Second: Eyes

501 168 25
                                    

(Foto ilustrasi: Nayla)

Senin, 23 oktober 2017

Sinar matahari memaksa masuk untuk menganggu tidur seorang putri tidur, Nayla. Nayla mengerjap-ngerjapkan matanya saat sinar matahari itu menyilaukannya. Diambilnya bantal untuk menghalangi sinar matahari itu. Dirinya sangat benci dengan sinar matahari, apalagi jika mengenai bagian tubuhnya. Bahkan teman-temannya menjuluki Nayla si Vampire karena Nayla membenci sinar matahari.

Kring! Kring! Kring!

Suara alarmnya berbunyi, ternyata Nayla bangun lebih awal sebelum alarmnya berbunyi. Sebenarnya dia tidak butuh alarm karena dia akan bangun sendiri tanpa ada yang membangunkannya, selalu tepat waktu setiap hari. Tapi Nayla tetaplah manusia yang tidak bisa mengalahkan rasa lelah dan kantuk dibandingkan kekuatan alarm di dalam dirinya.

Dengan kasar Nayla mematikan alarm itu. Dirinya duduk sejenak untuk menjernihkan pikirannya dan menghilangkan rasa kantuknya. Matanya masih terpejam sambil melawan rasa kantuknya.

Nayla berdiri keluar kamarnya menuju ke halaman belakang untuk menggosok giginya, dengam mata terpejam Nayla menggosok gigi dan mencuci mukanya.

Nayla berdiri keluar kamarnya menuju ke halaman belakang untuk menggosok giginya, dengam mata terpejam Nayla menggosok gigi dan mencuci mukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirinya mulai segar kembali dan bersiap mandi dan pergi ke sekolah. Baru saja Nayla ingin melangkahkan kakinya, tetapi ketika teringat kata 'sekolah', dirinya mulai mengingat apa yang terjadi dua hari lalu antara dirinya dan Sam.

"Kita bicara, hanya kita berdua." Ucapan Sam sontak membuat Nayla terkejut. Bagaimana mungkin sosok dihadapannya saat ini mengajaknya bicara.

"Ahh, m-maaf tapi kenapa nggak disini aja ya ngomongnya?" Ucap Nayla dengan perasaan campur aduk.

Sam hanya menatap mata Nayla dengan lekat dan tangannya masih betah memegang pergelangan tangan Nayla.

"Maaf Sam, tapi kamu ada urusan apa sama Nayla?" Tanya Luis penasaran, dan tentu saja tidak dihiraukan oleh Sam.

"Ehm, kalau urusan sekolah lo kan bisa omongin bes-"

"Nayla, aku suka sama kamu." Pernyataan Sam tentu saja membuat keduanya, Nayla dan Luis terdiam. Nayla mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.

"Aku... udah lama suka sama kamu. Aku nggak mau dengar kata 'tidak' 'tidak bisa' 'tidak mau'. Intinya aku nggak mau dengar penolakan." Ucap Sam dengan senyum di wajahnya.

"T-tapi, kenapa kamu tiba-tiba bilang ini? Kita, kita kan nggak dekat, kamu juga nggak kenal aku." Nayla tidak berani menatap mata lawan bicaranya saat ini, Nayla hanya bisa menunduk sambil meremas rok abu-abunya.

"Iya, emang kita nggak dekat. Tapi aku kenal kamu kok, mana mungkin aku nggak kenal sama cewek yang aku sukain." Sam memegang bahu Nayla dan menatapnya tajam. "Mulai hari ini, kamu milil aku." Sebuah senyuman terlukis indah di bibirnya. Nayla akui Sam memang tampan dan cukup menarik, Nayla sedikit ragu dengan apa yang dinyatakan Sam, tetapi apa boleh buat dengan posisinya saat ini.

What If (UNFINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang