part 7

17 4 0
                                    

Justin tidak perduli. Maddy ditugaskan untuk membunuhnya, tapi tidak untuk membunuh perasaannya terhadap gadis itu.

Sebagai vampir, Justin bisa merasakan apa yang dipikirkan seseorang disekitarnya. Dia diberkati insting yang kuat. Tapi, berbeda dengan Maddy. Gadis itu sangat sulit ia tebak bahkan ia tidak bisa membaca pikirannya. Ya, Maddy berbeda. Itu yang membuat justin tertarik.

***

"Mau kuantar pulang?" Justin smirk menawarkan Maddy tumpangan.

Maddy memutar bola matanya jengah. Dia tidak sudi menerima tawarannya.

"Sayangnya aku bisa pulang sendiri." Maddy berlalu tanpa menoleh Justin.

"Pastikan kau aman berjalan kaki sendirian. Kudengar, gengster sedang mengincar anak gadis." teriak Justin memperingati Maddy, sebenarnya itu tidak benar bahkan ia tidak mengetahui sama sekali gengster apa yang ia maksud.

Maddy menghiraukannya.

Sial gadis itu. Pikir Justin.

Maddy tidak main-main. Hari ini ia memang sedang tidak membawa sedannya. Berjalan kaki bukanlah masalah untuknya daripada harus menerima tumpangan dari Justin. Ia benar benar tidak habis pikir.

Kemarin, ia baru mengenal Justin. Dia pikir tidak ada salahnya jika hanya untuk berteman. Tapi, entah mengapa dari kejadian semalam Maddy benar-benar muak. Sekarang, Maddy berusaha menghindar dan menjauh dari Justin. Menampakkan kejudesannya dan sifat ketusnya ke Justin adalah cara Maddy membuat Justin dongkol. Tapi nyatanya, Justin makin terobsesi akan dirinya.

Justin menatap punggung Maddy yang makin menjauh. Gadis itu sulit dimengerti. Saat pertama kali mengenal Maddy, mereka baik baik saja. Tapi sekarang Maddy seakan menjauh darinya dan pada kenyataannya dia memang sedang menjauhi Justin.

Apa ini semua karna semalam? Justin berpikir. Benar, Maddy pasti kesal dengannya.

Justin memasuki mobil ferrari nya dan memutar balik stir menuju jalanan. Ia pasti akan menemui Maddy di jalan, mana mungkin gadis itu sampai rumah secepat ini, mungkin saja. Tapi Justin tidak berpikir begitu.

Tidak sesuai dengan yang ia harapkan, ternyata Justin tidak menjumpai Maddy sama sekali. Apa mungkin ia melewati jalur yang berbeda? Atau jangan-jangan ia mampir ke suatu tempat? Justin berusaha menebak keberadaan Maddy. Gadis itu sulit diprediksinya.

-
Maddy berada di perpustakaan kota, pantas saja Justin tidak menjumpainya. Beruntungnya Maddy berhasil menghilangkan jejaknya. Maddy kesini untuk menemui Jake.

"Maddy?" Jake, sang pendamping menatap Maddy tidak percaya akan kehadirannya. Memang akhir akhir ini Maddy jarang menemuinya. Pantas saja ia terkejut tiba-tiba Maddy datang.

"Ada yang harus kubicarakan denganmu Jake" Maddy menampakkan senyumnya dan menghampiri Jake. Mereka berpelukan. Rasanya seperti sudah lama mereka tidak bertemu.

Maddy menatap Jake sekilas. Perasaannya kacamata Jake semakin tebal. Dia gila membaca, pikir Maddy sambil terkekeh. Oh ayolah... Bagaimanapun juga ia tetap si jenius Jake.

"So, bagaimana pertarunganmu dengan Bacon itu Maddy?" Jake menyadarkan lamunan Maddy.

"Mereka jelek. Seperti yang kau bilang, mereka bodoh. Aku berhasil membuat Bacon jelek itu hempas menjadi abu. Tapi-"

Jake terkekeh kecil.
"Tapi apa?" tanyanya.

"Ada 3 bacon yang melarikan diri. Mereka berbeda dari kawanannya yang lain. Lebih besar dan lebih menyeramkan- ralat! Maksudku lebih jelek. Sangat jelek."

Jake nampak berpikir. Yang pernah ia baca, Bacon memang memiliki seorang pemimpin. Apa benar bacon yang melarikan diri itu pemimpin dari kawanannya? Jake menyimpan sejenak pertanyaan itu dan akan mencari jawabannya nanti. Selagi Bacon itu sudah pergi, semua akan baik-baik saja. Lagipula mana mungkin makhluk itu kembali setelah melihat kawanannya bertarung hingga mati? Apa ia masih berani?

Sejenak Maddy melihat-lihat sekitarnya. Perpustakaan ini memang dipenuhi oleh buku-buku, dan ia tidak heran jika Jake telah membaca semua buku-buku disini.

"Apapun itu yang jelas kau sudah mengatasinya Maddy. Well, bagaimana dengan kuliahmu?"

"It's fucking crazy jake. Kau tau, aku berkenalan dengan seseorang dan semalam- oh tidak aku tidak bisa menceritakannya. Yang jelas dia aneh. Aku jadi trauma bergaul dengan anak-anak kampus. Lebih baik aku sendiri." ucap Maddy terlihat sebal.

"Kau masih sama rupanya. Aku hanya mengingatkan, berhati-hatilah di Sunnydale. Makhluk yang haus darah bisa saja menyamar menjadi mahasiswa. Kau tau, di kampusmu tidak mustahil itu terjadi. Biarpun ia berlaku baik sekalipun terhadapmu tapi kau harus tetap was-was. Bukan hanya di kampus, dimanapun kau berada tetaplah berhati-hati." Jake memperingati.

Maddy berusaha mencerna kata-kata Jake. Ia mengangguk.

"Well, aku akan selalu was-was, kau tidak perlu khawatir. So, bagaimana dengan vampir? Apa mereka juga berkeliaran di Sunnydale?"














To be continued

Walaa.... Gimana ni jawaban dari Jack? Tunggu besok ya.. Jangan lupa vomment dan feedback nya oke!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang