-Perlahan ketika rasa itu mulai pudar karena keterpaksaan, ia harus bagaimana? Membiarkannya hingga terhapus, atau menebalkannya dengan berpegang pada sebuah rasa?-
Sudah hampir seminggu Rossa dan Faiq berpacaran, sudah 3 hari pula semenjak insiden faiq yang sibuk dengan segudang pekerjaannya.
Rossa sudah tahu tentang seluruh anggota rohis yang membicarakan hubungannya dengan Faiq. Rossa mengetahui itu semua dari sahabatnya, bagaimana tidak? Sahabat sekaligus tukang nguping terhandal yang pernah ia kenal itu menceritakan semua itu dengan penuh penekanan dan menggebu-gebu, membuatnya miris. Yang menjalin hubungan siapa, yang heboh siapa? Ckck Via, Via-,-.Entah mengapa, lagi lagi, akhir-akhir ini Rossa merasa tubuhnya lemas dan kurang fit, lihat saja buktinya sekarang ia sudah terkulai tak berdaya di ranjang uks. Huhh lagi-lagi tak mengikuti pelajaran. Ia bosan, jadi ia memutuskan untuk memejamkan matanya, setidaknya sampai bel istirahat pertama.
"FLOOOOOO!!!"
Rossa terbangun karena suara 8 oktaf Via yang tiba-tiba saja menggema di seluruh penjuru ruangan uks ini, untung saja tak ada orang lain selain dirinya. Via membantunya untuk duduk di ranjang yang ia tiduri.
"Aduhh lo kok jadi sakit-sakitan gini sih? Lo ngakunya cowo, tapi kaya gini. Gue aja ngga sakit." Pertanyaan Via memang aneh, ia kan manusia biasa pasti bisa merasakan sakit.
"Mungkin Allah lebih sayang sama gue dari pada elo, gue kan rajin shalat, ngaji, shadakah. Makanya Allah ngasih sakit buat gue sebagai tanda kasih sayang." Jawab Rossa asal-asalan.
"WOAH!! masa?" Tanggap via dengan terkejut, Rossa hanya menganggukkan kepalanya.
"Nggak percaya gue!" Lanjut Via.
"Boam lah," Rossa mulai jengah menghadapi sahabatnya ini, Drama aja terus.
"Flo! Flo! Flo! Ka Faiq tuh, dia mau kesini deh kayanya, gue cabut aja ya" belum sempat via beranjak pergi tapi rossa mencekal lengannya.
"Eh, jangan." Cegah Rossa.
Sejujurnya ia belum siap bertemu Faiq kalau sendirian, 2 hari yang lalu ia membicarakan masalah yang marak di bicarakan di kalangan ekskul rohis dengan Faiq melalui SMS, tetapi hanya respon biasa yang ia dapatkan. Bahkan ketika Faiq menelponnya, faiq memintanya untuk tidak membahas masalah itu lagi, terdengar dari nada bicaranya waktu itu ia sangat marah dan kesal.
"Loh, loh kok kak Faiq malah lewat doang sih? Jangankan liat keadaan elo ke dalem, senyum atau nyapa aja ngga?!!! WHAT THE...?" Ck, via ini heboh banget sih-,-
Rossa hanya menanggapinya dengan senyum tipis yang di paksakan,
"Mungkin dia nggak lihat gue di dalem sini kali vi," Sebenarnya ia sudah mengira Faiq pasti tidak mau berbicara ataupun memandangnya, huh kenapa masalah seperti ini harus di besar-besarkan sih?.
"Tunggu, tunggu.. Elo kenapa-kenapa ya sama dia?"
"Apaan sih? Kenapa apanya?"
"Lo ribut sama kak Faiq? Lo renggang?"
"Nggak kok gue cuma main enggrang"
"Ihs, Flo gue serius loh ini. Jangan-jangan gara-gara gue kasih tau elo tentang anak-anak rohis itu ya?"
"Bukaaann kok Viaa sayanggg" Ia mencubit pipi Via gemas.
"Benerr?" Tanya Via memastikan.
"Benerr, udah balik ke kelas sana. Udah bel tauu."
"Eng, yaudah deh. Hati-hati sendiri disini, doain gue. Gue belajar dulu flo!"
Rossa hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum lalu ia membaringakn tubuhnya kembali.
Beberapa menit sepeninggal Via ia kembali merenung. Apa yang harus ia lakukan? Hubungan ini bahkan baru seumur jagung. Hanya 1 minggu. Ia tak menyangka sebegini sulitnya berpacaran dengan seorang Faiq Ahmad Bagaskara. Ia tak yakin hubungan ini akan berlangsung lama, meski ia harus meyakininya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekejap Saja
Short StoryPernah menjalani hubungan yang hanya sekejap? Bahkan harus terpaksa berpisah meskipun masih saling sayang. Enggak. Ini bukan di tinggal pas lagi sayang sayangnya. Tapi harus sama sama berpisah pas lagi sayang.