Selamat Tinggal Kenangan

134 3 0
                                    

Hari ini, tepat pada tanggal 12 Agustus di hari ulang tahun Salsha. Tepat pada 1.800 kali mentari pagi menyapanya. Berharap, Aldi kan datang hari ini. Ya, jika ia ingat akan janjinya, dulu. Sejak terakhir kali mereka bertemu dan Salsha kembali ke Jakarta, Aldi berubah. Entah, apa yang salah dari dirinya sehingga Aldi begitu cepat berubah. Jarang menjawab sms, telfon pun tidak dijawab. Jauh berbeda dari yang dulu biasa mereka lakukan. Hanya hari ini kesempatannya untuk membuktikan apa yang terjadi sesungguhnya dengan Aldi. Sengaja, ia tak membuat acara di hari bahagianya ini. Kini umurnya 22 tahun. Berharap Aldi akan menjadi orang pertama yang memeberi ucapan untuk Salsha, seperti yang Salsha lakukan pada Aldi, dulu. Tapi, harapannya musnah. Nihil.

Sekarang pukul 17.00, tidak ada tanda Aldi akan datang. Teman-temannya telah menunggunya sejak pagi tadi. Tapi, Salsha tak mau menemui mereka dengan alasan ingin menunggu Aldi. Hingga satu surat mendarat di rumah Salsha, Aldi. 

"Sal, ini ada surat Sal.. Dari Aldi. Kita masuk ya.."

"Mana?"

"Ini"

Sebelumnya, saya ingin meminta maaf. Maaf karena saya belum bisa menepati janji saya untuk kembali ketika matahari menyapamu di 1.800 kali. Salsha, saya pikir kamu sudah terlalu lama menunggu saya. Menunggu kepastian yang tak ada habisnya. 22 tahun bukanlah waktu yang tepat untuk menunggu. Seharusnya kamu sudah menikah. Maaf, untuk selalu membuatmu menunggu dan menunggu. Mungkin, jalan yang terbaik untuk kita adalah, berpisah.

-Aldi

Menangis tersedu kala Salsha mengetahui isi surat cintanya tersebut. Betapa bodohnya dia, yang tersenyum ketika mendapat surat dari kekasihnya itu. Betapa hancur hatinya ketika ia telah menunggu ber jam jam hanya untuk menanti surat pedihnya itu. Seakan hari-hari yang lalu tak ada artinya bagi hidupnya. Terlalu sakit dan pahit untuk dirasakan. Teman-temannya yang menyadari tangisan Salsha segera menyerobot kertas coklat dari tangan Salsha. Sontak saja mereka memeluk Salsha, menenangkannya.

Sejak itu, Salsha tak pernah mau menerima tamu, siapapun orang itu. Ia hanya menyendiri bersama segala kenangannya bersama Aldi. Begitu jahatnya pria yang telah membawanya dalam kehampaan dunia. Tak mau makan, juga sekolah. Dunianya hanya dihabiskan dengan membayangkan Aldi yang datang menjemputnya. Beruntung, ia masih memiliki sahabat-sahabat yang selalu setia menemaninya dalam masa-masa sulitnya.


3 purnama berlalu. Hingga akhirnya, Salsha kembali beraktifitas. Walau tak seperti dulu, senyumnya tak seindah ketika dulu bersama Aldi, tawanya tak selepas ketika ia dalam jalinan cinta Aldi. Namun, orang tua dan semua sahabatnya, cukup bersyukur karena Salsha tak kembali murung. 

Dear My Sweet HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang