Third: I'm Here

357 138 11
                                    

(Foto ilustrasi: Sam)

Sam menghentikan laju motornya dan Nayla pun turun dari motor Sam.

"Hm, Sam makasih ya udah nganterin aku." Nayla menunjukan senyumnya yanng dibalas oleh Sam.

"Iya, Sama-sama Nay. Lagian rumah kita kan searah, mending aku antar daripada kamu naik bus sendirian."

"Rumah kamu searah sama rumah aku? Emang rumah kamu dimana Sam?" Tanya Nayla penasaran.

"Kamu mau tau? Nanti kapan-kapan aku ajak kamu main ke rumah aku deh."

"Ah iya deh."

"Oh ya Nay, kamu tinggal sama siapa?" Tanya Sam.

"Sama Mama dan adik cowok aku. Mau masuk nggak ke dalam? Sekalian aku bikinin sesuatu."

"Ahh. Kapan-kapan aja deh Nay. Aku pulang dulu ya, dah." Sam melambaikan tangannya ke arah Nayla dan sesekali melihat ke arah rumah Nayla. Dimana calon istri ayahnya tinggal. Namun keinginan ayah Sam untuk menikahi Ibu Nayla mungkin hanyalah keinginan saja, karena saat ini Sam mulai bisa menaklukan Nayla.

Nayla masuk ke dalam rumahnya dengan senyum lebar di wajahnya. Dirinya merasa senang sekali, bagaimana tidak senang jika seharian dia diperlukan layaknya putri raja oleh Sam.

"Ehem, tadi siapa tuh yang anterin lu pulang kak? Nggak biasanya pulang dianterin." Tanya Nael, adik Nayla dengan penasaran.

"Kepo amat sih lu dek." Nayla melempar kaos kakinya ke wajah Nael.

"WOIII KAK, BAU TAUU, NJERR!

Sam memarkirkan motornya di halaman rumahnya yang luas itu. Melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang megah, mewah, besar, tetapi memuakkan, itulah rumahnya. Tau apa yang diharapkannya saat dia masuk ke dalam rumah? Semoga saja ayahnya tidak ada di dalam karena Sam sangat malas melihat ayahnya itu. Yah, Sam memang anak yang durhaka, tetapi Orang tua adalah tempat pertama seorang anak belajar kan? Sudah jelas Sam seperti ini karena Orang tuanya, yang tidak pernah ingin tau tentang dirinya. Bahkan Sam lupa bagaimana wajah Ibunya yang meninggalkannya 10 tahun lalu, wanita yang menghianatinya dan Ayahnya hanya demi uang.

Ternyata sore ini adalah sore yang tidak beruntung bagi Sam. Karena ayahnya disitu, menunggu Sam pulang. Walaupun Ayahnya jahat sekalipun, tetapi dia masih menyayangi anaknya sendiri, kalau dia tidak menginginkan anaknya, mungkin Sam sudah lama dibuang Ayahnya.

"Sam." Panggil Ayahnya yang sudah pasti diabaikan Sam.

"Ayah sudah memutuskan untuk menikah dengan Tante Vira."

Deg

Anak mana yang tidak emosi ketika orang tua mereka memutuskan hal yang berhubungan dengan keluarga secara sepihak. Apalagi ini menyangkut tentang dirinya, keluarganya, masa depannya.

"Ohh gitu ya?" Sam membalikkan tubuhnya dan mengarahkan pandangannya kepada Ayahnya.

"Sudah diputuskan sendiri? Memangnya Sam ini siapa? Debu? Kenapa nggak minta persetujuan Sam dulu sebelum memutuskan?" Sam berusaha menahan emosinya.

"Yah, karena Ayah tau kamu akan-"

"Akan apa? Menolaknya? Yah pasti lah. Yang jadi calon istri Ayah itu Ibu dari temen sekelas aku disekolah. Dan siapa yang bakal tau apa yang terjadi nanti kalau satu sekolah tau? Apa Ayah udah memikirkan hal itu matang-matang?"

"Ini bukan kali pertama Ayah akan menikah. Apa Ayah nggak kapok terus dihianati sama istri Ayah? Apa belum puas?"

"Samuel!!" Ayah Sam pun menjadi emosi karena anaknya mengungkit-ungkit lagi hal yang sudah berlalu. Walaupun memang benar yang dibicarakan Sam, tetapi tetap saja ayah Sam emosi atas perkataan anaknya itu.

What If (UNFINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang