Aku, bukan Dia

84 3 0
                                    

Hari ini,  setelah 8 tahun mencoba melupakan Aldi. Salsha didera rasa iri akan sahabat-sahabatnya. Caramel, Milly, Moya, Steffi mereka semua telah berkeluarga. Sejujurnya, Salsha sendiri belum bisa melupakan Aldi. Perasaannya masih sama. Entah, apa yang disana juga merasa hal yang sama?

Sudah 2 tahun belakangan, Naufal rekan kerjanya mendekatinya. Namun tetap saja, Salsha tak pernah membuka hatinya. Karna sejujurnya, hatinya hanya terbuka untuk Aldi. 

"Sal, lo kapan mau nikah? Lo udah 30 tahun, Sal. Mau sampai kapan lo single terus kaya gini? Lo tuh, cantik, baik, pinter. Pasti banyaklah yang mau sama lo! Lagian, kenapa sih lo gak terima aja tuh si Naufal? Dia kan baik, mapan.Ya, meskipun gak seganteng dan sekeren Aldi tapi, aman lah kalau lo sama Naufal."

"Lagi pula, Aldi mungkin udah ngelupain lo, Sal. Lo inget kan dulu dia aja ngehindar banget dari gw terus dia pergi gitu aja. Dia gak anggep gw adik lagi! Mungkin juga, dia lakuin itu ke lo!"

"Iya, gw tau. Tapi, yaudah lah. Gw cabut dulu ya."

Tentu saja, Salsha memikirkan perkataan teman-temannya tadi. bagaimana tidak? Umurnya sudah berkepala 3 namun dia masih juga sendiri. Tiba-tiba, seseorang menghalangi jalannya. Diam berdiri seperti sengaja melakukannya. Ternyata, Naufal.

"Sal, mau sampai kapan kamu biarin aku ngejar-ngejar kamu kaya gini? Kurang kah perjuangan aku selama ini untuk berhak mendapatkan cintamu? Aku yang selalu berusaha menjauhkan pikiranmu dari Aldi yang legendaris itu! Aku! Aku yang selalu ada disamping kamu! Bukan dia! Kenapa kamu gak pernah melihat bahwa aku disini, Sal. Salsha, aku mau kamu jadi istri ku. Maukah kamu?"

Bingung. Iya atau tidak? Apa masih bisa ia menunggu Aldi? Apa Aldi masih mencintainya? Masih mengharapkannya? Tak ada pilihan lain. 

"Iya, aku mau."

Naufal yang kegirangan langsung memeluk Salsha. Tapi, ia tak sadar.. Ia tersenyum bahagia.. Sedangkan Salsha menangis atas pilihannya.

Keesokan Harinya..

"Salsha?"  Satu pesan dari Line masuk menggetarkan ponselnya.

Salsha yang sedang berkumpul bersama teman-temannya sejenak diam memandang isi pesan pada layar ponselnya itu. Jelas tertera satu nama, Aldi.

"Aldi? Aldi SMA?"Tanya Moya yang berada disampingnya

"Serius nih, Sal? Kakak gw?"

"Ya.. Gw gak kenal Aldi yang lain sih.."

Salsha langsung kembali memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Kembali berbincang dengan teman-temannya walau hatinya sedang beradu kencang.

"Ya tuhan, baru kemarin saya menerima Naufal. Baru kemarin saya memakai cincin ini. Lalu ini apa? Kenapa ia hadir sekarang?" Batinnya.

Salsha terus bimbang menghadapi pesan dari Aldi. Haruskah ia jawab? Setelah berkali mengetikkan sesuatu dan menghapusnya lagi. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk menjawab pesan itu.

"Halo, Aldi. Apa kabar?"

"Besok, saya akan ke Jakarta selama 2 hari. Bisa ketemu?"

Kali ini, Salsha berada dalam keimbangan yang nyata. Apa yang harus ia lakukan? Menerimanya? Bagaimana dengan Naufal? Apa ia harus meminta izin pada Naufal?

Kini, ia mulai menghubungi Milly. Mencoba bertanya akan kebimbangannya, kini.

"Kalo menurut gw sih, Sal. Coba aja lo temuin dia dulu. Lo harus tetep dapet kejelasan dari Aldi lah.. Jadi, kalo lo mau nikah ama Naufal. Lo tenang.. Tapi, gw mesti nanya satu hal sih sama lo. Lo yakin cinta lo tuh buat Naufal?"

"Mill.. Gw udah mau nikah"

"Kan bukan itu pertanyaan gw, Sal. Yaudah, kalo dari itu sih gw. 1 pesan buat lo, Sal.. Jangan pernah menerima cinta jika lo gak merasakan hal yang sama. Semua akan berakhir sia-sia."

Kata-kata Milly semakin membuatnya bimbang. Apa maksudnya? Apa sebenarnya Milly tau kalau ia masih mencintai pria yang telah meninggalkannya itu? 

"Temui saya di cafe paman kamu besok pagi."


Dear My Sweet HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang