Akhir yang Indah

396 6 0
                                    

Brandalan

Adalah salah satu hal yang paling ditakuti oleh Steffi. Mungkin bagi anak lain brandalan merupakan hal yang biasa bagi mereka. Tapi tidak bagi Steffi. Hari ini dia harus beradapan dengan brandalan brandalan sekolah yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.

Sulit dipercaya. Aldi, kakak kandung Steffi adalah brandalan sekolahnya. Ditakdirkan mempunya orang tua yang harus terpisah membuat keduanya memiliki latar belakang yang jauh berbeda.

Papa yang sering meninggalkan rumah, membuat Aldi menjadi anak yang nakal bak preman pasar. Tak pernah elok memandang sesuatu dan hanya melihat sisi gelap seseorang. Berbeda dengan Steffi yang tumbuh menjadi wanita yang anggun, pintar, cantik dan ramah. Karen perbedaan latar belakang keduanya,tak pernah ada yang mengetahui kedekatan nasab mereka berdua.

"Mampus gue" Ucap Steffi sembari menatap segerombolan brandalan yang mengepungnya. Tak terkecuali, Aldi.

Tatapan Steffi yang mengikat membuat Aldi yang terlihat tampan, gagah berani dan berwibawa seakan luluh ketakutan. Gemetar kaki dan tangannya serta keringat yang terus mengucur membuat pemandangan aneh dikalangan teman-temannya.

"Bro, are you okay?" Ucap Fero mengagetkannya

"I'm fine. Udahlah masih pagi maes gangguin cewek. Cabut yok!"Pinta Aldi pada teman temannya.

Steffi terus menjutkan perjalannya ke kelas. Hening. Seluruh mata tertuju padanya. Tak peduli, Steffi langsung mengambil duduk disamping sahabat karibnya, Salsha.

" Stef, anak-anak pada masuk kelas waktu liat lo ama Aldi. Lo gak diapa apain kan?" Tanya Salsha padanya

"O ya? Gak sih biasa aja.." Balasnya

Semua terasa begitu rumit bagi Steffi. Dulu, Aldi lah yang membuatnya nyaman. Dulu, Aldi lah yang menjaga dan melayaninya. Dulu, Aldi lah yang slalu menjadi pahlwannya. Kini, Aldi pergi meninggalkannya. Teringat semua kenangan masa kecil sebelum 15 tahun lalu saat Aldi harus meninggalkannya hanya karena keegoisan orang tua mereka.

"Stef, Steffi.. Ayo ke Lab P.Jodhi dah nungguin tuh!" Ucap Salsha membuayrkan lamunannya

Sepanjang pelajaran, Steffi tak dapat berkonsenterasi. Ia selalu hanyut dalam lamunannya bersama Aldi. Itulah Steffi. Tak pernah bisa berhenti memikirkan Aldi. Namun, apa Aldi juga memikirkannya?

Di kelas yang berbeda, Aldi dan teman-temannya mulai mengganti baju mereka dan bersiap menuju lapangan basket sekolah. Ya, jam pertama adalah jam olahraga bagi kelasnya. Aldi adalah anak yang sangat terkenal dengan permainan basketnya. Tapi berbeda dengan hari ini. Sifatnya berubah 180 derajat. Seluruh teman kelasnya kebingungan dengan sikap Aldi juga dengan cara bermainnya kali ini.

"Aldi, ayo masukkan bola nya! Ada apa sih kamu ini?!" teriak P.Armand yang mulai emosi dengan permainannya hari ini.

Terus menerus Aldi mencoba untuk memasukkan bola ke ring. Namun hasilnya, Nihil. Teman-temannya yang mulai kewalahan dengan sikap Aldi lun ikut emosi dan memaki Aldi. Keukeh, Aldi tak memedulikan ocehan teman-temannya. Hingga..

Bukk! Satu pukulan keras tepat mengenai pipi kiri Aldi.
Semua yang meligatnya sontak kaget. Namun, bukannya malah dilerai. Mereka justru memberi sorakan untuk melanjutkan pertarungan.

Satu demi satu pukulan menusuk setiap organ tubuhnya. Sungguh, bukanlah Aldi yang biasanya. Aldi anak yang memilii pertahanan kuat dalam dirinya, dia merupakan petarung ahli di sekolahnya. Tapi apa yang terjadi sekarang? Ia mentah-mentah di tendang, dipukul oleh Randy tanpa perlawanan sedikit pun.

Hingga bel berbunyi, mereka tetap bersorak sorak meramaikan seluruh isi sekolah.

"Sal, itu apaan si? Kok rame reme gtu?"
"Alah.. Palingan jga tarung lagu tuh anak-anak"
"Oo.. Eh, Sal.. Kenapa sih anak anak pada takut gitu sama Aldi?"
"Ya.. Lo liat sendiri kan Stef, Aldi tuh orangnya gimana? Luar biasa mengerikan! Ya.. Walaupun dia keren sih, pinter, jago basket, ketua osis lagi. Tapi, tetep aja kelakuannya kek gitu. Gw aja nih ya.. Bingung ama anak-anak yang milih Aldi jadi ketua osis. Orang kelakuannya aja gtu. Mereka tuh ya.. Cuma liat tampang doang!"
"Loh, tapi liat deh buktinya sekarang osis sekolah kita maju kan ditangan dia? Gak salah lah kalo dia menang. "
"Lo pasti milih Aldi ya? Ngaku lo!"
" Hehehe.. Iya, maap ye kita gak sehati kali ini"
"Hmm.."
"Sal, kok gw tiba tiba pengen liat itu ya?" sambil menunjuk ke arah lapangan basket
"Aduh.. Ngapain sih Stef! Gak ada gunanya kali. Lagian, tumben amat lo mau liat begituan! Biasanya jga takut lo"
" Ayolah, Sal.. Please. Gatau kenapa hati gw tuh kek nyuruh gw kesana gtu!"
"Alay lo! Ayok dah!"

Dear My Sweet HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang