Part3

198 4 0
                                    

Sekolahku adalah Sekolah High International dengan 3 tingkatan yang memiliki ruang belajar dengan total 31 kelas (sudah tergabung dengan kelas akselarasi dan bilingual) dan 8 ruangan lainnya. Dimana tingkat pertama memiliki 11 kelas belajar untuk anak kelas 12, 1 ruang besar yang terdiri dari 27 bilik meja guru-guru, 1 ruang khusus para guru meeting, 1 ruang BK, perpustakaan dan kantin. Tingkat 2 terdiri dari 11 kelas belajar untuk kelas 11, 3 ruang laboratorium, 1 ruang praktek tataboga, Ruang Kepala Sekolah dan WC. Tingkat ketiga hanya terdiri dari ruangan anak kelas 10.

Saat kelas 10, aku yang sedang menahan keinginan untuk buang air kecil sempat tersesat saat menuju WC di sekolah yang terletak dilantai 2. Beruntung ada Elsa yang membantu mengantarkanku ke WC. Aku yang baru mengenal beberapa minggu tentang sekolah ini, benar-benar sangat risih melewati kakak kelas dengan paha melilit hingga tiba di toilet sekolah. Hidupku serasa sangat berat untuk dijalani kala itu, ingin rasanya aku terjun dari lantai 3 sekolah supaya aku tidak merasakan keinginan untuk membuang sesuatu yang merepotkan itu.

"Aku punya nama." Tatapku garang menatap Miko yang malah menjulurkan lidahnya mengejekku sambil menarik paksa buku yang tadi diberi Elsa kepadaku. Lalu ia membandingkan buku PR Elsa dengan buku PR ku. Menatapku dengan sadis lalu mengangkat tangannya.

"Ibu, Reva tidak mengerjakan PR" suara berat Miko menggema diseluruh penjuru kelas membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Kenapa pagiku harus seperti ini sih?!

"Reva! Kamu jangan ikut pelajaran ibu kali ini!" pekik Bu Fatimah membuatku berdiri seketika dan keluar kelas dengan lesunya. Elsa menatapku prihatin. Sial! Sial! Siaaaall! Miko, kubalas kamu! Lihat saja!

Aku melangkahkan kakiku dengan hentakan penuh emosi menuju perpustakaan yang berada dilantai 1. Menatap segerombolan kakak kelas yang sedang free alias gurunya sedang tidak masuk kelas, bercengkrama didepan kelas mereka. Beberapa dari mereka menatapku. Entah dengan tatapan kasihan atau mencemooh, aku tak peduli. Aku sedang kesal saat ini.

"hei" seseorang menepuk pundakku dari belakang. Mendengar suara ini membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Aku menolehkan wajah ke belakang, harap-harap cemas bahwa pikiranku dalam mengenali suara tak salah.

"Kak Andre.." bisikku. Keahlianku dalam mengenali suara ternyata tak salah. Aku sedang menatap seorang cowok dengan tatakan rambut gelombang yang terlihat acak-acakan namun mempesona dan berkacamata dengan tekstur kacamata yang sangat cocok diwajahnya memberikan kesan pintar sekaligus tampan dalam satu sentuhan. Kak Andre, anak kelas 12 IPA 1, kakak kelas yang sangat sering dielu-elukan setiap insane wanita disekolah ini tengah menyapaku? Aku berharap penampilanku tak buruk kali ini.

"Ah.. kamu tau namaku?" Kak Andre memasang wajah shock yang sangat tampan. Lalu ia memamerkan senyumnya. Bagaimana mungkin aku tidak mengenal namanya kalau setiap hari anak perempuan dikelasku menggosipkan ketampanannya, kebaikannya, keramahannya, dan ke- ke- lainnya tentang dia? 

Apalagi setiap aku bertemu dengannya, mataku tak pernah lepas dari wajahnya.

"ada apa kak?" Aku mengontrol pikiranku tetapi debaran jantungku tetap tidak dapat terkontrol sama sekali. Debaran ini terus dan terus menggebu-gebu ingin meloncat keluar. Jujur, aku pun sangat menyukai kak Andre. Bagiku Kak Andre itu bagaikan malaikat jatuh ke bumi.

"Ini. Kamu tadi menjatuhkan ini" Kak Andre memberikanku sebuah bullpen berbentuk hello kitty dengan warna pink yang sangat indah dimataku. Aku meraihnya sambil bersemu merah.

"terima kasih kak" ucapku pelan. Membuat suaraku tampak merdu ditelingaku dan kuharap kak Andre pun berpikiran demikian. Namun baru beberapa saat aku merasakan yang namanya 'surga dunia', seseorang menghardikku.

"hei Ndre, jangan godain adikku" Vino muncul disamping kak Andre dan merangkulnya menjauh dariku. Namun kak Andre menahan dirinya untuk mengikuti arahan tangan Vino. Ia menoleh padaku lagi.

"oh.. jadi kamu yang Vino panggil Bonsai?"kak Andre menatapku sambil tersenyum. Bonsai? Bahkan kakakku menceritakan panggilan memalukan itu kepada teman sekelasnya? Kenapa ia sangat senang membuatku kesal sih?!

"ah....iya" jawabku lesu lalu menatap Vino dengan tatapan Death Glare yang kupunya. Berharap sinar laser Superman kali ini benar-benar aku miliki.

"siapa namamu?" kak Andre menengadahkan telapak tangannya, mengajakku untuk bersalaman.

"Revalina Sermoni. Kakak bisa panggil aku Reva" aku membalas jabatan tangannya lalu tersenyum malu.

"nama yang bagus sama seperti senyumnya" puji kak Andre membuatku terbang. Seandainya ini bukan disekolah, aku pasti sudah teriak sekeras-kerasnya karena bahagia. Kak Andre, Ai lop yu pull!

"Jangan lama-lama jabatannya, ada yang sesak napas tuh" Vino mengejekku. Aku menatapnya garang. Kak Andre hanya tersenyum.

"Bonsai, kamu mau kemana? Nanti kamu tersesat lagi" oh kakakku sangat perhatian sekali. Ada apa dengan kepalanya hari ini?

"Mau ke perpustakaan. Kalau aku tersesat, aku akan balas dendam pada makhluk abnormal yang mengambil HP ku tadi pagi" Jawabku kesal. Salah siapa kalau aku tersesat? Bukankah HP-ku ia yang mengambilnya? Padahal di HP-ku penuh dengan foto jalan yang harus kutempuh untuk mencapai tujuanku. Tapi, karena dia ambil, bukankah itu berarti dia yang sengaja membuatku tersesat?

"Ayo kuantar" Vino melepas rangkulannya dari pundak Andre dan menarik paksa aku menuju jalan awal aku tiba. Hei, bukankah ini berarti aku sudah tersesat?

"sadar kalau kamu salah jalan?" Vino meringis geli. Aku menoleh kebelakang dan melambai kearah kak Andre yang membalas lambaianku balik.

"cih! Kau mengganggu ku berduaan dengan malaikat tadi"

"malaikat?" Vino bertanya balik.

"uh-um..." aku mengangguk.

"Malaikat pun ada 2 jenis. Buruk dan baik. Jangan sampai salah berasumsi. hahahaha... ini HP-mu. Kau akan merepotkan orang lain bila tak ada HP-mu" Vino mengeluarkan HP bercorak hello kitty dari kantong celananya lalu menyerahkannya padaku. Aku menerima nya dengan sukacita yang sangat luar biasa.

"Sadar juga" pekikku pelan. Lalu membongkar HP-ku, mencari  foto-foto tembok dan hal lainnya yang membuatku mengerti arah mana yang harus kuambil untuk mencapai perpustakaan sekolah.

"Kakak kembali ke kelas aja. aku bisa pergi sendiri kok" ucapku sambil melambaikan HP ku kearahnya.

"Oke. jangan lupa datang ke markas ku sepulang sekolah" Vino menepuk pundakku lalu pergi menuju kelasnya sebelum aku berteriak menolak.

Sedikit menyusahkan untuk tiba diperpustakaan sekolah karena letaknya yang cukup jauh dari gedung utama.

Perpustakaan sekolahku terletak dipojok sekolah, Jauh dari kebisingan kelas yang terdiri dari pelajar dan guru-guru yang tengah mengajar namun sangat dekat dengan ruang kepala sekolah. Disekeliling perpustakaan, banyak pohon-pohon menjulang tinggi diatas rerumputan hijau. Oleh karena itu, semenjak setahun yang lalu, KepSek kami membuat tempat duduk khusus diarea itu sebagai tempat berteduh yang nyaman. Bisa dibilang area ini adalah taman mini sekolah kami. Dengar-dengar, tahun depan KepSek akan membuat pancuran ditaman mini ini supaya terlihat lebih bagus lagi, semoga aja jadi kenyataan. Jadi aku bisa main air disini.

Give Me True Love (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang