A Happiness for Seventeen is...

11.3K 1.4K 41
                                    



Cahaya matahari pagi mulai menembus seluruh jendela yang ada di dormitory Seventeen. Sekalipun begitu, belum ada tanda-tanda bangunnya tiga belas idol yang tinggal di sana.

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Seharusnya sekarang aku berada di kelas untuk kuliah. Tapi sesuatu membuatku terpaksa menitipkan surat izin kebohongan kepada sahabatku, Im Jangmi. Aku harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting.

Tepat saat jarum jam panjang menunjuk ke angka tiga, tiba-tiba musik keras menyebar ke seluruh ruangan. Musik yang sangat dikenali oleh semua penghuni dormitory itu. Lagu pertama mereka, "Shining Diamond", yang kunyanyikan secara live. Sebelumnya aku akan mengaku jika aku seorang tone-deaf. Jadi aku tak perlu mendeskripsikan bagaimana suara nyanyianku saat ini.

Satu per satu member di setiap kamar mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Beberapa mengeryitkan keningnya, merasa kesal dengan sesuatu yang sangat menganggu tidur mereka. Mingyu menjadi member pertama yang beranjak bangun. Seungkwan menyusulnya disusul dengan omelan-omelan yang dituturnya dengan logat Jeju-do.


"Jigeum i binnaneun yaksogeul... ne sone kkiwojulge... Shining Diamonds yeah neol binnaelge..."


"Siapa sih yang memutar lagu seberisik ini?" omel Dokyeom menjadi member pertama yang keluar dari kamar.

Dokyeom mengucek-ngucek matanya yang masih sangat mengantuk. Sampai akhirnya ia pun menemukan pemandangan yang mungkin membuat rasa kantuknya tiba-tiba hilang, "Ye...yedeul-ah..."panggilnya perlahan.

"YEDEUL-AH!!!!!!" Dokyeom pun kemudian berteriak lalu kembali masuk ke kamar untuk membangunkan member lain.

.

.

.

.

.

.

Dengan ekspresi yang sama seperti Dokyeom, semua member tercengang dengan pemandangan yang mereka lihat. Ruang tengah mereka, tempat berkumpulnya mereka selama ini saat ini terlihat berbeda. Puluhan foto-foto mereka tergantung menghiasi ruangan tersebut. Aku berada di antara foto-foto tersebut, sambil menyanyi dengan sesuka hati menyambut pagi Seventeen.

Seungkwan dan Dokyeom saling melirik. Mereka kemudian menghampiriku dan mengambil mic lain lalu ikut bernyanyi. Melihat tingkah kedua member, member-member lain pun melakukan hal yang sama. Ini adalah lagu mereka, bukankah mereka yang harus menyanyikannya?

Dan tepuk tangan yang meriah pun mengakhiri lagu Shining Diamond. Aku menoleh ke belakang. Hoshi, Woozi dan S.coups masih diam di sana tanpa ekspresi.


"Kurasa leader kita akan menyanyikan sebuah lagu..." seruku dengan mic yang diresponi dengan sorakan para member. Aku pun menghampiri Seungcheol-oppa dan memberikannya microphone.

Sebuah lagu dipilih Seungcheol tanpa ragu. Lagu dari sunbaenim mereka, Super Junior yang berjudulkan "Happiness". Member lain pun menyambut pilihan Seungchol dengan kembali bersorak.


"Hanbeondo nan neoreul ijeobun jeok opso... ojik geudae maneul saenggakhaetneun geol..."


Lagu milik Super Junior itu memang memiliki lirik yang ceria. Tapi entah kenapa yang kutemukan sekarang adalah para member seperti sedang mendengar lagu mellow yang menyedihkan. Member yang tadinya bersemangat untuk melompat-lompat dan menari-nari mulai diam. Seungkwan kulihat sedang menahan airmatanya. Apalagi saat Seungcheol berjalan menghampiri Woozi dan Hoshi lalu merangkul mereka berdua. Lagu yang dinyanyikannya tiba-tiba berhenti digantikan dengan suara tangisan para member.

Woozi, Hoshi dan Seungchol menangis bersama. Jeonghan dan Mingyu dengan mata yang merah pun menyusul mereka. Member-member lain pun segera beranjak memeluk tim mereka.

Dengan masih diiringi instrument lagu 'Happiness', aku tersenyum lebar menyaksikan bagaimana Seventeen mulai membangun persaudaraan mereka. Ini membahagiakan, tapi airmataku tetap turun membasahi pipiku. Sama seperti semalam.

.

.

.

.

.

.

.

"Aku... ingin minta maaf jika aku belum menjadi leader yang kalian inginkan. Aku hanya ingin bilang jika aku masih belajar untuk menjadi leader yang sesungguhnya. Aku butuh semangat dari kalian, karena kalian bukan hanya sekedar orang yang satu tim denganku. Tapi kalian adalah sahabat... serta saudara yang begitu aku cintai..." ungkap Seungcheol.

"Kita berjuang bersama-sama... latihan bersama, kurang tidur bersama, lelah bersama, bahkan ada kalanya kita juga marah bersama. Jangan pernah merasa kalian sendirianlah yang terbebani. Karena kita bersama maka semua orang juga mengalaminya..." Jeonghan menambahkan.

"Hoshi-hyung, Woozi-hyung... " kali ini si maknae Dino yang bersuara. "Kalian adalah tonggak Seventeen yang begitu aku hormati. Aku sangat ingin seperti kalian... aku tahu terkadang menjadi seorang leader, komposer, atau orang yang bertanggung jawab atas sesuatu itu sangat melelahkan. Tapi, kau sangat bisa membagikan beban kalian kepada kami..."

Hoshi dan Woozi menutup wajah mereka. Tangisan mereka seakan-akan tak bisa berhenti karena kata-kata mengharukan yang disampaikan oleh member-member lain.

"Aku..." Hoshi pun mulai berbicara. "Aku minta maaf karena ulahku semalam... aku hanya kelelahan dan... semalam adalah puncak dari rasa lelahku... aku menyesal karena emosiku sangat menyakiti hati kalian..."

"Aku juga mau minta maaf. Kuakui aku melakukan hal yang salah. Dan aku... aku akan berusaha untuk memberikan yang terbaik pada tim kita..." lanjut Woozi terbata-bata. "Aku berjanji..."

"Nah, sekarang bukankah seharusnya kita mengucapkan 'hwaiting' bersama-sama?" teriak Seungcheol. Semua orang pun dengan otomatis mengerumui Seungcheol. Seperti biasa, mereka menyatukan jempol-jempol mereka membentuk lingkaran untuk meneriakkan 'hwaiting'.

"SEVENTEEEEN HWAITINGGG!!!!"

Aku bertepuk tangan dengan keras menyambut teriakan mereka. Mereka kemudian saling berpelukan. Aku bisa melihat Seungkwan yang menggoda Hoshi dan Woozi dan memaksa mereka untuk berpelukan. Baiklah, mungkin kedua leader itu masih perlu waktu untuk menghilang awkward di antara mereka.

Di sisi lain, aku melirik seseorang yang juga sedang melirikku sambil tersenyum. Ia mengacungkanku dua jempol. Jeon Wonwoo, orang yang membantuku menyiapkan ini semua semalam.






Ciieeee baikan ciieeeee....


Live With SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang