Hari Kesembilan

2K 167 34
                                    

*tok tok*

Masih ada yang niat baca?

*digebukin Readers*

HUWEEE MAAF BANGET AUTHOR BARU UPDATE! PADAHAL JANJINYA BULAN MEI KEMAREN!

Jadi *curcol bentar ya ;w;* akhir-akhir ini author suka baca novel-novel genre misteri kayak Omen sama Sherlock Holmes. Nah Author jadi terpengaruh gaya bahasa mereka.

JADIIIIII maafbangetkalocaraauthornulisgakayakdulu

MAAF MAAF BANGET ;w;
*disorakin readers*

Akhir kata, selamat membaca ::>_<::

------

Kuroko mengatur nafasnya. Jantungnya berdetak tidak karuan. Ingin rasanya menghilang saja dengan misdirection miliknya. Namun, sebagai cowok-rajin-hemat-dan-sederhana-yang-gentleman-banget, dia merasa benar-bebmnar harus meminta maaf atas kejadian kemarin.

Bunga telah siap di tangan. Kemeja sudah di rapikan, ingatan akan kejadian kemarin malam terlintas kembali di memorinya.

Akashi berdiri mematung di depan pintu rumahnya. Ia menggenggam gunting dengan semakin kuat. Rasa geram, cemburu setengah mati, dan kesal berkecamuk hatinya. Aomine langsung berdiri gelagapan. Kuroko memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kabur menggunakan misdirection miliknya.

"Eitss~" baru saja ia melagkah, sudah ketahuan oleh Yang Mulia Seiri. "Tetsuya udah mau pulang? Gamau main lagi~?" Ucap Seiri dengan nada semanis mungkin. Kuroko menggeleng kencang. "Iih, padahal Seiri tadi mau ikut main lho~"

Nada bicaranya aneh, pertanda Nona Akashi Seiri tengah marah besar! Glek, Kuroko meneguk ludahnya. Mati aku!, jeritnya dan Aomine di fikiran mereka masing-masing.

"Oh jangan-jangan Tetsuya sudah ngantuk ya~?" Seiri mendekatkan gunting ke pipinya. Ingin rasanya Taika menjerit, SINGKIRKAN GUNTING ITU!, tapi dia tahan. Tentu saja karena dia masih ingin hidup bahagia sejahtera.

"Ya udah deh, gapapa Tetsuya pulang." Kuroko bernafas lega sementara wajah Aomine makin pucat. "Tapi..... ada tapinya lho~" Jeda lama. Suasan hening. "Besok Tetsuya kesini lagi ya~" Ujar Akashi lalu perlahan berjalan meninggalkan ambang pintu. Kuroko berlari secepat kilat meninggalkan kost-an Akashi.

Sementara itu kondisi Aomine, Akashi serta merta berubah 180° sesaat setelah Kuroko pergi. Nona Seiri menatap Aomine tajam.

"Kunci." ucapnya pelan. Aomine berlutut menyerahkan kunci.

Klik, terdengar bunyi pintu dikunci.

Krak, Akashi mematahkan kunci menjadi dua bagian. Air muka Aomine pucat pasi.

"Nah ngomong-ngomong, Taika," Akashi mengangkat tasnya lalu memutarbalikkannya. Sontak saja seluruh isi tas Akashi jatuh bergesakan dengan lantai. Menibulkan bunyi desing yang menyakitkan. "Anak-anakku lapar lho!"

Aomine membelalak melihat isi tas Akashi yang ternyata gunting dalam jumlah yang sangat banyak! Puluhan? Bukan! Ratusan

"KYAAAAAAAAAAAA!!!!!"

Kalau difikir-fikir lagi, hari ini Kuroko datang ke rumah aka kost-an Akashi mungkin bukan karena gentle ya, lebih ke takut mati muda gitu.

Pintu membuka diri perlahan. Akashi Seira sudah berdiri di depab pintu dengan aura kalem layaknya bangsawan muda. Surai merahnya bercahaya oranye ketika diterpa mentari.

Ia mengenakan baju santai lengan pendek biru bak langit pagi dipadukan dengan rok hitam di atas lutut dan cardigan coklat muda. Surainya ia gerai dengan hiasan pita kecil di atasnya.

[✔] [Kuroko no Basket] || Only For 10 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang