part 7

119 5 2
                                    

Dan disinilah aku bersama dengan pria yang memiliki tinggi lebih 10cm dariku. Ia bersender pada pohon rindang dibelakangnya dan menyeringai. Ia menatapku dengan tatapan seolah mengatakan 'benarkan bahwa kamu sedang kepo'.

"Jadi.." aku membuka percakapan. "apa yang kamu dan kakakku bahas?" Aku menyilangkan tanganku didepan dadaku. Masih teringat kejadian memalukan kemarin. Sial, kenapa disaat seperti ini aku malah mengingatnya.

Miko menatapku statis. Aku tak mengerti arti tatapannya dan kami hanya saling tatapan untuk beberapa menit lamanya tanpa ada sedikitpun yang bergerak. Bagiku, tatapan ini adalah pertandingan yang secara spiritual telah terbentuk antar kami berdua tanpa ada wasit yang mengatakan 'mulai!'. Bahkan dalam pertandingan spiritual seperti ini, aku tak boleh kalah.

"Kau tahan panas ya? Kau pasti memiliki kulit setebal kulit badak. Hebat" ucapnya. Aku mendelikkan mataku. Apa ia barusan memuji atau mengejekku? Aku memutar bola mataku. Nampaknya percakapan kali ini dengannya akan tetap berakhir dengan pertengkaran dan berlangsung lama.

"apa kakakku membahas sesuatu yang berhubungan dengan clubnya?" aku mencoba kembali ke pokok permasalahanku. Mencoba untuk tidak terpancing untuk bertengkar.

"hei, kau sungguh tahan panas? Aku melihat buliran keringat sebesar biji jagung di dahimu" ia mendekatkan wajahnya kearah wajahku. Aku memutar bola mataku lagi dan mengontrol nafasku. Lelaki di depanku nampaknya memang ingin melihatku marah. Aku mengusap dahiku secara kasar menggunakan punggung tanganku dan mengusapkannya ke baju Miko. Miko teriak histeris.

"jorok!" teriak Miko sambil mengibas-kibas jaketnya. Aku tersenyum miring dengan gaya mengejek.

"aku tak peduli lagi" aku membalikkan tubuhku hendak pergi meninggalkan pria menyebalkan itu sendirian. Selain itu, cuaca panas memang sangat menyubit kulitku. Aku sudah tak tahan menahannya lebih lama.

"kakakmu memintaku untuk menggambar sebuah android" aku menghentikan langkahku dan memutar kepalaku kearahnya. Miko masih mengibas jaketnya dengan tangannya. Hah? Hanya itu? Ngapain aku susah payah berbicara berdua dengannya jika jawabannya hanya itu? Sial! Sudah pasti kakakku ngebahas soal kegiatan clubnya pada pria ini. Apalagi yang akan dibahas kakakku. Bodohnya aku.

Ah iya, aku mengajaknya bicara berdua karena permintaan Elsa. Hampir saja aku lupa.

"eum.. Kau...malam minggu ada rencana tidak? Jika tidak, datanglah jam 7 di cafe Bintang" aku melancarkan aajkan sesuai keinginan Elsa untuk kulakukan lalu pergi meninggalkan Miko yang entah apa reaksinya. Aku tak peduli.

------

Baru tiba dikelas, Elsa sudah membrondongiku dengan pertanyaan bagaimana jawaban Miko atas ajakan kemarin. Aku lupa untuk meminta kepastian Miko. Sankin malasnya berurusan lebih lama dengan pria itu, aku sampai lupa keputusan akhirnya.

"sorry Sa" aku mennyentuh tangan Elsa yang kini terkulai lemah. Elsa memandangku sambil tersenyum getir.

"Tenang saja Sa. Akan kubuat dia benar2 datang malming nanti. Kau tenang dan berdandan saja. Oke?" ucapku meyakinkannya. Nampaknya ucapanku membuat Elsa sedikit bersinar dan memiliki harapan tinggi. Tenang saja Sa. Akan kubuat pria itu benar2 datang.

Demi kamu, aku akan melupakan sejenak emosiku. Ugh! -----

"kak, punya nomor handphone Miko?" aku melempar tubuhku ke atas ranjang empuk milik Vino. Vino tengah berkutik dengan laptopnya, sedang membuat presentasi sosiologi. Mataku berkeliling liar dan abstrak mencoba mencari HP milik Vino. Vino menghentikan kegiatannya dan tersenyum aneh kearahku.

"setiap hari ketemu dikelas masih kurang ya?" Vino bertanya dengan nada menggoda yang membuatku ingin muntah. Dia pikir aku kangen sama mahluk menyebalkan itu? Cih!

"bukan. Aku mau bikin Els....eum... Aku mau bertanya tentang tugas kelompok. Dia kan ketua kelas" hampir saja aku keceplosan! Maaf kak, sepertinya cintamu akan tak terbalaskan. Maafkan adikmu yang lemah ini tak dapat membantumu mendapatkan Elsa dan malah membantu Elsa berdekatan dengan pria yang disukainya.

"yaaah apapun lah. HP ku di charge dibawah ranjang. Cari saja disitu. Jangan buka folder lain apalagi message-nya! Awas kau!" ancam kakakku lalu lanjut berkutat dengan laptopnya.

Aku menurunkan tubuhku dan mencoba meraba-raba dibawah ranjang. Kakakku memang abnormal, disaat HP nya dicharge, dia lebih suka meletakkan HPnya dibawah ranjang, alasannya sih supaya tidak tertendang. Yaaahh namanya juga abnormal.

Aku mulai membongkar kontak kakakku dan sempat menemukan nama-nama aneh di layar HPnya itu. Apa kakakku berteman dengan alien-alien? Hahaha dasar abnormal.

"thanks kak. Be-te-we, siapa itu My ChopStick?" aku menggodanya. Vino mendengus kasar lalu bangkit dari kursinya. Aku segera kabur menuju kamarku.

"sudah kubilang jangan buka pesanku bonsai!!" teriaknya emosi. Aku melempar tubuhku keatas ranjang dan tertawa puas. Sepertinya kakakku sudah punya obat hati. Tapi bagaimana bisa dia berpacaran duluan? Bukannya dia menyukai Elsa? Kakak abnormal yang membingungkan!

Aku mengetik lalu kembali menghapus setiap kata yang telah kuukir di box pesan ku. Aku menimbang-nimbang lagi kata apa yang tepat untuk dikirim. Apa aku harus memohon? Memaksa? Atau aku harus menelponnya? Ugh!

'Hei. Ini Reva. Malam minggu nanti kuharap kamu akan datang dan tidak mengecewakanku. Awas kalau tidak datang!' aku pun menekan tombol SEND dan menutup mataku. Kuharap balasanmu tidak akan membuatku marah Miko.

Give Me True Love (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang