Satu hari berlalu tanpa sms dari alvin. Entah kenapa aku sangat mengharapkan dia mengirimiku sms, walau hanya guyonan sederhana yang kadang sangat lucu bagiku. Sore ini aku malas sekali ikut ekskul teater, padahal aku tak pernah bolos untuk latihan. Aku benar-benar tak bersemangat hari ini. Namun tiba-tiba hp ku bergetar tanda sms masuk, dari alvin.
Alvin : hai ca, ga latian teater ?
Aku : iya, kok tau ?
Alvin : yah padahal gue nungguin lo di sekolah pengen liat latian nih.
Aku : loh, lo lagi di sekolah sekarang ? Gue lagi ga mood aja mau latian, lagi jenuh, perlu refreshing.
Alvin : lo mau gue bantuin ga? Sekarang lagi dimana ?
Aku : hah ? Bantuin apan ? Lagi di rumah. Kenapa ?
Alvin : gue jemput. Siap-siap. Bye
Aku : emank lo tau rumah gue ka ?10 menit dan tak ada balasan. Alvin serius nih ? Tanya ku dalam hati. Tanpa pikir panjang aku langsung bersiap-siap. Otak ku terus berpikir, senyumku sesekali mengembang. Kadang tak habis pikir dengan caranya yang spontanitas seperti ini tapi masih malu-malu saat berhadapan. Kalau dipikir-pikir, aku tak pernah sekalipun ngobrol langsung dengannya di sekolah, kecuali insiden tabrakan waktu itu. Itu bukan termasuk dalam kategori 'ngobrol'.
Sudah 30 menit dari terakhir kali dia membalas sms, kalau dia dari sekolah harusnya sudah 10 menit yang lalu dia sampai rumahku karena jarak sekolah dan rumahku tidak begitu jauh. Aku mulai cemas, apa dia cuma bercanda tadi ? Apa sih maksud alvin sebenarnya. Tak lama hp ku berdering, alvin menelepon.
Alvin : "rumah lo pagar hijau atau coklat?"
Aku : "pagar hijau. Lo dimana ka ?"
Alvin : "depan pagar rumah lo"
Aku : "oh ok. Sebentar"Telpon aku matikan dan bergegas untuk keluar rumah. Mamah yang berdiri dekat jendela dan melihatku keluar dengan pakaian rapi pun bertanya, "itu adi ca ? Kok ga masuk ? Kamu mau kemana ?"
"Bukan mah, kakak kelasku juga. Aku mau pergi sebentar ya", jawabku sambil mencari sepatu."Bukan sama adi ? Terus siapa lagi ? Mau kemana ? Pulang jam berapa ?", mamah menatapku sambil penuh curiga.
"Ya ampun mah, segitunya nanyanya. Aku belom tau mau kemana dan ngapain tapi, jam 7 udah di rumah. Janji.", jawabku sambil mencium tangannya dan pamit. Mamah memang agak protektif kalau aku pergi dengan orang-orang baru. Terkadang agak sedikit kesal juga dengan pertanyaan-pertanyaannya itu tapi aku berusah memahami bahwa ia hanya mengkahwatirkanku.================================
"Gue pikir lo cuma becanda tadi ka." Ucapku ketika melihat alvin dengan celana jeans sobek di bagian lutut, sepatu kets adidas, kaos hitam polos dan jaket hodie abu-abu yang sering digunakannya ke sekolah. Ternyata style nya alvin sangat asik menurutku.
"Gue tadi ganti baju dulu ke rumah ca. Udah pamit ?",
"Udah tadi, kita mau kemana ?", tanyaku sambil memasang helm.
"Lo lagi jenuh kan ? Udah ikut aja.", jawabnya dengan senyum penuh arti.
Aku pun menaiki motor CBR merahnya dan agak ragu untuk berpegangan di punggungnya. Jika itu adi, aku sudah sangat luwes berpegangan padanya agar tidak jatuh.
"Pegangan aja kali biar ga jatuh ca",
"Eh iya, ga papa. Udah jalan aja.", jawabku malu-malu karena ia menyadari kecanggunganku saat naik motor dengannya. Ia pun memyalakan motornya dan mulai melaju kencang. Refleks aku berpegangan pada pinggangnnya dan tak ada respon darinya.================================
Alvin menghentikan motornya di sebuah siring laut. Letaknya di samping pelabuhan, yang biasanya digunakan untuk kapal-kapal wisata berukuran kecil. Ia memarkirkan motornya dan menyuruhku turun.Ia mengajakku berjalan mendekati laut, Aku mengikutinya tanpa bersuara. Perlahan aku mengedarkan pandangan pada sekitar, ramai dengan pasangan muda mudi yang berduduk santai sambil makan jagung bakar.
Kami mencari tempat duduk yang kosong dan menghadap ke laut.
Tidak ada pantai disini, hanya saja pemandangannya langsung ke laut dan tepat ke arah matahari tenggelam.
Aku melirik jam, pukul 17.15, matahari sudah mulai turun untuk terbenam.
Aku menikmati pemandangan di depanku sambil sesekali melihat kiri dan kanan memperhatikan orang-orang yang berada disana. Alvin datang dengan membawa 2 botol minuman dingin dan menyerahkan satu kepadaku.
"Makasih", ujarku sambil menyambut botol minuman yang dibawanya.
"Gimana?", kata alvin sambil menatap ke arah matahari terbenam.
"Apanya yang gimana ka?"
"Ya mood kamu, udah baikan ?"
"Ohh itu, udah kok. Suasana nya aku suka."
"Kalau belum baikan, aku mau bawa ke suatu tempat lagi"
"Kemana ka ?", jawabku dengan bersemangat.
"Rumah sakit", kata alvin datar.
"Kok rumah sakit?"
"Iya, kasian kalo mood nya ga baikan juga, takut tambah parah"
"hahahaha"hari itu untuk pertama kalinya aku tau sosok lain dari alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Fiksi RemajaBenarkah ini cinta ? akankah ini hanya sesaat atau selamanya ? Mampukah kita bertahan ?