Kembali

81 3 0
                                    

Pagi ini, Aldi bersiap untuk menemui Salsha. Jelas, mungkin tak akan seperti dulu. Ia yakin, Salsha sudah terluka parah karena ulahnya.

"Jadi? Apa yang bisa kamu jelaskan setelah 5 tahun kebersamaan kita?"

"Sebelumnya, saya minta maaf. Terimakasih, kamu mau menemui saya"

"Yang harus kamu ingat adalah, saya menemui kamu bukan karena saya masih punya perasaan apa-apa sama kamu! Saya cuma mau kejelasan aja. Biar saya bisa tenang menjalani hari-hari baru saya bersama Naufal."

"Kamu sudah bertunangan?"

"Iya. Seperti yang kamu lihat" Salsha menunjukkan cincin pemberian Naufal.

"..."

"Kamu sudah menikah?"

"Belum"

"Kirain"

"Baik, gini.. Saya tau pasti sulit untuk kamu memaafkan saya. Tapi, memang itu yang bisa saya ucapkan. Saya tau, saya kejam"

"Iya. Benar-benar kejam! Jujur, saya memang rusak setelah kamu tinggalkan. Kamu sangat manis saat saya berada di London bersama keluarga saya. Tiba-tiba kamu berubah menjauhi saya. Saya kirim pesan kamu cuek, saya telefon tidak dijawab. Saya benar-benar bingung pada saat itu. Hingga pada 1.800 kali matahari menyapa saya, saya pikir kamu akan menepati janji busukmu itu! Ternyata, saya salah. Sampai datang surat itu, saya merasa menjadi orang yang sangat bodoh ketika saya senyum-senyum menerima surat itu! Saya senang karena saya pikir dijaman modern seperti ini, masih ada yang dapet surat dari pacar! Romantis banget. Saya pikir itu puisi atau lagu kamu! Ternyata, isinya penyebab hati saya terluka, teriris, rasanya itu sakiit sekali. Apa kamu pernah rasakan itu?"

"Baik, saya akan jelaskan. Tapi, kita sambil jalan ya,"

Aldi membawa Salsha ke tempat favoritnya dengan papa.

"Waktu kamu dan keluarga kamu mengunjungi saya. Keluarga kamu sangat baik pada saya"

"Memang itu salah?"

"Enggak. Sama sekali gak salah. Ayah saya sudah meninggal. Memang meninggalkan beberapa perusahaan bisnisnya. Tapi, lebih dari itu ayah saya meninggalkan banyak hutang. Mungkin kamu lihat saya dengan restaurant yang ayah kamu bilang besar itu, seperti pengusaha sukses. Tapi, di dalam restaurant itu lebih besar hutangnya. Sewaktu saya antarkan kamu dan keluarga kamu ke Bandara. Ayah kamu sempat berpesan pada saya " Aldi, kalau kuliah kamu sudah selesai nanti. Segera kembali ke Jakarta dan kerja. Pinang Salsha, jangan terlalu lama. Kasihan dia." setelah itu, saya berfikir bahwa saya hanya akan membebani kamu, membuatmu menunggu sangat lama. Pada saat itu, yang saya tidak ceritakan ke kamu adalah tentang hutang-hutang papa. Sebab kenapa saya tidak bisa mengunjungi kamu ke Indonesia. Saya berusaha keras untuk menutup seluruh hutang-hutang ayah saya. Itu membutuhkan waktu yang sangat lama hingga saya dan perusahaan ayah saya mapan dan terjamin. Sedangkan pada saat itu, kamu hampir berumur 22 tahun. Jadi, saya pikir yang terbaik untuk kita saat itu adalah berpisah. Saya tau itu sepihak. Saya hanya ingin kamu bahagia, tidak melulu menunggu saya yang belum pasti. Saya berniat untuk menyelesaikan urusan hutang-hutang, hingga telah aman untuk saya sendiri dan perusahaan lalu saya akan cari kamu dan jika kamu belum menemukan seorang yang mengisi hatimu, saya kembali mengisinya jika bisa. Tapi, it's ok ternyata kamu udah nemuin. Saya mengerti"

"Aldi.."

"Ya?"

"Kamu tau? Kapan saya bertunangan? Saya baru 2 hari memakai cincin ini. Lalu kamu datang"

"Sal, kita jalan yuk. Setidaknya, jika ini pertemuan terakhir saya senang bisa bersama kamu."

"Kemana?"

"Ikut saja"

Aldi dan Salsha terus memburu tempat-tempat indah. Ya, Aldi sengaja membuat skenario ini agar Salsha bisa terus mengingatnya. Memberikan kenangan-kenangan yang indah. Seharian pun belum cukup bagi mereka. Hingga tengah malam pun, mereka masih setia bersama.

"Sal, masih mau jalan gak?"

"Aldi, ini udah tengah malam"

"Dan mungkin kita gak akan ketemu lagi"

"Yaudah. Terserah kamu aja, yang penting kamu bahagia"

Aldi membawanya ke suatu tempat. Entah itu dimana? Suasana gelap karena baru jam 2.30 pagi. Mereka memilih beristirahat sebentar sembari menunggu cahaya pagi menyinari. Mereka terus berbincang hingga pukul 4.30 dan Aldi kembali membawa Salsha ke sejuta keindahan alam yang ia temui. Tiba pukul 06.30 Aldi membawa Salsha pulang kembali.

"Good bye, Aldi" Salsha mengulurkan tangan.

"Ya, good bye" Aldi menjabat tangan Salsha. Namun, tidak melepaskannya. Bahkan, ia malah menarik tangan Salsha dan membawa wajah Salsha tepat dihadapannya. Keduanya mendekat. Satu kecupan bibir pun kembali mendarat rasanya masih sama seperti ketika dulu mereka akan berpisah. Aldi yakin, Salsha masih mencintainya. Aldi merasakan hal itu, Salsha masih mencintainya.

"Take care ya.." Ucap Salsha mengakhiri perjumpaannya.

***

Dear My Sweet HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang