Hari ini hari Minggu, hari dimana gue bakal kencan seharian sama ranjang gue. Tidur nyenyak disana, sambil mimpiin doi gue *eeaaa.., kayak lo punya doi aja, oke lupakan!*
Namun semua rencana gue itu langsung lenyap, saat si bebek datang nyamperin gue. Langsung masuk aja, trus teriak ngajakin gue jogging, di pagi buta gini lagi. Keterlaluan nggak sih namanya?
Oh ya, ngomong ngomong gue belum ngenalin nama gue ya? Oke, gue Liand Bramastya, punya satu sahabat, cewek lagi *adehhh..., hancurlah reputasi gue jadi cowok. Oke lupain lagi*. Sahabat gue yang satu satunya itu, namanya Liana Hitleria, anak dari sahabat bokap gue. Gue tinggal tetanggan sama dia, bahkan kita satu halaman, saking sibuknya bokap nyokap gue dan dia. Jadi nggak heran kan, kalau gue sama si bebek udah sahabatan dari orok?
Tapi ada banyak perbedaan banget dari gue sama si bebek. Pertama! Dia rajin, gue kagak. Kedua! Dia ramah sama semua orang, nah gue? Boro - boro ramah, teman aja cuman dia. Ketiga! Dia sopan, murid teladan, kalau gue? Jangan ditanya! Gue itu di cap BAD BOY di sekolah. Oke, kembali ke cerita!
"Liand, ayo dong semangat, masa lesu gitu sih," Liana terus ngoceh disamping gue, tanpa perduli gue yang ngerasa bosen sama omongan dia yang udah kayak radio on time.
"Udahlah Na, mending balik deh! Gue capek ini, kayak udah lari seabad aja,"
Oke, ini berlebih dan nggak masuk akal! Mana ada orang yang bilang capek, padahal jogging baru jarak sejengkal doang dari rumah. Oke, gue akuin! Gue emang bisa tiba tiba bego kalau diajak ngomong dalam keadaan setengah sadar kayak gini.
Liana yang tahu kebiasaan gue ini cuman geleng geleng kepala. Tanpa suara, dia langsung aja narik tangan gue, nggak peduli dengan segala ocehan gue. Nah, kenapa sekarang gue yang ngoceh ya? Adeehh..., ketularan gue.
***
Setelah si bebek alias Liana narik narik gue tanpa henti, dia akhirnya berhenti di taman kota. Perlahan, tangannya mulai melepaskan genggamannya dari gue, trus natap gue dengan tatapan puppy eyesnya. Oke! Gue tahu, ini pasti ada maksudnya.
"Liand," Liana tersenyum manis ke gue. Nah, sekarang gue udah ngerasain nih, aura aura nggak enak dari si bebek.
Gue menoleh sekilas, menatapnya malas "Apaan?"
"Ini kan di taman kota,"
"Trus,"
"Lo kan udah kesini bareng gue,"
"Trus,"
"Ihhh..., lo kenapa ngomong trus trus aja sih daritadi. Bilang yang lain kek," Liana mulai kesal karena respon gue yang agak acuh tak acuh.
Gue menghembuskan nafas kasar, menatapnya lurus lurus dengan pandangan yang sama kesalnya "Trus gue harus bilang aja? OMG gitu? Sorry, gue masih tahu kalau gue cowok,"
Liana menghentak hentakkan kakinya di tanah. Nah, kalau udah kayak gini, gue yakin banget! Iblis pemaksannya bakal mucul. Dan.... "Pokoknya sekarang lo temenin gue jogging, ikut lari lagi, tanpa KABUR!"
Yak! Bener kan dugaan gue? Selesai sudah penderitaan gue Hari Minggu ini. Oh Tuhan, apa salah hambamu ini sampai punya sahabat yang cerewetnya melebihi bebek ini?
Hai, hai, ini cerita pertama gue di wattpad nih. Butuh saran sari kalian, buat tahu apa aja yang kurang dari cerita pertama gue ini. Oh ya! Jangan lupa vote and comment ya, jangan hilang gitu aja tanpa jejak, okey? Udah itu aja deh kayaknya, maaf ya kalau ada typonya.
-Intan Saraswati-
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
Teen FictionApa jadinya kalau ada cinta di tengah tengah persahabatan? Bakal rusak? Belum tentu, tapi nggak bisa mastiin juga kalau nggak bakal rusak. Jadi langsung baca aja, Cekidot!