Dengan reflek, Sam menutupi wajah Nayla dengan wajahnya. Yang membuat orang yang melihatnya akan mengira Sam akan mencium Nayla. Detak jantung Nayla bertambah cepat 10 kali lipat, walaupun berada dalam keadaan lemah dan tidak sadar, tapi dia masih bisa merasakan detak jantungnya akibat wajah mempesona Sam.
"I'm here, Nay."
Nayla memejamkan matanya karena cahaya matahari yang sangat menganggunya dan wajah Sam yang sedekat ini membuatnya 100% gugup. Sam berjalan menuju UKS sambil menggendong Nayla dan menatapnya sesekali.
Oh god! Wajah Sam yang terkena sinar matahari makin membuatnya, err.. seksi dan matanya ternyata tidak bewarna hitam pekat namun coklat kehitam-hitaman, dan itu makin membuat Nayla terpesona.
Sesaat sampai di UKS yang beruntungnya hanya ada mereka berdua, Sam merebahkan tubuh Nayla di salah satu kasur di ruangan itu.Perlakuan Sam memang benar-benar berubah 180 derajat. Apa benar mitos jika cinta mengubah segalanya? Se-suka itu kah Sam kepada Nayla? Tentu saja tidak, namun itulah 'yang dipikirkan' Nayla. Karena dirinya saat ini tidak mengetahui jika dirinya sudah terperangkap dalam jebakan seorang Sam dan hidden camera saat ini berada di sekitarnya, mentertawakan Nayla yang bodoh karena sudah terpedaya oleh seorang Sam.
"Bagian mana yang sakit atau nggak enak Nay?" Tanya Sam.
"Ahh nggak apa-apa kok Sam, aku bisa sendiri. Kamu lanjut olahraga aja, nanti nilai kamu-" Belum sempat Nayla menyelesaikan kata-katanya, jari telunjuk Sam sudah menutup mulut Nayla. Sontak itu membuat hatinya berdebar lagi.
"Nggak, aku harus obatin kamu." Sam mengambil minyak kayu putih, betadine, dan kawan-kawannya. Woah mungkin jika dilihat, Sam sudah seperti dokter sungguhan.
Dan tentu saja Nayla sudah pasrah karena badannya juga lemas, apalagi dia hanya sarapan sehelai roti tadi pagi dan tidak sempat makan saat istirahat pertama tadi. Sam menorehkan sedikit minyak kayu putih di kepala Nayla, berharap rasa pusing Nayla bisa berkurang sedikit. Mengoleskan betadine ke luka di lutut dan siku Nayla setelah men-steril-kan luka Nayla dan membalutnya dengan perban. Siapapun yang melihat Nayla saat ini pasti merasa kasihan, bagaimana tidak? Perban dimana-mana membaluti tubuhnya dan wajahnya pucat sekali.
"Kamu tunggu disini, aku keluar sebentar. Jangan kemana-mana!" Sam berusaha memperingatkan Nayla sesaat sebelum dia keluar dari ruang UKS dan Nayla hanya bisa mengangguk.
Sam berlari menuju kantin untuk membeli makanan. Tetapi pikirannya tiba-tiba menghentikan langkahnya. Buat apa Sam bertindak sejauh ini hanya untuk Nayla? Seharusnya dia sekarang di lapangan untuk mengikuti pelajaran kesukaannya, benar apa kata Nayla, seharusnya dia lebih mementingkan nilainya daripada mementingkan Nayla, wanita yang sama sekali tidak berharga untuk Sam, yang menurutnya adalah benalu.
Sam membalikkan badannya dan memasang wajahnya yang biasa. Tidak datar dan tidak tegang. Wajah yang biasa sering di tampakkan dulu sebelum insiden perfect couple itu.
"Buat apa gue perduliin dia."
---
Apa ini? Apa yang dimimpikan Nayla? Dia melihat Ibunya perlahan meninggalkannya pergi, begitu juga dengan adiknya dan sudah pasti Nayla sendirian sambil menangis di pojokan rumahnya. Nayla melihat seorang laki-laki yang tegap dan tinggi, tetapi Nayla tidak bisa melihat wajahnya, cahaya terlalu redup sampai-sampai Nayla hanya bisa melihat siluet orang itu saja. Nayla berusaha menggapai orang itu, yang membawa Ibu dan adiknya, tetapi dia tidak bisa, orang itu hanya menghempaskan tangannya sesaat tangan Nayla mengenggam lengan orang itu. Ada perasaan jijik yang diberikan orang itu kepadanya dan itu membuat Nayla sakit hati.
Nayla terbangun dari mimpi buruknya yang pertama kali terjadi selama 1 tahun ini. Keringat membasahi tubuh Nayla, wajahnya, badannya, semua basah. Nayla melirik jam dinding yang betengger dan menunjukkan jam 10:30, dan itu berarti sudah hampir 1 jam Nayla diruangan ini dan pelajaran olahraga berakhir setengah jam lagi. Nayla mengedarkan pandangannya ke sekitar UKS. Sepi, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If (UNFINISHED)
RomanceBagaimana jika kita tidak pernah bertemu? Apa yang akan terjadi? Apa akan lebih baik dari ini semua? Atau mungkin tidak? Aku bersyukur kepada Tuhan karena sudah memperkenalkanku pada seseorang seperti dirimu. Pria brengsek, bajingan, sampah, tapi ak...