NARUTO milik MK
Terispirasi dengan novel Spring In London karya Liana Tan dengan beberapa pengubahan dari saya
***
Paris. Jam 5 Di Bandara Internasional
“Anak nakal! Ibu cerewet minta ampun. Kau tidak bilang padanya kalau kau akan pergi ke Paris?” omel Itachi ketika ia melihat Sasuke menghampirinya di bandara.
“Makasih, kak,” ucap Sasuke sambil tersenyum manis dan mengambil barang-barang dari tangan Itachi. Ia memang sengaja merahasiakan kepergian dari ibunya, kalau ibunya tahu ia pasti tidak bisa tenang selama di Paris. Untung kakaknya juga melakukan perjalanan bisnisnya ke sini, jadi ia bisa sekalian menitip barang-barang bawaannya tanpa ketahuan ibu.
“Kau juga merepotkanku dengan barang-barangmu.” Kakaknya pura-pura protes, padahal Itachi tidak keberatan melakukan demi adik kesayangannya. Sasuke hanya tersenyum lalu memeluk kakaknya.
“Kau tinggal di mana? Sebaiknya tinggal bersama kakak saja.” Ucap Itachi, Sasuke menggeleng pelan lalu merapikan jas kakaknya yang agak kusut. “Repot juga jauh. Tenang aku bersama Neji, kak.”
“Si Homo Hyuuga itu? kakak malah nggak tenang.” Sasuke mendengus, “Aku masih normal.” Itachi memandang Sasuke dengan ragu yang membuat adiknya kesal. “Tidak bisa dipercaya,” desis kakaknya perlahan.
“Terserah kalau begitu, aku pergi dulu.” Sasuke tidak ambil pusing meski kakaknya tidak beranjak dan terus memandangi kepergiannya, ia hanya melambaikan tangan dan memakai kaca mata hitamnya dengan keren, yang membuat gadis-gadis yang berpapasan dengan Sasuke tidak bisa mengalihkan padangan mereka.
…
Apartemen Hyuuga, Seminggu Setelahnya.
Sasuke Uchiha membuka matanya yang terasa berat, lalu ia mengangkat tangan menutupi mata dan mengerang pelan. Sinar matahari yang menembus jendela kamar tidur menyilaukan matanya. Ia menguap lebar sambil merenggangkan lengan dan kaki dengan posisi yang masih terbaring di tempat tidur. Lalu ia memaksa diri berguling turun dari tempat tidur, berjalan dengan langkah diseret-seret ke meja tulis di depan jendela untuk mematikan lampu meja yang masih menyala dan memandang ke luar jendela.
Ia memandang tower yang selalu di percaya oleh kebanyakan gadis sebagai tower cinta, Eiffel. Ia merasakan kerinduan di kotanya yang gemerlap, Neji selalu tahu keinginanya. Makanya ia di beri salah satu kamar yang jendelanya menghadap ke pemandangan itu. ia harus berterima kasih kepada sahabat kecilnya itu.
Sasuke kemudian membuka jendela dan mengisi paru-parunya dengan udara segar, setelah menikmati pemandangan kota Paris selama beberapa menit ia bergegas keluar kamar menuju dapur, disana dua temannya sedang duduk menikmati kopi pagi.
“Apa tidurmu nyenyak, Sasuke?” Gadis bertubuh jangkung, berkacamata, dan berambut merah panjang, yang sedang menggenggam cangkir kopi dengan kedua tangan, menatap Sasuke dengan berbinar. Ia memang bukan pertama kali datang keluar negeri, tapi ia tetap tidak suka dengan keakraban mereka yang Sasuke rasa seperti kurang ajar.
Mestinya ia memanggil marganya karena mereka juga baru pertama kali bertemu, dan mereka tidak akrab. Ia memang lebih suka Jepang di bandingkan kota penuh kebebasan ini. Belum lagi perempuan ini berani tinggal dengan dua pria yang bahkan tidak ada hubungan ikatan apapun. Ah Sasuke benar-benar tidak suka dengan sistem pergaulan Negara ini.
Tapi, ia juga suka sedikit dengan wanita ini, sedikit artinya cukup bagi Sasuke buat mengkatagorikan wanita itu sebagai sahabatnya. Alasannya simple wanita tidak berisik dan juga tidak suka ikut campur urusannya, dia wanita yang paling luas pandangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Paris
AcakPertemuan baru membangkitkan kenangan lama hingga tercipta kisah cinta penuh romansa di paris cinta mereka kembali terurai NARUSASU, HATSUKI PAIR