Epilog

6.6K 445 44
                                    

Semilir angin laut berhembus dengan kencang. Deburan ombak menghempaskan karang bebatuan yang disekitarnya. Seorang permuda cantik tengah duduk diatas pantai berpasir putih. Pemuda itu sesekali tersenyum dan tertawa melihat tiga orang yang berarti dalam hidupnya sedang bermain ombak bahkan berlari-lari mengejar satu sama lain. Ya pemuda cantik itu adalah Yoon Jeonghan dan ketiga orang yang dilihatnya itu Choi Seungcheol dan kedua putranya. Jeonghan dan Seungcheol sudah menikah tiga tahun yang lalu, dan dikarunia seorang putra tampan dan lucu. Jeonghan teringat ketika tiga tahun yang lalu sang suami melamarnya dan sampai mereka saling mengikat janji suci di altar.

Flashback

3 tahun yang lalu..

"Eoh, bintang jatuh." seru Jeonghan yang bergembira seperti anak kecil. Ia segera mengatupkan kedua tangan dan memejamkan matanya. Ia berdoa agar semua apa yang impikan bisa terkabul. Begitu juga dengan Seungcheol ia melepaskan tangannya dari pinggang Jeonghan dan melakukan hal yang sama.

Beberapa menit kemudian, mereka selesai berdoa dan membuka mata. Seungcheol menghadap ke Jeonghan. "Apa yang kau doakan Jeonghan-ah?"

"Aku berdoa agar appa bisa tenang di sana dan juga aku berdoa kita dapat hidup bahagia bersama selamnya. Kalau kamu?"

"Aku berdoa agar detik ini juga aku bisa mengatakan semuanya padamu."

Jeonghan mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti apa yang barusan Seungcheol katakan. Seungcheol mengambil sebuah kotak kecil beludru dari dalam saku celananya. Ia membuka kotak tersebut dan memperlihatkan sebuah kalung dengan liontin yang berbentuk huruf S dan rantai yang terbuat dari perak. Jeonghan tersenyum melihat itu semua.

"Mungkin ini harga nya tidak seberapa. Tapi ini melambangkan semua apa yang ingin ku utarakan padamu. Lambang S ini artinya namaku Seungcheol. Dan kau lah satu-satunya orang yang memakainya dan menandakan kau adalah milikku dan aku adalah milikmu seorang." Seungcheol beralih ke belakang Jeonghan dan menyibakkan rambut panjangnya. Ia pun memasang kalung tersebut pada leher jenjang Jeonghan.

Seungcheol kembali ke hadapan Jeonghan. Ia berlutut sembari memegang kedua tangan kekasihnya itu. Ia menghembuskan nafasnya perlahan, ia tidak tahu harus mulai darimana ia mengungkapkan semuanya. Menurutnya ini sangat susah untuk diungkapkan daripada ketika dulu ia mengungkapkan perasaanya pada Jeonghan dan memintanya menjadi kekasih. Jeonghan hanya terdiam melihat Seungcheol yang berlutut di bawahnya.

"Jeonghan-ah.."

"Hm?"

"Yoon Jeonghan, maukah kau... maukah kau menikah dengan ku?"

Mata Jeonghan membelalak kaget dengan apa yang Seungcheol katakan barusan. Ia melihat ke arah Seungcheol yang menatap dirinya dengan mata memohon yang tulus. Di saat itu juga Jeonghan merasa gugup. Ia bingung tak tahu harus jawab apa. Selama ini kata-kata tersebutlah yang ingin ia dengar dari mulut kekasihnya, Seungcheol. Ia ingin berkata "Ya" tetapi entah mengapa lidahnya sangat susah untuk digerakan. Jeonghan melepaskan tangannya yang sebelumnya digenggam oleh Seungcheol.

"Seungcheol-ah maafkan aku, aku tidak bisa menjawabnya sekarang aku lelah hari ini. Aku ingin tidur. Terima kasih atas kalungnya. Akan aku jaga baik-baik."

"Tak apa jika kau lelah, tidurlah. Aku akan selalu menunggu jawaban dari mu."

Jeonghan berjalan menuju kamarnya, diikuti dengan Seungcheol dibelakangnya. Jeonghan menghempaskan dirinya ke kasur dan tidur membelakangi Seungcheol yang juga perlahan mulai tidur disampingnya. Tak ada percakapan diantara mereka kala itu. Mereka pun langsung terlelap masuk ke dalam dunia mimpi mereka masing-masing.

.

.

.

Pagi harinya, Jeonghan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia melihat kesampingnya, Seungcheol sudah tidak ada. Ia segera bangun dan bergegas untuk mandi, namun langkahnya terhenti ketika mendapati satu piring nasi goreng kimchi dan segelas susu vanilla serta secarik kertas yang terdapat sebuah pesan di dalamnya.

To The Beautiful YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang