Happy reading :)
*******"Aa...hyung, kau tidak bilang jika pengurus dorm kami adalah seorang gadis yang seusia dengan kami!"
Aku mendadak menjadi patung di rumah ini. Salah satu dari mereka yang terlihat paling tua sedang sibuk berbicara dengan seseorang via telepon. Sedangkan yang lain, ck, aku seperti seorang gadis byuntae yang baru saja ketahuan memasuki sarang tiga belas laki-laki muda. Mereka berdiri menyebar di seluruh ruangan, dan tak berhenti menatapku dengan pandangan penuh penghakiman.
"Apa kata manager-hyung?" tanya pemuda yang memiliki rambut paling panjang di antara semuanya begitu rekan mereka yang menelepon tadi masuk ke ruang tamu.
"Gadis ini benar... dia adalah pengurus dorm kita yang baru..."
"APAAA?" teriak personil berambut keriting yang memakai piyama bercorak polkadot. "Apa mereka bercanda? Mempekerjakan gadis yang usianya sama seperti kita?"
Pemuda yang menelepon itu terdiam. Perlahan ia mendekatiku, "Tadi kau bilang namamu siapa?"
"Y/N... namaku Y/N... jawabku gugup.
"Berapa umurmu?" tanya member yang memiliki bentuk mata mirip dengan jarum jam sepuluh lewat sepuluh menit.
"A...aku kelahiran 96..." jawabku lagi.
"Aish, menyebalkan..." keluhnya kesal.
Pemuda yang menelepon tadi pun berdeham, "Baiklah, Y/N-ssi... aku yakin kau mengenal siapa kami bukan?"
Aku mengangguk dengan cepat menjawab pertanyaan pemuda ini.
"Manajer kami mengatakan kalau kau sudah menandatangani sesuatu... sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaanmu di tempat ini. Di dorm ini... kau harus merahasiakan apapun yang ada dan terjadi di dorm ini, tidak menggunakan ponsel bahkan mengambil gambar, tidak mencampuri urusan penghuni dorm ini, tidak mengajak siapapun atau memberitahu siapapun tentang dorm ini, dan perjanjian-perjanjian lainnya yang tertulis di kontrak kerjamu. Jika kau melanggar... kau akan didenda sepuluh kali lipat dari gajimu!"
"Apa?" aku tiba-tiba membentak karena terkejut dengan kalimat terakhir yang diucapkannya. "Kurasa tidak ada perjanjian tentang denda itu?"
"Aku tak peduli... itu yang dijelaskan manajer kami padaku..."
"Hyung..." panggil pemuda yang pertama kali melihatku tadi. "Kau yakin ini tidak apa-apa? Bisa saja dia adalah sasaeng fans yang menyamar menjadi pengurus dorm kita..." bisiknya yang bisa kudengar dengan jelas.
Aku mulai kesal. Sejak aku mendengar perjanjian yang tak pernah diberitahukan kepadaku aku mulai menyesal menerima pekerjaan ini. Dan apa katanya tadi? Dia mencurigaiku sebagai seorang sasaeng fans? Ya! Apa kau pikir aku adalah gadis-gadis bodoh yang menghabiskan waktu hanya untuk menonton dan meneriakkan idol-idol seperti kalian? Tidakkah kalian tahu kalau sembilan puluh persen dari hidupku hanya kugunakan untuk bekerja dan bekerja?
"Chogiyo... tapi kau salah mecurigai orang. Aku bukan fans fanatik seperti yang kau bilang tadi..." kataku berusaha memperlembut suaraku.
"Bisa kau buktikan?" tantangnya. "Apa kau mengenalku?"
Aku menggeleng. Membuat hampir sebagian dari mereka cekikikan melihat wajah teman mereka memasang wajah kesal karena tak dikenali.
"Benarkah? Kau tidak mengenal Mingyu-hyung?" suara yang lain pun terdengar, kali ini berasal dari member berwajah blasteran. Ah, aku pernah melihatnya. Dia adalah member favorit temanku, Im Jangmi. Tapi, siapa namanya ya?
"Bagaimana denganku?" tanya member yang wajahnya mirip dengan salah satu personil Super Junior, Heechul.
Aku menggeleng lagi, "Maafkan aku... aku tahu kalian adalah Seventeen. Tapi aku tak mengenali siapapun di grup kalian kecuali..." aku mulai melirik mereka satu per satu. Aku ingat dengan seseorang yang di antara mereka yang sempat mencuri perhatianku, dulu saat Jangmi menunjukkan MV mereka padaku. Seorang member berwajah dingin yang memiliki suara paling berat di antara mereka. "Dia..."
"Wonwoo?" gumam member paling tua begitu aku menunjuk seorang member yang berdiri diam di barisan paling ujung. "Ahh, terserah! Jika kau benar-benar bukanlah seorang sasaeng fans kami akan mencoba mempercayainya..."
"Ahh.. hyung!" protes hampir semua member.
"Dan kami akan terus mengawasimu, eoh?" pesan mereka lalu proses penghakiman pagi ini pun selesai.
Ini mimpi? Kurasa bukan. Aku benar-benar bekerja di dorm salah satu idol terkenal, Seventeen. Senang? Tidak juga. Aku sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan para idol seperti mereka. Kupikir aku tak akan melanggar perjanjian kontrak kerja yang telah kutandatangani. Aku tak tertarik menspoiler kehidupan mereka, memotret apapun tentang mereka, dan sebagainya. Tapi aku tak janji jika aku tak menceritakan ini pada Jangmi.
Namun, pekerjaan yang kuanggap mudah ini perlahan sedikit demi sedikit mulai menyebalkan. Ternyata pekerjaanku tak hanya membersihkan, memasak, dan membereskan dorm berantakan ini. Nyatanya aku harus mengurus tiga belas penghuni dorm ini yang memiliki ratusan kebutuhan. Ratusan kebutuhan yang membuat kepalaku hampir pecah.
"Jangan pernah menggabung pakaian dengan dalaman untuk dilaundry di satu mesin cuci!" pesan S.coups, leader Seventeen. "Mulai detik ini kami tidak akan memesan makanan dari luar karena kau yang akan memasak. Ingat, setiap kali makan, kami akan memakan porsi dua hingga tiga kali lipat, jadi kau harus memasak lebih..."
"Kalau membereskan tempat tidurku... jangan pernah memindahkan posisi boneka cony-ku!" pesan Dino, maknae dalam grup itu.
"Tempat tidurku adalah yang paling bersih. Aku alergi debu, jadi kau harus membersihkannya sebersih mungkin!" pesan Jeonghan.
"S.coups-hyung, aku dan Dino tidak bisa makan makanan asam. Wonwoo-hyung tidak bisa makan seafood. Jadi pisahkan makanan-makanan tertentu untuk mereka!" pesan Mingyu.
"Ada ruangan khusus di lantai dua yang tak boleh kau masuki tanpa seizinku..." pesan Woozi, member paling pendek.
"Sediakan segelas air perasan lemon hangat sebelum aku tidur. Aku harus menjaga tenggorokanku karena aku main vocal..." pesan Seungkwan.
"Kau harus meletakkan baju-baju kami di lemari yang tepat. Setiap baju ada kode masing-masing member... jika tidak ada kode itu berarti itu baju yang bisa dipakai bersama..." pesan Jun.
"Can you speak English?" tanya member blasteran kepadaku. Aku mengangguk menjawab pertanyaannya. "Itu bagus... karena sesekali aku tidak sempat mengerjakan tugas sekolahku. Jadi kau harus siap mengerjakannya, okay?"
"Dino akan berangkat sekolah setiap pukul delapan pagi. Kau harus menyiapkan sarapan untuknya..." pesan member bernama Dokyeom.
Dan, pesan-pesan mereka itu pun memenuhi buku catatanku. Bahkan aku tak pernah mencatat sepanjang ini selama aku berkuliah. Aku hanya bisa menelan salivaku, membayangkan nightmare apa saja yang akan aku temui selama aku bekerja di sini nanti.
Kritik dan saran Author terima dengan senang hati ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With Seventeen
Fanfiction[COMPLETED] Aku, seorang gadis berusia dua puluh satu tahun yang tak menggemari satu pun Kpop Idol di negaraku. Seluruh hidupku kuhabiskan untuk bekerja, kuliah dan bekerja lagi. Aku tak punya waktu untuk menikmati hidup sebagai seorang fans, ya...