah aku nikah sama Zilla ? Bun aku tuh masih SMA bun, masa udah nikah. Nggak aku nggak mau." Alif menolak mentah - mentah perjodohan ini. Dalam hidupnya dia nggak pernah membayangkan kalo akan menikah diumur semuda ini apalagi sama si bawel itu. TIDAK PERNAH !!!

"Alif kamu harus mau menikah sama Zilla. Ini udah keputusan ayah sama bunda. Kami mau yg terbaik untuk kamu dan lagi tinggal beberapa bulan kelulusanmu lalu setelahnya kamu yang ambil alih anak cabang perusahaan ayah. Ayah sudah tidak muda dan sehat seperti dulu lagi. Kamu paham ?"

Ayah berusaha meyakinkan ku bahwa adalah ini pilihan yg terbaik, aku tau kalo ayah sudah tak muda dan sehat seperti dulu. Baru sebulan yang lalu ayah diopname. Aku juga tau kalo perusahaan ayah, dibangunnya dengan hasil keringat sendiri dari nol.

Aku juga tau kalo ayah ingin yg terbaik untukku, tapi aku ragu. Bagaimana mungkin aku menikah sekarang ? aku tak menyukai si bawel itu. Aku masih ragu kalo alasan ayah meminta ku menikah hanya krn itu. Dan bagaimana mungkin pula aku mengambil alih anak cabang perusahaan ayah ?.

Demi Tuhan aku masih 18 th tidakkah bunda dan ayah memikirkannya. Aku masih sangat muda untuk melakukan semua yang mereka inginkan. Ya Allah tolonglah hamba-Mu apa yg harus aku lakukan ?

"Alif... Lif... Alif jawab dong nak." kudengar bunda memanggil ku berulang kali. "Iya bun"

"iya apa nak ?" tanya ayah

"Iya aku akan menikahinya. Tapi aku memiliki syarat untuk melakukannya" ku lihat wajah lega dan senang pada keduanya. Saking senangnya bunda sampai memeluk dan menciumku berkali - kali. Ya Allah semoga ini yang terbaik. Lalu bunda menanyakan apa syaratku.

"Tolong ayah dan bunda jangan menyela hingga aku selesai. Yg pertama aku ingin pernikahanku nanti hanya akad nikah sederhana dan syukuran kecil - kecilan, hanya keluarga dekat yg boleh dtg. Krn pesta pernikahan akan berlangsung setelah Zilla lulus SMA.

aku nggak mau ada yg tau klo kami sudah menikah di sekolah krn itu akan merepotkan. Yg kedua aku ingin kami hidup mandiri tdk tinggal di sini ataupun di rumah keluarganya, nanti aku yg akan mencari apartemen untuk tempat tinggal kami.

Yg ketiga aku ingin mengelola cabang perusahaan ayah yg paling kecil dan mulai besok aku akan magang di sana dari bawah. Krn aku mau tau ttg perusahaan ayah sampe ke dalam - dalamnya jika yg paling kecil dan mudah tak mampu ku tangani apalagi yg besar.

Dan yg terakhir setelah aku menikahinya urusan rumah tanggaku adalah milikku, aku yg akan mengatur bagaimana jalannya kelak. Aku tak mau urusan rumah tanggaku dicampuri oleh ayah bunda ataupun orang tuanya Zilla. Biarkan kami yang mengurusnya. Berjanjilah bun, yah. Berjanjilah."

setelah kuselesaikan persyaratanku, bunda protes kalo nanti kami tinggal ditempat lain bukan disini bunda sangat menyukai si bawel itu.

Tp setelah ku jelaskan kalo aku tinggal di sini akan tak adil untuk si bawel dan orang tuanya krn bunda bisa tinggal bersama ku dan si bawel tak bisa tinggal dg org tuanya, akan lebih baik dan adil jika kami tinggal sendiri serta urusan rumah tanggaku pun aku akan lebih mudah melakukannya.

"Hahaha... rupanya anak ayah sudah dewasa. Ayah bangga padamu, kau bijaksana. Mulai lusa datanglah ke kantor ayah yg ini. Pahami situasi dan kondisi nya." Ayah nampak takjub padaku, padahal aku tidak sebijak dan sedewasa itu.

Hari ini kulalui dg memikirkan pernikahan dan rumah tanggaku nanti hingga aku terlelap tidur.

***
Esoknya yang untung saja masih hari libur. Hari minggu ini ku habiskan waktu mencari apartemen yg tdk terlalu jauh dg sekolah dan kantor. Tidak juga apartemen yg mewah dan luas. Akhirnya setelah beberapa jam aku menemukan apartemen yg pas buat kami.

Setelah melihat - lihat ku hubungi ayah dan bunda yg langsung menyetujui dan membelinya untukku. Sebenarnya aku agak keberatan tp bagaimana pun juga aku belum punya penghasilan sendiri dan uang tabungan ku nanti akan ku pakai untuk biaya hidup sehari - hari.
Bagaimanapun juga aku masih membutuhkan fasilitas dr ayah dan bunda, kalo tidak bagaimana aku akan menghidupi diri dan si bawel nantinya. Hah belum saja menikahinya hidupku sudah dia buat jungkir balik, memikirkan ini dan itu hingga kepala ku pusing.

Bunda menepuk bahuku krn sepertinya td aku di ajak omong tapi tak merespon sama sekali. Hah, ini gara - gara si bawel. "Alif !!, kamu nih dr tadi bengong aja. Kamu tanda tanganin dulu yg ini." tunjuk bunda pada berkas - berkas pembelian apartemen padaku yg langsung ku tanda tangani. Kemudian bapak itu pergi menggalkan kami di sini.

"Alif kan ini masih kosong, kamu nanti bunda temenin yah cari isi rumahnya." kata bunda bersemangat, aku saja heran knp bunda tertarik sekali dg semua ini. Memang jalan pikiran wanita sulit dimengerti. "Bunda nanti aku sama Zilla aja yg ngisi lagian yg mau tinggal di sini itu aku sama Zilla."

"sudahlah bunda ikutin aja apa mau nya, lagian betul kata Alif yg mau tinggal di sini itu mereka bukan kamu." Ucap ayah sambil mengawasi si kembar berkeliaran.

"kan bunda nanti yg urusin acara pernikahan ini, aku tinggal tau beres. Nanti bunda capek klo banyak yg mau diurusin." aku harus betindak cepat untuk menenagkan dan mengalihkan perhatiannya krn kalo tdak aku tak akan tahan mendengar omelan bunda. Akhirnya bunda mengerti juga dan mulai merencankan bentuk pernikahanku nanti.

Saat mereka pulang aku pergi belanja keperluan kamarku di apartemen nanti. mulai dari ranjang spring bed lemari nakas 1 set meja kerja tv dvd player dan hal lainnya. ku pikir sekalian capek saja dr pd aku harus mencari waktu lain untk hal kecil seperti ini.

Hari sudah malam saat aku pulang ke rumah. mengurus semua yg td sekalian capek ternyata capek luar biasa. Pegal semua badan ku, yg ku pikir bagamana wanita bisa belanja jalan - jalan seharian di mall dan tidak merasa capek. Mungkin itu yg di namakan teman ku the power of cewek.

"Yah ini kredit card nya, thanks." ku berikan kartu itu pada ayah yg sedang menonto tv bersama bunda dan si kembar adik kesayanganku. Aku nanti bakalan jarang main sama mereka lagi. Gila aku bahkan mulai rindu padahal belum pergi sama skali. Aku pasti akan sangat merindukan rumah ini.

"Iya, ayah lihat kamu nggak terlalu banyak beli. Knp ?" Kata ayah sambil melihqt notifikasu smartphone nya yg banyak masuk tagihan belanjaku

"nggak semua barang nya mesti baru yah, aku bakal mindahin dr sini ke sana nanti. Aku ke kamar dulu yah." kataku berjalan melewati bunda memeluknya lalu mencium si kembar dan naik ke atas lalu tidur di kamarku.

***

Sepulang sekolah aku langsung pergi ke kantor yg ayah kasih ke aku. Aku mulai meninjau kantor dan kinerja nya dari bawah. Atas permintaan ku tdk ada yg tahu kalo aku nantinya yg akan mulai memimpin setelah aku lulus. Ku pikir ini lebih baik supaya aku bisa benar - benar tau tanpa dijilat oleh para pemburu rupiah.

Aku berdoa semoga ini memang yg terbaik baik semuanya. Aku akan berusaha semampu ku untuk ayah bunda dan istriku nanti. Whatt ?? istriku nanti ?? aku mulai gila, dia belun jadi istri saja sudah sebegininya terhadap hidupku. Apalagi nanti kalo udah sah jadi istri. Ku mohon Tuhan semoga si bawel bisa ajak kompromi, kerjasama dan nurut padaku. Aamiin

Ku harap pernikahan ku nanti tak banyak masalah yg dtg. Krn baru pra saja sudah banyak masalah dan melelahkan. Jika saja istriku nanti penurut itu akan banyak mengurangi bebanku. Tiba - tiba saja kepala ku ingin pecah memikirkannya. Aku akan bicara pada ayah bunda agar memilihkan istri yg penurut saja jgn yg bawel, cerewet dan manja seperti Zilla. Aku tak kan bisa mengatasinya.

Dengan pemikiran ini aku segera melesat menuju ke rumah untuk membicarakan kembali dg ayah bunda tentang pernikahan ini. "Ayah bunda aku mau bicara sebentar, boleh ?" krn tak ada yg keberatan ku lihat jadi langsung saja ku katakan. "Ayah bunda aku mau menikah dg istri yg penurut saja jgn yg bawel, cerewet dan manja seperti Zilla. Aku mohon." aku memelas pada mereka ku pikir aku tdk sanggup jika istriku nanti seperti Zilla.

"Lif sudah tak bisa, mereka telah menyetujuinya. Besok kami akan melamar Zilla. Lagi pula bunda suka pada Zilla, dia itu bla... bla... bla...." jawaban bunda bagai petir disiang bolong dihari yg cerah. Aku sudah tak mendengarkan kata - kata bunda yg lain dan memilih langsung pergi ke kamarku, merenungkan dan memikirkan semuanya. Hingga kantuk datang dan aku terlelap tidur. Selamat tinggal hari - hari ku yg tenang dan damai.

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang