Bimbang

99 3 1
                                    

"Aldi, pulang sekolah kamu langsung ke rumah ya, papa mau ngomong sebentar sama kamu."

"Kenapa pa? Ada masalah lagi?"

"Pokoknya, kamu pulang dulu"

***

Aldi berjalan menuju kelasnya. Menghiraukan semua yang menutupi pandangannya. Menyusuri setiap elokan bangunan sekolahnya itu. Hingga langkahnya terhenti, ketika ia melihat ada seseorang yang berdiri tepat di depannya, menghalau jalannya. Jelas dia mengetahui orang itu, Karel Susanteo, sahabat baiknya.

"Lo napa sih, Di? Ada masalah ya? Cerita dong lo! Jangan pendem sendiri. Apa gunanya gw jadi sahabat lo kalo kaya gini?"

"Kemaren, gw sempet debat sama bokap gw. Gara-gara kelakuan gw yang berandalan di sekolah. Gw sadar, gw ketua osis dengan segala keburukan tingkah. Tapi, lo tau kan apa sebabnya gw jadi ikutan geng nya Fero? Cuma karna Steffi. Bokap tau itu. Setahun yang lalu, gw minta pindah dari sekolah ini. Bokap gak setuju. Ya, waktu itu bokap gw gak tau masalah gw sama Steffi. Kayanya, permintaan setahun lalu itu, akan terwujud di tahun ini." Jelas Aldi.

"Jadi, lo bakal pindah?"

"Kemungkinan besar, ya. Kemungkinan besarnya lagi, gw pindahnya ke luar kota, atau bahkan luar negeri. Yang jelas, bokap gw bakal bawa gw jauh dari Steffi dan mama. Itu sebabnya, gw pengen keluar dari Steffi dan mama. Tapi, gw gak pernah mau kehilangan..." Aldi menghentikan bicaranya.

"Lo gak mau kehilangan Salsha! Iya kan? Gw tau, Di. Perasaan lo Lebih dari sekedar temen kan ke Salsha? Gw sempet bingung sama lo! Kenapa sih, lo gak nembak Salsha aja? Tatapan lo itu jelas beda ke Salsha! Gw ngebuntutin lo selama jalan kemaren ama Salsha. Lo sempet mau ciuman kan ama dia? God,, lo bodoh, Di! Salsha juga jelas mau sama lo! Trus lo mau sia sia in Salsha kaya gini? Pikirin baik-baik tuh, Di" Karel menguatkan

Apa bener? Salsha.. Tapi gak mungkin! Argh

Aldi terus bergulat dengan batinnya. Kebimbangan yang terus menghantui pikirannya. Diam atau bergerak? Tapi, ia takut akan kejadian yang menimpa keluarganya, dulu. Tapi, ia ingin memiliki Salsha.

Karel kembali ke kelas. Bukan untuk menemani Aldi. Bukan pula untuk mengomelinya lagi. Hanya sekedar mengambil tasnya dan duduk di samping teman yang lain. Aldi sangat merasa kesepian. Separuh jiwanya berada bersamanya. Separuh yang lain pergi entah kemana? Diam, diam. Hanya itu yang dilakukannya.

***

"Rel, kok lo jadi marah sih ama gw? Gw bilang kan baru kemungkinan. Gw juga gak tau bakal gimana keputusannya? Jangan main sepihak, dong!"

"Bukan maksud gw main sepihak! Gw cuma mau latihan aja, latihan pergi dari orang yang selama ini main sama gw, jadi temen baik gw, bahkan jadi adek gw sendiri!" Kini tatapannya tajam pada Aldi. Karel yang menyadari perkataannya langsung saja meninggalkan Aldi.

Ya tuhan, berikan yang terbaik untuk kujalani.

"Mbok, papa dirumah?"

"Ada den, dikamarnya. Gak masuk kantor dari tadi pagi."

"Ok, makasih ya, mbok."

Aldi membuka pintu kamarnya. Ternyata orang yang tadi ia cari sedang berbaring di atas kasur miliknya.

"Eh, Di.. Udah pulang? Sini! Papa mau bicara sebentar."

Dear My Sweet HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang